KORIDOR sekolah sudah tampak ramai di pagi hari ini. Levi melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul 06:19. Ia terus berjalan mengacuhkan semua pandangan cewek-cewek terhadap dirinya. Wajar saja, lebih dari setengah populasi siswi angkatannya di sekolah sudah menjadi mantannya. Pasti mereka tengah asik menggosipinya.
Levi menghentikan langkahnya ketika melihat Robi nongkrong di depan kelas dengan wajah yang penuh lebam.
"Woi Robi. Tu muka kenapa? Makin jelek lu." Tanya Levi di selingi dengan tawa renyah.
"Gara-gara temen sekelas lo noh, si Cewek Gorila bar-bar." Balas Robi dengan ketus.
"Siape?" Levi mengerutkan dahinya.
"Mika lah, siapa lagi cewek di sekolah ini yang bar-bar selain dia."
"Hah? Sumpah lo? Jadi ceritanya lo habis di hajar sama dia?" Sedetik kemudian Levi tertawa terbahak-bahak hingga mengundang perhatian beberapa orang untuk menatap dirinya.
"Ketawa aja terus."
"Lo cowok masa kalah sama cewek?"
"Dan lo masih meyakini kalau dia cewek?"
"Bodo amat lah. Gws bro." Levi masih tertawa kemudian melangkahkan kakinya kembali.
Kelas Levi adalah XII IPA 5, bersebelahan dengan kelas Robi XII IPA 4. Levi masuk ke dalam kelas dengan senyum penuh misteri. Apakah yang akan ia lakukan hari ini?
"Woi Mika, lo apain noh si Robi? Kok mukanya jadi ganteng." Celetuk Levi ketika ia melewati bangku Mika.
"Habis gue reparasi." Balas Mika cuek.
Levi terkekeh geli, kemudian duduk di bangkunya.
Mika tengah serius menggambar pada lembar paling belakang di buku sejarahnya sehabis kebut PR di sekolah tadi pagi. Tiba-tiba saja sebuah pesawat kertas terbang menuju ke arahnya dan menabrak keningnya, kemudian pesawat itu terjatuh.
"SIAPA NIH YANG MAIN PESAWAT KERTAS?!" Mika berdiri dan menggebrak mejanya.
"Gue, kenapa?"
Mika membalikkan badannya, menatap Levi yang sedang tersenyum menantang.
"Lo pikir ini taman kanak-kanak? Kalau main di luar sono lebih luas. Kena jidat gue nih!!" Protes Mika dengan sebal.
"Loh, itu jidat ya? Lebar banget sih, jadi gue kira landasan pesawat terbang"
"Bener-bener ya lu, tiap hari cari ribut mulu sama gue. Sini maju!" Mika melipat kedua tangannya di depan dada.
"Galak banget sih. Coba kalau lo nggak galak, pasti lo udah jadi mantan gue."
"Hooeekkk.. ogak gue jadi mantan lo. Jadi temen aja gue udah darah tinggi."
"Selamat pagi."
Mika dan Levi mengalihkan pandangannya kepada Pak Irsya, guru sejarah mereka. Tanpa mereka sadari, bel masuk sudah berbunyi. Bahkan semua teman-temannya sudah duduk rapi di tempat masing-masing. Hanya mereka berdua yang berdiri dengan tatapan permusuhan.
"Itu kalian berdua, ngapain berdiri di situ?" Pak Irsya menunjuk dua orang yang tengah berdiri di antara jalan atau celah pada bangku. "Duduk" perintahnya.
Levi menatap mika kemudian menjulurkan lidahnya dengan tatapan mengejek. Mika hanya diam mengabaikan dan mencoba duduk dengan tenang meskipun hatinya masih panas mendengar kata-kata pedas Levi soal jidatnya.
"Baiklah anak-anak, hari ini Bapak akan membentuk tim Leader dan Non-Leader. Bagi yang nilai pada ulangan harian kemarin tinggi, akan menjadi Leader. Dan jika sebaliknya, akan menjadi Non-Leader. Setiap tim akan berisikan dua orang, yang pastinya adalah Leader dan Non-Leader. Tugas Leader adalah untuk menjadi guru bagi yang Non-Leader. Jadi, Leader harus bisa mengajarkan kepada pasangan Non-Leader kalian tentang materi pelajaran saya sampai nilainya bisa di atas KKM. Mengerti?" Jelas Pak Irsya panjang lebar, di balas dengan seruan murid-murid yang mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Pacar
Teen FictionIni bercerita tentang Levi Prananta yang berniat memacari semua cewek yang ada di bumi untuk mencari cinta sejati. Namun pengecualian untuk Mika Sabrina, makhluk galak yang di beri julukan Cewek Gorila sekaligus ketua ekstrakurikuler taekwondo di se...