4. Perjalanan Rindu

39 2 0
                                    

Begitulah hari-hariku bersama Gun berjalan sangat manis. Kemana- mana kami pergi berdua.

     Sepulang dari kerja kami langsung melayap jalan-jalan ke mall-mall. Bukan belanja barang seperti tas branded, bukan juga beli gadget yang terkenal sangat murah disini.

      Di Nagoya Hill ini adalah pusat belanja di Batam.
Sering Gun menawarkan sesuatu yang aku senang agar aku jadi dibelikannya. Tapi aku selalu menolaknya. Aku tak ingin beli sesuatu apapun. Bahkan aku malah menganjurkan Gun untuk menabung.

     Seperti yang sekarang aku lakukan mengumpulkan uang sebanyak mungkin agar bisa dibawa pulang lebaran. Aku tak mau memanfaatkan uang Gun untuk beli hal-hal yang tak penting.

     Aku hanya memilih beli sekeping coklat atau hanya ingin ngopi-ngopi dengan Gun.
Itu saja sudah menjadi suatu hal yang paling menyenangkan. Tidak hanya itu kami sering ke angkringan cuma sekedar berangin-angin menghabiskan petang.

     Dan kami juga kerap ke Barelang yang terkenal dengan 6 jembatan, perkampungan Vietnam. Menyusuri pantai-pantainya maha indah yang tak pernah ada di kotaku.

     Kegiatan menyenangkan itu terlalu sering kami lakukan tanpa bosan. Layaknya seorang pasangan yang harmonis. Gun yang sayang dan penuh perhatian tapi hanya sebatas teman curhat dan jalan-jalan.

"Niah!" Sebuah teriak mengagetkan tiba-tiba membuyarkan serbuan lamunanku. Hampir terlepas board ditanganku. Aku kaget bukan main. Ternyata begitu lama lamunanku melayang. Mendengar suara Eva, leader yang menggelegar. Aku kaget bukan main. Aku membetulkan letak kaca mataku yang hampir oleng.

     "Kemana aja kalian heh! Tiap hari kulihat kau jalan terus sama Gun. Kau pacaran ya sama Gun anak box itu?!" Kedua tangannya menempel dipinggang mendekati mejaku. Matanya yang besar mulai menyelidik. Juga bibirnya yang tebal berwarna merah terang terus-
terusan menatapku penasaran.

       Aku menatapnya sesaat lalu melanjutkan lagi kerjaanku yang hampir selesai.
     "Siapa yang pacaran kak Eva. Aku enggak pacaran. Kami cuma jalan. Kami cuma temanan! " jawabku agak kencang. Saking kencang aku tak sadar ada langkah datang. Tapi aku malas menoleh langkah itu.

     "Tuh panjang umur dia baru disebut langsung datang. Eh Gun! Rajin betul kesini. Lihat pacar ya!" sambut Kak Eva sambil berdiri. Kutoleh Gun mengambil duduk disebelahku sambil senyum-senyum. Senyum jelek!! teriakku dalam hati.

     "Apalah kak Eva ini. Anak sejelek ini mana maulah aku pacaran dengannya. Mana matanya kecil, sipit lagi. Kayak amoi telang." ujar Gun seolah bola matanya mau keluar mengejekku beruntun.

     Oh, ternyata sejauh ini, aku tak punya chemistry buatnya sedikit saja terkagum. Oh..oh..aku telak salah perasaan kutukku habis-habisan.

     "Iyalah aku juga enggak niat jadi pacarmu. Aku sekarang sedang mengincar hati Ganda. Anak maintenance yang ganteng itu. kau kenal kan Gun."ujarku sedikit tegas tak mau kalah kencang. Aku suka gayanya yang mahal.

     Oh Tuhan..sedusta ini aku lakukan. Sesakit ini membunuh rasa yang mulai berkunang-kunang. Tapi biarlah, biarlah Gun dan semua tahu ketaksukaanku pada Gun untuk menjadikannya pacar. Biar hanya Tuhan yang tahu.

     "Oh aku jadi tahu sekarang. Pantas saja kemarin kau kulihat asyik ngobrol di kantin. Jadi itu ya" olok Gun mungkin dia senang mengejekke. Dengan mimik wajah misteri. sambil tangannya mulai menolongku memperbaiki board-board riject itu sampai selesai.

     "Sudah ah, payah ngomong dengan kalian. Enggak jelas banget.." dengan sigap kak Eva berlalu meninggalkan kami yang masih meneruskan perbincangan yang kupikir enggak penting banget. Cuma bikin hati rusak!

     Apalagi pas Gun bicara tentang kado yang kami beli beberapa hari yang lalu. Boneka beruang itu aku yang pilihkan. Begitu tahu untuk siapa kado itu ingin Gun berikan. Untuk Rida apriani! Anak operator yang duduk di bagian packing paling belakang. Mana lagi sudah dua kali aku menyampaikan salam Gun untuk Rida. Huh! Sungguh ini sebuah pembunuhan.

     Tolong buat aku tegar Tuhan. Itu pintaku berkali-kali menekan sesuatu yang ingin loncat di dadaku. Yang bikin aku mual.
Tapi selalu penuh perhatian dan dukungan aku rela demi Gun. Aku rela mencampakkan air mataku yang meleleh di dadaku yang paling dalam.

     Aku rela melakukan sekalipun itu bertentangan. Sekalipun itu penganiayaan terhadap rasa yang paling jantung. Demi Gun orang yang paling ku sayang.
Apapun asal membuatnya senang aku rela membunuh setiap ingin yang tumbuh subur dihatiku. Ingin dianggap lebih, ingin diistimewakan. Ingin dianggap pacar!

    Kini aku mulai didera rasa takut yang hebat. Kalau aku tak baik pasti Gun akan meninggalkan aku. Pasti Gun tak lagi mengunjungi aku. Pasti Gun melupakan aku. Dan aku tak mau itu terjadi.

     Biarlah aku jadi teman terbaiknya. Dengan segenap rasa dihati. Biarlah topeng ini kusembunyikan. Dengan begitu kami tak akan terpisahkan.

     Sampai jam habis kami terus berbincang. Dengan canda dan tawaku membuat Gun sering terpingkal saat aku mulai cerita lucu. Itulah yang paling membahagiakan. Membuat Gun tertawa. Rinduku seakan terkapar ditengah jalan. Seakan ada yang roboh pelan-pelan...Hatiku!

$$$

#Lanjutin ya yang ke 5..lebih mengharukan...

#Walau hati menangis tapi,
I hope you guys are happy to read it..read every tear that spilled in my heart..

#Pergilah cahaya mataku
Terkadang dalam kegelapan aku baru sadar sinar seperti apa yang kau tawarkan selama ini...cahaya yang tak mungkin kumiliki.......

Sepotong cinta untuk RaniahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang