Tentang Aku

150 13 5
                                    

——
Sepenggal namaku mungkin menjadi angin lalu untuk mereka, tapi apakah masih menjadi permata dalam hatimu?
——

Namaku Ilana, aku adalah mahasiswa baru di universitas negeri di kotaku. Hari ini adalah hari ospekku, menyebalkan sekali. Dijemur di bawah terik matahari, mendengar celotehan senior yang terus menghardik sepanjang hari. Katanya sih supaya mental kita kuat, tapi aku tidak yakin hehe.

Hari ini aku memakai kemeja putih lengan panjang yang kebesaran dengan rok hitam yang kebesaran. Kata seniorku jangan pakai yang pas jika tidak mau terkena masalah, memang apanya sih yang masalah? Rambutku diikat satu tinggi-tinggi tanpa poni, dahiku yang menonjol benar-benar menjengkelkan.

Aku sudah seperti balon yang siap terbang hari ini bersama dengan anak-anak lainnya. Kalau kamu melihatku hari ini, menjijikkan sekali.

Akhirnya ospek berakhir hari itu, masih ada besok lagi. Rasanya aku tidak ingin kuliah jika harus menemui hal ini terus menerus. Universitasku jauh dari rumahku, sudah tidak seperti saat aku SMP dan SMA yang jaraknya masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Hari ini untuk pertama kalinya lagi, aku dijemput.

Mama menjemputku dan menyambutku dengan senyum manisnya seolah berkata 'semangat Ilana' aku hanya mendengus menunjukkan bahwa aku sangat lelah, eh bukan sangat kesal.

Sampai di rumah aku mengganti bajuku dan tiduran di ranjangku. Aku ini tipe anak yang biasa saja, tidak ada yang spesial. Sama seperti anak perempuan lainnya yang suka mager dan bermalas-malasan. Aku adalah gadis yang suka makan coklat, entah kenapa aku sangat suka coklat. Hampir setiap hari aku makan coklat, aku suka mengumpulkan coklat di kulkas supaya aku tidak bolak-balik supermarket karena aku sangat malas.

Saat aku membuka kulkas untuk mencari  coklat, kekesalanku bertambah, coklat di kulkasku habis! Aku menutup kulkas dengan kasar membuat Ayahku kaget. Aku geram siapa yang memakan coklatku? Pasti kakak. Dia baru pulang kerja dari luar kota, dasar penyusah!

Aku bergerak menaiki tangga untuk menuju kamar kakak. Ohya, kakakku ini seorang laki-laki. Sekarang dia sudah bekerja menjadi karyawan di salah satu perusahaan di kotaku, tapi dia sering ada kunjungan kerja ke luar kota. Kakakku bernama Daniel.

Sesampainya aku di depan kamarnya aku langsung membukanya tanpa permisi, ku lihat dia menggigit coklat terakhirku dari sekian coklat yang hanya tinggal bungkusnya. Dia hanya nyengir kuda, aku tidak peduli aku lempar dia menggunakan bantal dan berteriak "Ganti coklatku sekarang!"

Syukurnya aku punya kakak yang baik, dia selalu mengalah walaupun aku tau dia pasti kesal sebenarnya punya adik yang banyak maunya sepertiku. Dia mengeluarkan dompetnya lalu memberikan beberapa lembar uang.

Aku ingin dia yang membelinya tapi katanya ia sedang lelah. Aku juga melihat kelelahan dalam matanya akhirnya hari ini aku yang mengalah, aku yang berjalan ke supermarket untuk membeli coklat.

****

Aku membuka pintu supermarket itu, supermarket langganan di dekat rumah yang sering ku kunjungi. Seorang kasir menyapaku dan aku sambut dengan seringai ceria. Aku langsung menuju ke rak coklat, di sana ada banyak coklat berjejer dengan berbagai merk. Aku ambil satu persatu, mataku lagi dan lagi tertuju pada coklat kesukaanku, bungkusnya berwarna ungu dengan garis-garis berwarna emas. Tanganku sudah penuh dengan coklat dan aku memutuskan untuk mengambil coklat ungu itu, tapi satu tangan menjulur untuk mengambilnya juga.

Aku menoleh, aku kaget. Mata itu, sepertinya aku pernah lihat tapi dimana ya?

Dia masih menatapku, aku juga menatapnya, seolah mataku dan matanya harus bertemu.

Laki-laki itu memakai kemeja hitam dan celana pendek. Dia tersenyum yang mampu membuatku diam.

"Hai." dia menyapaku.

Aku masih diam menatapnya bingung.

"Sepertinya kita pernah ketemu." ucapnya.

"Ini coklatnya kamu yang ambil aja. Aku tunggu di depan ya." ia melanjutkan kalimatnya sambil tersenyum.

Aku dan setumpuk coklat di tanganku menatap punggungnya. Aneh.

Bunyi mesin kasir terdengar menggema. Sang kasir menyebutkan total belanjaku, setelah aku bayar aku bergegas pergi. Sudah tidak sabar untuk menelanjangi coklat-coklat ini. Saat aku membuka pintu supermarket, laki-laki tadi benar-benar duduk di depan supermarket. Ia melihat ke arahku seolah memintaku ikut duduk.

Dan bodohnya, aku duduk di sana. Tepat di depannya, menatapnya bingung. Aku sendiri bingung pada pikiranku hari ini, tidak biasanya aku mau dekat dengan orang yang bahkan tidak ku kenal.

"Kamu yang anak smp yang dulu ambil coklat di sini juga bukan?"

Aku memutar otakku, dari sd bahkan aku selalu membeli coklat di sini. Aku tatap lagi wajahnya. Aku yakin ekspresiku seperti psikopat sekarang. Laki-laki itu hanya membulatkan matanya. Aku memaksa otakku untuk bekerja, siapa laki-laki di depanku ini?

Jangan-jangan,

Ah apa memang benar dia anak kecil ingusan dengan celana birunya waktu itu?

Tapi matanya,

Memang sama!

"Mm," aku ragu.

"Kamu lupa ya? Iya sih itu udah lama banget."

"Kamu si anak smp itu? Yang ngalah waktu coklatnya aku ambil?" tanyaku.

Dia tertawa.

Duniaku seakan berhenti sepersekian detik. Aku bengong.

"Iya itu aku." ucapnya.

Benar sudah dugaanku.

Aku hanya meringis, ternyata benar dia. Tapi memang dari matanya itu sudah tidak bisa dibohongi, itu adalah mata yang sama saat dia menatapku dulu.

"Glenn." ia menjulurkan tangannya.

"Ilana." ku balas uluran tangannya.

Dia tersenyum.

"Kamu tinggal di deket sini juga?"

"Iya."

Obrolan kami sangat panjang, aku yakin hari ini kami lupa waktu. Kami bahkan tidak peduli bahwa itu di depan supermarket yang ramai dan ada di tengah-tengah kompleks. Atau mungkin coklatku yang sudah agak mencair karena tidak dapat udara dingin. Sampai matahari hampir tenggelampun kami masih tertawa.

Sampai kami menyadari hari sudah gelap, dia meminta nomor teleponku, dengan senang hati aku berikan. Hari itu dia mengantarku pulang, walau berjalan kaki rasanya sudah sangat indah sekali.

Untuk kali ini, aku Ilana Ardinata hilang akal.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang