MIKA terus menekuk wajahnya ketika ia duduk di bangkunya. Bodoamat dengan Levi yang terus menggerutu nggak jelas karena wajahnya jadi hitam gara-gara terkena penghapus tadi.
"Mik, lo sama Levi--"
Belum selesai Lusi bertanya Mika langsung menjawabnya. "Iya."
"Kok bisa sih? Bukannya lo--"
Lagi-lagi Lusi tak dapat menyelesaikan pertanyaannya. "Ceritanya panjang, dan gue lagi males karena dia udah ngerusak hari indah gue mulai pagi ini."
"Kok lo mau sih?" Tanya Lusi keheranan.
"Lah elu juga kenapa dulu mau sama Levi?"
"Tapi kan beda Mik. Gue gak akan kaget Levi mau pacaran sama siapapun di sekolah atau bahkan di dunia ini, kecuali lo."
"Udah deh Lus santai aja, this is just a game."
"Lo lagi menjalani hubungan sama seseorang Mik, lo nggak bisa cuma anggep ini sebagai game. Karena sakit hati nggak se-sederhana kalah main monopoli atau ular tangga."
"Gue tau Lus, dari awal juga Levi yang bikin permainan gila ini. Tenang aja, gue nggak akan ngerasain sakit hati karena gue juga nggak akan nyari penyakit alias kebawa perasaan sama dia."
Lusi menghela nafasnya kasar. Sahabatnya itu paling keras kepala, apalagi jika sudah kemauannya, asli tidak bisa di ubah pemikirannya. "Yaudah terserah lo Mik."
Lusi pernah pacaran dengan Levi hanya bertahan 1 minggu. Sebenarnya tidak ada masalah di antara mereka, hanya saja keduanya merasa lebih nyaman berteman, dan akhirnya memutuskan hubungan mereka secara baik-baik.
Di kelas, Aura yang menjadi pacar terlama Levi, yaitu 1 bulan. Tidak heran jika sekarang cewek itu terang-terangan memberikan tatapan tak suka kepada Mika. Entah apa alasan mereka putus, tidak ada yang tau.
"Tapi lo beruntung deh Mik, kebanyakan cewek yang jadi pacarnya Levi pasti langsung di incer sama mantan-mantannya yang fanatik itu. Kalau lo yang jadi pacarnya mah beda lagi ceritanya. Mereka mana berani ngisengin lo." Ujar Lusi yang sudah hafal betul.
Bahkan dulu ketika Lusi menjadi pacar Levi tak hanya sekali dua kali mantan-mantan Levi mengganggu hidupnya. Bahkan setiap hari selama satu minggu berpacaran hidupnya tidak pernah tenang.
"Gue juga bodoamat kalau mereka berani nyentuh gue. Males ngeladenin orang kurang kerjaan." Balas Mika santai.
***
Yang benar saja, semua yang di katakan Lusi 100% salah. Lusi bilang mana mungkin mantan-mantan Levi yang bar-bar itu ngisengin Mika, ini buktinya lebih dari ngisengin. Udah keterlaluan, loker Mika diisi sampah basah.
Kalau cuma sampah kering mah nggak masalah, ini sampah basah. Kalian tau sendiri baunya seperti apa. Dan di dalamnya ada baju taekwondo Mika yang akan ia gunakan untuk ekskul nanti.
"Woi Levi, tanggung jawab lu!" Ujar Mika tak terima kepada Levi.
Saat ini pergantian jam dari Matematika ke Kimia. Namun karena guru Kimia mereka tidak hadir, mereka dapat bersantai-santai asalkan tidak ramai. Dan tujuan Mika awalnya adalah ingin mengambil novelnya yang baru ia beli 2 hari yang lalu yang sengaja ia simpan di dalam loker untuk dibaca saat jam kosong seperti ini. Namun yang ia temui sangat membuat jengkel.
"Tanggung jawab apaan? Emang gue nge-hamilin lu?" Balas Levi membalik ucapan Mika tadi pagi.
"Ah bodo!" Mika membanting pintu lokernya, kemudian langsung beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Pacar
Teen FictionIni bercerita tentang Levi Prananta yang berniat memacari semua cewek yang ada di bumi untuk mencari cinta sejati. Namun pengecualian untuk Mika Sabrina, makhluk galak yang di beri julukan Cewek Gorila sekaligus ketua ekstrakurikuler taekwondo di se...