chapter 12

6.6K 792 119
                                    

MUB-12

"Tapi Lo nggakpapa kan, Ra?"

Tenten syok dengan apa yang Sakura alami pagi tadi. Setelah Sasuke dan Om Kizashi pergi, Sakura langsung menumpahkan semua keluh kesahnya.

"Gue nggakpapa Ten, tapi nasib gue gimana? Jadi pengangguran lagi?"

"Mending jadi pengangguran daripada Lo kerja tapi jadi korban pelecehan seksual."

Sakura menelungkupkan wajahnya ke meja sampai rambutnya berantakan kemana-mana. Ia pejamkan matanya sambil merenungi nasib.

"Lo pulang ke rumah aja, Ra, bantuin bokap ngurus percetakan."

"Bete, Ten. Udah kenyang gue sama percetakan, pengen nyari pengalaman baru."

"Ya udah tinggal balik ke kafe beres kan?"

"Lo gak lihat tadi Sasuke kaya apa? serem kan orangnya? males kalau harus balik ke sana."

Tenten malah tertawa super ngakak mendengar ucapan Sakura, "Hahahaha.....mata lo katarak ya Ra..hahahaha!"

"Apa sih, Ten."

"Hahahaha temen gue bego banget sumpah. Orang cakep begitu dibilang serem hahaha."

"Lo gak tahu aja seberapa nyebelinnya dia. Kalau Lo gak percaya, tanya aja Ino!" Kata Sakura sambil gertakin giginya. Berharap sahabatnya itu percaya dengan perkataannya.

"Ya ampun Ra, gue yakin mata Ino masih normal. Masih bisa bedain mana yang serem mana yang ganteng."

Sakura kemudian memijit keningnya yang tiba-tiba pusing. 'Iya Ten dia emang ganteng tapi kelakuannya yang serem!'

"Tapi Ra, Ino kemana ya? perasaan tadi nganterin Lo berangkat kerja..kog belum balik?"

Sakura kaget. Lhah iya kemana tuh anak?

Tiba-tiba gerbang kos mereka terbuka menampilkan seorang gadis yang dalam kondisi kacau dengan luka lecet di tangan dan kakinya.

"Sakura, Tenten...tolongin gue!"

"Ino!"

***

Sakura mengantri di apotik terdekat. Ia ingin membeli obat luka untuk Ino. Bisa-bisanya anak itu jatuh dari motor dan apesnya menabrak Lamborghini . Lebih mirisnya lagi Ino pulang naik taksi sendirian, tak ada yang mengantar.

Hari sudah hampir magrib. Sakura pulang buru-buru. Jarak apotik tak jauh dari rumah kos, hanya butuh waktu lima menit berjalan kaki.

Teg.

"Anj... sendal gue!"

Sakura melihat alas kakinya yang tiba-tiba putus.

"Ck..Kenapa sih lo minta putus, padahal gue masih sayang sama Lo."

Sakura melepas sandalnya dan membuangnya ke tempat sampah.

"Sial gue nyeker..mana gelap banget lagi."

Sebenarnya ada minimarket terdekat yang menjual sandal, tapi apa daya uangnya pas sekali untuk membeli obat. Tak ada kelebihan. Hutang dulu, mana mungkin bisa, kecuali beli di warung kelontong.

Tin...tin..tin..

Suara klakson mobil membuat Sakura berhenti. Mobil itu menepi menghampirinya. Kaca mobil perlahan terbuka menampilkan wajah seseorang yang langsung membuat rautnya wajahnya bete seketika.

"Sendal Lo mana?" tanya orang itu.

"Sasuke.. ngapain Lo di sini?" Sakura balik bertanya. Sasuke kok kaya setan ya, dimana-mana ada. Apa dia punya jurus teleportasi?

Sasuke kemudian memperlihatkan keresek hitam yang berisi tusukan sate.

"Gue abis beli sate buat nyokap di sana."

"Owh."

Di daerah sekitar sana memang ada warung sate namanya kedai sate mang Teuchi. Rasanya dijamin enak, kalau beli di sana harus rela antri berjam-jam.

"Naik!" kata Sasuke

"Naik?"

"Iya naik aja gue anter ke rumah."

"Elah rumah gue deket kali, lima menit jalan kaki nyampe."

"Daripada lo nyeker, emang mau ntar nginjek tai kucing?"

"Ck jorok banget sih Lo," kata Sakura jijik.

"Gue sih ngingetin aja, masih mending nginjek tai kucing. Kalau nginjek kalajengking gimana?"

"Boleh gak nginjek muka Lo aja?"

Sasuke terkekeh pelan. Sakura adalah gadis pertama yang menawarkan diri untuk menginjak wajahnya. Cewek lain, mana berani. Yang ada mereka malah fokus terpesona melihat ketampanannya.

"Mumpung gue lagi baik hati...jadi mau gak nih ikut gue?" tanya Sasuke lagi.

Sakura tampak berfikir. Kalau nebeng pun sebenarnya gak ada ruginya. Lagipula di depan jalannya becek sehabis hujan. Kalau gak sengaja nginjek cacing gimana?

"Oke gue ikut."

Sasuke kemudian mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke mobilnya. Tapi baru saja mobil itu berjalan beberapa meter tiba-tiba handphone cowok itu berbunyi.

"Halo?" Sasuke mengangkat panggilannya.

"....."

"Ini Sasu udah beliin, tadi antri lama banget."

"...."

"Sabar Ma..ini juga lagi jalan pulang."

"...."

"Antri Ma antri." Terlihat Sasuke menghela nafas pasrah.

"...."

"Iya..makanya tungguin."

Sakura menyenderkan badannya di jok mobil sambil menunggu Sasuke kelar telponan. Kayaknya sih telpon dari ibunya.

"Iya Sasu pulang sekarang."

Klik

Sasuke menyudahi panggilannya. Dia lanjut menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh. Dan sampai perempatan jalan---

"Loh loh..kosan gue belok kiri Sas Lo lupa?" Sakura bingung kenapa tiba-tiba cowok di sampingnya ini membelokkan mobilnya ke arah kanan.

"Gue anterin Lo nanti.. sekarang darurat," kata Sasuke.

"Lhah..gak bisa gitu dong, Sas."

Sasuke gak menggubris. Dia malah semakin mempercepat laju mobilnya.

"Turunin gue!" teriak Sakura.

"Bawel banget sih..ntar gue anterin tenang aja."

"Gue udah ditunggu Ino, Sas. Lagian Lo mau kemana sih?" Dalam hati Sakura misuh-misuh, nyesel sudah ikut Sasuke. Tahu begini tadi jalan kaki saja.

"Gue udah ditunggu nyokap di rumah, satenya harus datang secepatnya."

Anj...Sakura ingin sekali bicara kasar  Tapi akhirnya dia cuma bisa memukul dasboard di depannya.

"Lo sinting ya Sas. Lo kan bisa anterin gue dulu, baru Lo pulang. Kan gak jauh."

Sasuke hanya diam saja dan fokus menyetir. Padahal mengantar Sakura terlebih dahulu hanya membutuhkan waktu setengah menit menggunakan mobil.

"Lo bener-bener yah!"

"Sorry Ra, perintah orang tua harus didahulukan, takut dosa kalau gak diturutin."

"Tapi gak gini juga!"

Sakura mengacak rambutnya frustasi. Bisa-bisanya dia ketemu manusia gila macem Sasuke.

***

MY UNIVERSE BOS (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang