CHAPTER 4

2.7K 198 96
                                    

Bersama denganmu kadang membuat nafasku seakan berhenti, dan semua yang ingin aku sampaikan tak mampu menemukan suaranya. Kemudian dalam hening aku hanya berharap semoga tatapan mata ini bisa bersuara mewakili hatiku.

🌻🌻🌻

Pukul 08:30 Kinara duduk di depan meja riasnya, ia memandangi potongan rambut barunya. Balutan selimut masih menutupi bagian tubuh rampingnya.

Tanpa Kinara sadari kedua sudut bibirnya terangkat, Kinara menutup wajahnya menggunakan novel yang semalam sempat tidak ia taruh pada nakas karena ketiduran.

"Gue kenapa sih!" Kinara memeriksa keningnya yang tidak panas. Ia meraih ponselnya yang tidak jauh darinya.

Kemudian membuka sisa percakapan di line semalam. Benaya belum membalas chat terakhir dari Kinara. Semalam cowok itu sempat bertukar pesan dan menelfonnya.

[benaya.zid] Potongan rambut lo bagus, cantik. 19:34

[kinarav] Bena lo sehat? 19:36

[benaya.zid] Maaf buat kemarin. 20:21

[kinarav] tumben, Mau minta maaf. 20:34

[kinarav] Apa jangan-jangan ponsel lo lagi di pegang orang ya? 20:35

[kinarav] Semacam pembajakan gitu. 20:35

[benaya.zid] Nggak, ini gue, 20:36

[kinarav] Beneran? 20:37

[benaya.zid] Iya, angkat telepon sebentar, 20:47

Benaya's calling.

"Halo? "

"Haaiii Benaya, "

"Iya,"

"Lo kenapa?"

"Gue sehat walafiat,"

"Lo bilang gue cantik tadi, "

"Ada masalah? "

"Kalo gue gabisa tidur gimana?"

"Ke balkon liat bintang,"

"Terus? "

"Sekarang! "

"Sekarang kenapa Benaya?"

"Kebalkon sekarang!"

"Ngapain?"

"Nangkap nyamuk, "

"Mau bawa raket sekalian nggak?"

"Lihat bintang nggak perlu bawa raket!"

"Jadi, mau nangkepin nyamuk atau lihat bintang?"

"Lihat bintang,"

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang