Penjelasan

46 4 0
                                    

——
Di tengah badai pun aku masih berusaha menutupi air mata ini agar tidak terlihat di matamu.
——

Mataku dan mata Glenn saling bertatapan, ku lihat matanya yang sayu menatapku penuh harap. Badannya terlihat basah, ia tidak memakai payung. Bodoh sekali berlari di tengah hujan deras dan angin kencang begini seperti orang yang putus asa.

Aku julurkan payungku, melindunginya dari air hujan yang terus jatuh di badannya.

"Makasih." ucapnya pelan. Di tengah derai hujanpun aku masih bisa mendengar suaranya yang lirih. Aku tidak menjawabnya, aku hanya mendengus.

"Aku kira kamu nggak akan datang lo." dia menatapku lagi.

"Aku cuma mau beli mi instan, nggak ada niat untuk ketemu kamu." aku menjawabnya ketus.

"Tetap saja kamu datang kan?"

Aku menghela nafasku, orang ini sangat keras kepala. Aku sudah tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Dia sudah punya kekasih, kenapa masih keras kepala ingin bertemu denganku? Sinting.

"Kamu mau terus-terusan hujan-hujanan begini? Dingin tau." Aku memayunginya dengan jengkel. Dia hanya membalasku tersenyum lalu menarik tanganku lembut menuju supermarket, tempat dimana kita pertama kali bertemu.

Melihat tempat itu yang ada aku hanya sakit hati. Memori saat pertama kali bertemu, berkenalan, dan melihatnya bersama Susan di sini membuat hatiku berdenyut lebih cepat dari yang seharusnya.

Kami duduk di tempat itu, tempat saat ia pertama kali menanyakan namaku. Aku tidak mengerti kenapa bisa jadi begini. Aku kah yang terlalu bodoh untuk menerima situasi? Atau memang ini adalah ilusi yang dibuat oleh kenyataan? Memikirkannya saja kepalaku sudah sangat pusing.

"Ilana, maaf."

Aku menaruh payungku, lalu menatapnya. "Apa?"

"Aku minta maaf."

"Untuk apa?" aku semakin bingung dengan situasi ini. Apa-apaan ini?

"Soal di pesta Ochi kemarin." dia terlihat murung.

"Glenn, buat apa? Kenapa harus minta maaf sama aku?"

"Karena aku tahu, kamu pasti sakit hati Lan. Kasi aku buat jelasin ke kamu. Semuanya. Dan apa alasannya."

Deg.

Parah. Glenn sudah tidak waras. Apanya lagi yang harus dijelaskan jika memang dia sudah punya kekasih? Siapa aku yang harus mendengarkan penjelasannya? Glenn benar-benar sudah gila.

"Aku pacaran sama Susan baru empat bulan yang lalu. Empat bulan sebelum aku kembali melihat gadis yang menarik perhatianku bertahun-tahun lalu. Kamu." ucapnya sambil menoleh ke arahku menekankan kata 'kamu'.

Aku diam, aku menoleh ke arah lain. Aku melihat hujan jatuh semakin perlahan. Gemericik hujan menutup suara Glenn samar-samar.

"Ilana, aku suka padamu sejak awal bertemu. Sebelum aku mengenal Susan."

Tenggorokanku tercekat.

Kenyataan macam apa ini?

Glenn menyukaiku?

Aku mencoba menepis apa yang dikatakannya. Aku tidak mau menangis lagi. Hah, orang ini sangat pintar membuat hatiku terbolak-balik. Sangat gila.

"Glenn, kamu udah nggak waras ya?"

Aku memberanikan diri menatap matanya yang sendu. Aku tidak tahu apakah dia hanya berpura-pura atau bagaimana. Aku sudah membuat benteng pada hatiku agar tidak terpengaruh padanya.

"Iya Lan. Aku gila."

Dia menjambak rambutnya sendiri. Dia terlihat frustasi. Aku hanya melihatnya dalam diam. Aku juga bingung harus berbuat apa lagi dalam kondisi seperti ini. Kesal, sedih, gembira, ah aku pusing sendiri.

"Kasi aku kesempatan Lan."

Aku mengernyit, kesempatan apa lagi? Jelas-jelas dia sudah punya kekasih, kenapa dia harus meminta kesempatan dengan ku yang bukan siapa-siapanya. Aku hanya seonggok debu dalam hidupnya, lalu kenapa?

"Aku tahu kamu pasti bingung, tapi tolong kasi aku waktu untuk jelasin semuanya. Semua ini panjang. Awal aku ketemu dulu saat SMP saat bertemu kamu lagi. Semuanya lan."

Aku diam, hatiku berdesir. Entah kenapa hatiku memaksaku untuk meyakini ucapan laku-laki ini. Hatiku sedikit menghangat, walaupun logikaku tetap memaksa mengeluarkan air mata.

Bahkan detik ini, air mataku sudah mengering untukmu Glenn. Apakah aku harus percaya dengan semua kata-katamu? Dalam hujan yang dingin ini aku masih berharap, bahwa kamu bisa menghangatkan hatiku lagi.

Aku tahu aku salah, salah besar. Tapi apakah jatuh cinta itu salah? Setidaknya aku sudah berusaha menguatkan hatiku. Biarkan hati ini yang berkehendak dalam beku tak terhingga. Aku cukup berharap, berharap dengan semua penjelasanmu, Glenn.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang