1. Keberangkatan

116 5 1
                                    

Kasak-kusuk pagi yang melelahkan. Bagaimana tidak lelah rasanya penat dibadanku masih melekat di sumsum tulang belakang.

     Belum lagi mesti harus mengumpulkan berkas-berkas yang masih berserak di meja, dilantai persis kamar abunawas. Aku ingin memulai babak baru setelah menyelesaikan SMAku tiga bulan lalu.
     Aku belum kepikiran untuk melanjut ke kuliah manapun. Aku ingin bekerja

    "Niah! cepatlah mandi hari sudah jam 5. kalau sudah mandi cepat sarapan. ibu enggak mau kamu terlambat!!" pekik ibuku berkumandang dari lantai bawah
    "Iya bu." kataku bergegas turun menuju ke kamar mandi. Sebenarnya kantukku belum hilang. Tapi aku enggak mau omelan ibuku tambah panjang.

     Setelah selesai mandi dan aku mengenakan baju kaos putih dengan celana jeans hitam lalu aku memasukkan sisa berkas ke dalam tas pakaian, tas ransel hitam kesayangan.

     "Niah jangan lupa tiketnya!" teriak ibuku mengingatkan.
     "iya bu." tanganku menggapai amplop putih berisi tiket untuk terbang. lalu menyantelkan ransel dibahuku, kemudian menuruni anak-anak tangga dengan sedikit galau.

      Di bawah kulihat ayah, adik dan kakakku mengelilingi meja makan. Sambil sarapan banyak petuah dan nasehat yang ayah dan ibu berikan.

     Sesekali kakakku Dalila mengingatkan jangan sampai lupa kirim kabar jika sudah sampai. Juga adikku Sarinah berkisah rindunya ia bila nanti berjauhan.

     Antara semangat dan lesu aku memberi tanggapan. Sampai akhirnya aku diantar mereka ke bandara Sultan Mahmud Badarudin.

    Tiba dikeberangkatan, tangis dan haru tak bisa lagi kutahan. Kami bersalaman dan berpelukan seolah akan begitu lama waktu memisahkan.

     Mereka melambaikan tangan ke arahku. Air mataku jatuh bak hujan deras bercucuran.
Tanpa menunggu lama aku sudah duduk di dalam pesawat yang akan membawaku ke Batam.

      Aku duduk sebelah jendela. Ku sapu semua pandangan keluar. Cuaca hari ini sangat baik. Matahari mulai menampakkan sinar.

      Aku banyak diam sambil mengenang tentang keluargaku, tentang sedihku, tentang kesal pada Riko yang biasa mengantar.
      Tapi mulai hari ini kebiasaan itu akan pending. Entahlah sampai kapan.

Sebenarnya aku sendiri tidak tahu persis apakah aku cemburu Atau merasa kehilangan.

     Lima hari ini aku diam. Tak mau mendengar permintaan maafnya. Kepalaku masih dikerumuni kesal, dia sepertinya lebih mementingkan menjemput Dira daripada menjemputku dari les.

      Padahal banyak yang ingin kuceritakan, banyak yang ingin kutumpahkan tentang lamaran kerjaku diterima. Tentang keberangkatanku misalnya.

      Selama ini Rikolah teman terbaikku. Aku selalu aman berada didekatnya. Bahkan kami sering diolok-olok pacaran. Tapi yang ku heran tak ada sedikit debaran.

      Juga tak ada degup-degup yang menggoncangkan saat matanya menatapku. Tapi aku selalu marah dan ngambek jika Riko terlambat atau tak datang bila kami sudah janjian.

      Begitulah lamunanku memanjang. Menghabiskan satu jam dalam perjalanan. Dan dunia Batam menyambutku saat kakiku menuruni satu-satu ke tanahnya, welcome to Batam

                     $$$

#Lanjut ke 2 bacanya ya...

   Enjoy reading ya...ke yang lebih seru...tentang dunia Batam yang katanya dunia industrian ..dunia shopping bagi yang ber uang...

Sepotong cinta untuk RaniahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang