WARNING
BOYS LOVE
The work focused on boys/boys relationships
===========
Playlist:
Meet Me in The Hallway
*HS*
***
Lantang tak paham, mengapa ia tak bisa beranjak dari jendela.
Semalaman ia menghadapi setumpuk latihan ujian yang bahkan tak satu nomor pun sanggup ia selesaikan membaca soalnya saja, jangankan menjawab pertanyaan. Ia menopang dagu, menjentikkan jari-jari di pipi, melamun menatap pantulan dirinya di kaca jendela yang membaur dengan bias lampu malam dan bayangan ranting pohon rambutan. Paling-paling, jika lelah ia akan mendesah panjang dan menyandarkan punggung di kursi, lalu kembali merenung, padahal pikirannya nyaris kosong.
Tampak dari pantulan kaca, waker di sisi tempat tidur yang berkedip saat angka sepuluh berganti sebelas menghenyakkan lamunan pemuda itu. Dia teringat belum mengunci pintu. Sambil menyeret langkah membawa serta ponsel di tangannya, malas-malasan ia menuruni anak tangga, menyusuri semua pintu dan jendela rumah untuk ia kunci dan tutup tirainya, juga memadamkan lampu-lampu.
Bersamaan dengan diputarnya kunci pintu terakhir di rumah itu, ponsel di tangan Lantang berbunyi.
"Belum tidur?" sapa Bestari begitu panggilannya dijawab.
"Masih belajar," dusta Lantang.
"Ibu cuma mau ngingetin kamu buat cek sekali lagi pintu dan jendela sebelum tidur," katanya.
"Aku tahu," kata Lantang. "Ini lagi ditutupin satu-satu. Aku udah makan malam, seharian nggak ke mana-mana karena Tya ke sini," lapornya sebelum ditanya.
Bestari mengulum senyum di sana, disambut sang suami yang juga turut mendengarkan. "Pinter. Ibu pulang besok malam, atau hari Minggu."
"Gimana nenek?" Lantang bertanya.
"Hmmm ... next time ... kamu ikut aja, Nak. Nenekmu tinggal satu-satunya, dia nanyain kamu tadi," jawab Bestari.
Lantang terdiam.
"Lantang?" panggil Bestari.
"Apa itu artinya nenek nggak baik-baik aja?"
Bestari gamang, melempar tatapan kepada Rangga yang serta merta mengangguk. "Nenekmu sudah tua, sejak serangan jantung kedua memang sudah sulit kondisinya. Jadi kalau kesehatannya ngedrop sedikit begini ... dokter selalu mewanti-wanti supaya kami siaga. Minggu depan ... kalau keadaannya nggak membaik, ibu ke sini lagi."
"Minggu depan ajak aku, Bu," kata Lantang, menyesal. Lagi pula, dia sudah tak sebebas dulu di kamarnya sendiri. Tak bisa merokok di jendela karena ada yang mungkin mengawasi. Sambil berkata begitu, Lantang mengintip ke seberang jalan, sebagian lampu di dalam rumah mendiang eyang Trisna masih menyala.
"Oke, sekarang kamu tidur, ya. besok lagi belajarnya. Paling-paling juga kamu main game-"
"Aku belajar!" sanggah Lantang kesal.
Bestari tertawa kecil. "I love you, selamat tidur, yah?"
"Ya."
"I love you," imbuh sang ibu menegaskan.
"I love you too! Ya ampun," balas Lantang menyengal.
"Jangan nakal, lho, bye, Sayang ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANG
Narrativa generale"Love has to win, Lantang. If it doesn't, it's not love anymore." -Luksa Benyamin- A coming of age boys love story. Not a fan fiction. Enjoy my sweat and heartbeat Kincirmainan