DELAPAN

30.6K 1.9K 39
                                    

Kehidupan pernikahan yang sebelumnya Sasuke anggap tidak akan berjalan lancar sedikit demi sedikit mulai menunjukkan perubahan. Sakura adalah wanita cerdas. Meskipun raut wajahnya selalu datar dan selalu bisa membuat Sasuke kesal bahkan merasa frustasi entah itu karena argumennya yang selalu menang saat melawan Sasuke, atau bahkan karena sikap cuek dan dinginnya, Sasuke tidak akan menyangkal bahwa Sakura adalah wanita yang menyenangkan.

Sakura mengerjakan tugasnya sebagai seorang istri dengan sangat baik. Setiap pagi dia selalu menyempatkan diri untuk memasak dan menyiapkan bekal makan siang----selain sarapan, tentu saja. Dia juga selalu pulang lebih awal dan menyiapkan makan malam. Perlahan, Sasuke mulai mengetahui sikap Sakura yang menyenangkan. Sasuke mulai suka mengamati wajah polos dan damai Sakura ketika dia tidur, mulai menikmati cara Sakura mengerucutkan bibir ketika sedang berpikir, dan Sakura belakangan ini menjadi lebih sering tertawa. Wajahnya jadi lebih mudah berekspresi dibanding saat awal mereka menikah.

Mau tidak mau, Sasuke mengakui bahwa Naruto benar. Menikah dan memiliki seorang istri bukan hal yang buruk. Sakura adalah wanita yang pertama kali mampu mematahkan pendapat Sasuke sebelumnya tentang wanita dan juga pernikahan. Dia benar-benar sosok istri yang sempurna. Mereka sering berbagi cerita, bertukar pendapat, saling memberikan saran, dan untuk urusan ranjang, Sakura benar-benar bisa diandalkan.




Sasuke menutup pintu kamardan mendapati Sakura tengah menyisir di depan meja rias. Tatapan keduanya saling bertemu dan sedetik kemudian Sakura berdiri, menghampiri Sasuke.

Dengan cekatan ia membantu melepaskan dasi dan juga kemeja yang Sasuke kenakan lalu memasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor.

Sakura kembali duduk di depan meja rias sementara Sasuke masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sakura yang penuh pengertian ternyata sudah menyiapkan air hangat untuknya berendam.

Sasuke keluar dari kamar mandi lima belas menit kemudian dan mendapati Sakura masih duduk di hadapan cermin, sedang menyemprotkan kolonye ke tubuhnya yang mengenakan gaun tidur berwarna biru laut.

"Bagaimana harimu?"  Sakura bertanya ketika Sasuke memeluknya dari belakang, menyesap aroma wangi yang menguar dari tubuhnya.

"Melelahkan."  Sasuke bergumam, kedua kelopak mata terpejam menikmati harum dari tubuh Sakura.

"Ada kejadian apa?"

"Rapat hari ini dengan para pemegang saham berjalan alot. Aku tidak begitu mendengarkan apa yang mereka sampaikan, karena kepalaku berdenyut sakit sejak pagi tadi."

"Kau sakit?"  Sakura memutar tubuhnya untuk menghadap Sasuke dan menempelkan punggung tangannya ke kening pria itu.

"Hn."  Sasuke mengangguk. "Mungkin karena kau membuatku hujan-hujanan dua hari lalu."

Sakura mendesah dan menampilkan wajah menyesal. Itu memang benar. Dua hari lalu Sasuke sengaja datang untuk menjemput Sakura namun rupanya pria itu tertimpa sial. Mobil yang dikendarainya mogok dan mengeluarkan api, berasal dari radiator, menurut orang bengkel. Sialnya lagi ponselnya mati kehabisan daya dan dia tidak bisa menghubungi Sakura. Jadi dia terpaksa menyewa sepeda di tempat penyewaan sepeda pinggir jalan untuk menuju kantor Sakura, rela dirinya basah kuyup karena hujan yang turun sangat deras, hanya demi tiba di kantor Sakura tepat waktu dan tidak membuat istrinya menunggu lama.

"Aku sudah bilang, aku bisa naik taksi."

"Dan aku sudah bilang akan selalu menjemputmu setiap sore."  Ucap Sasuke bandel.

"Lalu, apa yang bisa kulakukan agar kau sembuh?"

"Sesuatu yang basah dan menyenangkan."  Sasuke berbisik sensual.

"Baiklah. Tapi hanya satu ronde saja ya? Tidak lebih."

"Masa hanya satu ronde?!"  Protesan yang dilancarkan Sasuke membuat Sakura tertawa geli.

"Jadi? Kau mau berapa ronde, hm?"

"Sebanyak-banyaknya."  Sasuke kembali berbisik sensual dan mengangkat tubuh Sakura lalu merebahkannya ke atas ranjang.












Marry a Stranger | SSL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang