MY BROTHER

372 36 68
                                    


My Brother

Hong Joochan 

Kim Jibeom

Hari itu tepat salju pertama turun. Anak kecil berusia lima tahun itu tampak senang bermain-main dengan salju. Salju yang turun menempel pada pohon-pohon bunga di dalam pot hingga menutupi halaman. Senyum manis anak kecil itu selalu mengembang kala ia meraih setumpuk salju lalu ia lemparkan sembarang.

"Jibeomie, sudah sore. Ayo masuk!" panggil seorang wanita yang tak lain adalah ibunya.

Anak kecil itu berlari berhambur ke pelukan ibunya. Sang ibu menyambut hangat putra yang amat ia sayangi itu. Ia membersihkan salju yang tertinggal di rambut Jibeom perlahan.

Mereka adalah keluarga kecil yang bahagia, setidaknya 14 tahun yang lalu. Benar, kebahagiaan mereka mulai pudar sejak Kim Jaeha-ayah Jibeom tiba-tiba saja membawa seorang anak laki-laki seumuran Jibeom ke rumah. Hong Joochan nama anak itu. Ia adalah putra sahabatnya yang bernasib malang. Joochan menjadi yatim piatu setelah orang tuanya mengalami kecelakaan tunggal. Kim Jaeha yang merupakan sahabat dekat ayah Joochan merasa bertanggungjawab untuk membesarkan Joochan, karena kakek-nenek-nya sudah tiada, itulah sebabnya ayah Joochan menitipkan hak asuh pada Jaeha.

Jibeom dan Joochan kini bersekolah di Golden High School. Mereka kebetulan satu kelas. Mereka sangat akur di sekolah maupun di rumah, sudah seperti saudara kandung. Namun Joochan yang pintar sering kali membuat Hana-ibu Jibeom tak suka. Hana tak ingin Joochan unggul dalam hal apapun dari anaknya.

"Jibeom sayang, sarapan dulu nak," panggil Hana kala melihat Jibeom turun dari tangga. Hana telah selesai mengoleskan roti dengan selai stroberi.

Jibeom duduk di salah satu kursi dekat dengan ibunya. Tas gendongnya ia letakkan di punggung kursi. Tak berapa lama, Joochan datang dan ikut bergabung bersama mereka.

"Eomma, kenapa selai stroberi lagi? Joochan tidak bisa memakannya," keluh Jibeom mendapati selai di dalam rotinya ternyata selai stoberi lagi.

Joochan memang tak bisa memakan selai stoberi karena alerginya. Jika Joochan memaksakan diri memakannya, maka ia bisa terkena demam tinggi bahkan sesak napas. Joochan masih diam sambil memandangi setumpuk roti dan selai stoberi di meja makan.

"Kalau begitu tidak usah memakannya. Eomma membeli selai stoberi karena kamu suka stoberi, Beom," balas Hana tak acuh. Hana tak pernah peduli pada Joochan kecuali saat ada suaminya. Hana menganggap Joochan tak pernah ada di kehidupan mereka. Joochan hanya orang asing baginya.

"Tidak apa-apa Hyung, aku bisa memakan rotinya tanpa selai. Bukan masalah besar, kok," balas Joochan. Ia segera mengambil selembar roti lalu memakannya lahap. Joochan tahu itu hambar, namun ia tetap memakannya. Joochan hanya tak ingin membuat keributan di pagi hari.

Seperti itulah sikap Hana jika suaminya tak ada di rumah. Ia akan memperlakukan Joochan dengan berbeda. Hana benci Joochan.

"Eomma, aku berangkat," ucap Jibeom setelah selesai dengan sarapannya.

"Hati-hati di jalan ya, belajar yang rajin."

"Aku juga berangkat Eomm-, ah maksudku Bibi," kata Joochan sambil membungkuk hormat. Hana tak ingin dipanggil dengan sebutan Eomma oleh Joochan, sebab anaknya hanya Jibeom seorang.

"Ya, pergilah," balasnya singkat.

Jibeom dan Joochan pergi ke sekolah dengan transportasi bus. Jibeom dan Joochan kebagian duduk di kursi belakang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MY BROTHERWhere stories live. Discover now