Dalang

105 6 1
                                    

Malam terdengar sama seperti biasanya, sepi. Berbeda rasanya ketika Hanzel mulai masuk ke dalam kehidupan keluar Tn. Drick, mungkin itu hanya perasaan Dave saja. Waktu seakan berhenti di malam hari, terlalu lama untuk menghabiskan masa-masa malam mencekam, mengerikan, dan berwaspada. Hanya Dave yang selalu bersiaga untuk segala kemungkinan yang dilakukan Hanzel.

Dave melirik pintu kamarnya yang terlihat dari celah di bagian bawah pintu bayang-bayang seorang melintas di depan kamarnya. Hanzel. Dave gemetar, jikalau ia mati kemungkinan besar anak-anak Drick sedemikian. Dave mencari barang tajam untuk ia melindungi diri namun, ia terlambat.

"Hai, David! Kamu terdengar seperti pahlawan di cerita ini, lihat kamu akan kalah. Aku akan melenyapkanmu dan setiap orang yang berpijak di rumah ini!" Hanzel mengeluarkan pisau dari belakang tubuhnya dan ingin menghunuskan ke dada Dave.

"Kamu tidak akan!" Dave dengan cepat menendang perut Hanzel keras hingga ia terpental.

"Beraninya pahlawan tengil!" Hanzel semakin marah ia meraih kembali pisaunya, kali ini ia mengarah pada mata Dave.

"Kau wanita gila yang pernah aku kenal, hell miss you!" Dave dengan sekuat tenaga menahan tangan Hanzel.

"Dave!" terdengar suara yang familiar.

"Drick!" Dave berteriak kencang dan Hanzel mengiris tipis pipi Dave.

"Ah!" Dave berteriak kesakitan.

Drick datang dengan keadaan pipi Dave sudah berlinang cairan merah, darah. Drick segera mengambil kotak P3K dan membantu Dave mengobati lukanya. Dimana Hanzel? Ia menghilang.

"Bagaimana bisa?" tanya Drick.

Dave diam hanya meringis kesakitan karena goresan pada pipinya begitu perih, ia hanya bisa menyimpan semua hal mengerikan tentang Hanzel.

Drick memutuskan untuk meninggalkan Dave untuk beristirahat, ia terdiam sesaat. Sesuatu telah mengalihkan perhatiannya, sebuah tetesan darah yang menimbulkan jejak dimana-mana. Bukan dimana-mana, jejak darah itu mengarah pada kamar Hanzel. Drick hanya menyimpulkan sesuatu dalam pikirannya.

***

Pagi-pagi buta Sara dan suaminya sudah berangkat kerja padahal ini hari libur, ya mereka terlalu sibuk banting tulang. Seperti biasa kegiatan Carrol, Carra, dan Ed di hari libur adalah membersihkan rumah. Lain lagi dengan mereka, pagi ini Dave memasang raut wajah kesalnya, ingin dilampiaskan tetapi ia tidak punya daya.

"Aku tahu," celetuk Carrol mendekati Dave yang sedang duduk terdiam di halaman rumah.

"Tahu apa?" Dave bingung dalam diamnya.

"Hanzel melakukan sesuatu padamu tadi malam," Carrol berbisik pada Dave agar tidak di dengar siapapun.

"Kalau kamu tahu, simpan dan jaga itu. Aku tidak mau siapapun tahu, terlebih orang tuamu," Dave berbicara berbisik pelan.

"Mengapa?" Carrol sedikit jengkel pada Dave.

"Aku mengenal seorang killer, jika semua tipu dan muslihatnya gagal ia akan melampiaskan kekesalannya sebegitu hebatnya, she can kill everyone," Dave berbisik di telinga Carrol.

Carrol terkejut, ucapan Dave barusan merupakan kebenaran yang tanpa ia sadari. Carrol menganggukkan kepala menandakan sependapat dengan Dave.

"You know? Maybe you're smarter than her," puji Carrol.

"Kamu salah!" Dave tertawa keras.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Damn! I'm ScaredWhere stories live. Discover now