Hari masih pagi, tiba-tiba ada rasa yang mendesak-desak tak tertahankan. Dengan cepat aku berdiri meninggalkan pekerjaan yang baru saja kumulai.
Aku menuju toilet, aku ingin pipis.Di toilet aku berpapasan dengan Rida, cewek Gun. Aku dan Rida berbalas senyum.
"Niah bisakah aku bicara denganku sebentar. Ada yang ingin kuceritakan padamu.Ku tunggu di kantin ya sekarang." ujarnya cepat ketika melihatku buru-buru masuk ke kamar toilet."Ya bisa! jawabku cepat karena takut kebelet pipis. Mau cerita apa ya Rida. Pastilah dia ingin bercerita betapa serunya jalan- jalan dengan Gun.
pertanyaan itu mulai mengganggukuPastilah Rida ingin mengatakan terima kasihnya padaku. Kerena aku telah mengenalkan Gun untuknya. Untuk hatinya. Untuk cintanya. Huh!
Ada rasa kesal dan menyesal mengapa aku bisa mengiyakan ajakkan Rida tadi. Mengapa ini bisa kulakukan. Mengapa aku sekarang tak punya perhatian kepada hatiku yang sering menelan kepahitan.
Mengapa aku turut berkongsi mendustakan. Mengapa aku sekarang berpartisipasi menghancurkan angan hatiku terang-terangan.Angan yang kukumpulkan dengan susah payah seakan sekarang menjadi puing-puing sampah berserakan.
Hingga aku tak tahu lagi, aku lupa cara yang pantas untuk melipur hatiku agar tidak sedih berkepanjangan.Aku ingin tetap terlihat sangat kuat mengalahkan anganku yang keterlaluan. Aku terus menekan harapan agar Gun sedikit saja mau menyisihkan hatinya untukku.
Untukmu Gun, aku rela menjadi apa saja yang kau inginkan. Sekalipun hatiku menjadi serupa keset kaki yang kau pijak-pijak sampai koyak.
Padahal dihatiku pernah tersirat, aku pingin betul menjadi kursimu, mejamu, bantalmu, selimut dan seluruh ruang yang ada dihatimu.Aku akan beri apapun yang kau butuhkan. Aku ingin menjadi rumahmu yang selalu kau rindukan.
Agar hatimu tak kemana-mana lagi, akulah tempat yang ingin kau pulang.Yang seperti itu Gun, yang anganku inginkan.
Tapi sepertinya Gun tak kan bisa memberi apa yang kuinginkan. Dan aku harus menelan kekalahan.Terlalu banyak keinginan yang ingin kukatakan.
Karena aku takut Gun, kau akan semakin jauh. Dan aku tak mau kau menhilang. Itu yang lebih menyakitkan dari seribu sakit yang pernah kurasakan.Setelah selesai dari toilet aku menuju kantin menemui Rida, si pehakor..julukan yang diberikan hatiku sekarang. Aku mengambil duduk persis dihadapannya.
"Ada apa Rid, nampak serius kali kau. Ada masalah dengan Gun ya. Biar aku bantu meluruskan." kataku membuka percakapan.
Kulihat Rida tersenyum menyambutku. Senyumnya manis banget. Rambutnya yang tertutup jilbab pink soft. Wajahnya putih bersih. Hidungnya mancung. Cantik banget. Mirip artis, Laudya Cintya Bella. Huh! Hatiku tiba-tiba lemah lunglai.
Pantaslah hati Gun dengan cepat beralih pandang. Tidak seperti aku yang hanya menang kulit. Putih tapi sangat kalah jauh jika ditanding dengan Rida.
Huuhh! Lagi-lagi kutarik napas panjang. Ya Allah ampunilah aku. Mengapa tiba-tiba aku ingin mendustakan nikmat yang telah Kau berikan.Hanya karena wajah cantik yang ada dihadapanku ini.
Cepat-cepat kupasang wajah ceria.
Aku tak mau Rida bisa membaca semua ungkapan miris hatiku.
Biarlah yang tahu cukup aku dan Tuhan."Gimana-gimana." kataku kemudian dengan gaya ceria sambil tersenyum lebar menatap Rida.
"Kemarin aku dan Gun nonton bareng. Kami melihatmu diantara kerumunan pas mau keluar gedung 21. Gun memanggilmu, tapi kau tak dengar." papar Rida kemudian. Aku menangkap wajah sedikit kelesuan."Oh ya, maaflah aku tak dengar. Habis ramai betullah. Iya, aku dan Ganda memang kemarin nonton. Filmnya bagus sayang kalau dilewatkan." ujarku dengan hati yang menyatakan penyesalan mengapa sampai tak mendengar suara Gun. Suara yang seharian kurindukan.
"Kau dan Ganda pacaran ya." lanjut Rida dengan mata penasaran. Sebenaran aku tak suka pertanyaan itu. Tapi dengan cepat kupasang ceria senyumku.
"Baru pendekatan. Belum jadian. Terus gimana kalian. Baik-baik kan" ujarku sedikit membohongi perasaan. Demimu Gun! teriak hatiku lagi.
"Ini Niah, sebenarnya bukan masalah. Aku senang bisa jalan dengan Gun berkat pertolonganmu. Cuma...aku ada sedikit heran. Mengapa ya, setiap kami berjalan kau saja yang jadi bahan perbincangan Gun. Gun selalu bercerita tentangmu. sedikit-sedikit tentangmu. Dan aku rasa dia itu lebih tertarik padamu bukan padaku." jelas Rida panjang lebar dengan muka lesu. Aku jadi kasihan.
"Hei hei!..kau jangan mudah mengambil kesimpulan. Itu tidak benar.
Aku tak punya rasa, begitupun Gun. Aku dan Gun hanya sahabatan. Wajarlah Gun sering cerita tentang aku, aku kan sahabatnya. Tapi tenanglah kau jangan pikir macam-macam. Gun sangat suka padamu kok. Gun sering cerita kekagumannya padamu. Gun menyukaimu percayalah. Kau tengok sekarang, aku sedang dekat dengan Ganda." ulasku pada Rida sambil menepuk-nepuk tangannya memberi keyakinan agar jangan cepat menyangsikan hal- hal yang belum jelas kebenarannya."Aku akan selalu menolong mendekatkan kalian. Oke, lanjutkan perjuangan! Jangan pesimis gitu ah. Sudah dulu ya, pekerjaanku banyak. Lain kali kita sambung lagi." ucapku kemudian sambil memperhatikan jam di handponeku. Duh..sudah banyak waktu terbuang.
"Thanks ya." ujar Rida kusambut dengan senyuman. Lalu kamipun berpisah didepan pintu bersebelahan ruangan.
Aku menuju bagian tempat dudukku. Mulai memperhatikan pcb-pcb yang selalu setia menemaniku setiap hari.
Aku menyukai pcb itu seperti aku menyukai Gun. Apakah benar yang dikatakan Rida tadi. Apakah benar aku yang menjadi pokok bahasan Gun.Betulkah itu Gun? Apakah aku cukup penting bagimu? Atau cuma karena tak ada bahasan, cerita tentangku itu cuma, kau jadikan kambing hitam.
Ah, Gun..mengapa harus ada rasa yang seperti ini. Aku enggak suka perasaan macam gini. Aku ingin tak punya pikiran sekusut ini.
Ya Allah tolong pindahkan hati hamba ini sejauh-jauhnya. Ke planet yang terjauhpun aku mau asalkan tak mudah kembali ke tempat yang paling kurindukan ini.
Ya Allah tolong sadarkan hati yang mudah lupa diri ini. jauhkanlah- sejauhnya...sesungguhnya aku tak ingin mendekati hati yang tak pernah punya tempat untukku. Beri aku kekuatanMu ya Allah.." doaku panjang mengusir keresahan.
Tak terasa waktupun bergulir cepat. Bel panjang mengakhiri pekerjaanku hari ini. Aku melepaskan uniform yang melekat ditubuh mungilku.
Dengan langkah cepat aku ingin segera sampai di rumah pamanku. Aku tak ingin berjumpa mahkluk apapun, termasuk ketiga temanku. Terlebih lagi, Gun!Aku ingin segera sampai di rumah pamanku. Aku ingin melepaskan penat yang amat sangat di badan. Aku lelah, Tuhan. Selelah-lelahnya.
$$$
Oke guy...gimana? Nyamankah hatimu, seandainya posisimu sama Dengan hati Raniah?
&
Kususuri pulaumu
Ku seberangi lautmu
Ku datangi malam
Kudengar derap langkah bayangan yang bercerita tentang jalan yang tak ingin kita tempuh
&&&Seandainya hati dapat ditukar-tukar ya..?!
#Lanjutin bacanya ya..biar tahu ujungnya senang atau menyakitkan..
IsyaAllah besok saya tayangkan yang ke 7
Tq ya sudah sudi baca dan ngasih suaranya...tetap happy!!...28 mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong cinta untuk Raniah
Novela JuvenilCinta terkadang memang bukanlah mesti dianggap Tuhan Yang mesti disembah ditempuh dengan kecewa dan air mata Terus dipuja dan berharap akan jadi tujuan sebuah hati yang benar tulus memberikan cinta dan melabuhkan perasaan yang terakhirnya hanya untu...