future 4.0

519 103 11
                                    

***

Pagi itu Dahyun bersiap untuk pergi ke sebuah tempat.

Tempat dimana ia dapat mencurahkan segala keluh kesahnya.
Tempat dimana ia dapat mendambakan sebuah kerinduan.

"Dek, kamu gak sarapan dulu?"

"Nanti aja mah, aku buru2"

"Pergi sama siapa?"

"Sendiri mah"

"Mama telfon ucok yah, minta anterin kamu"

"Gausah mah, dia juga pasti masih tidur jam segini"

Wanita tua itu hanya tersenyum tipis melihat bagaimana anaknya itu berpura-pura bahagia.

Bagaimana ia bisa tersenyum kalau putri satu-satunya itu masih belum bisa tersenyum setulus yang dahulu.

"Aku pamit ya mah"

"Hati-hati ya dek"

Setelah berpamitan, Dahyun pergi.

***

Dahyun menatap ke arah seseorang yang tengah tersenyum.

"Apa kabar?"

Tak ada jawaban dari seberang.

"Gue kangen"

Dahyun menahan isakannya saat ini. Sebanyak apapun ia bicara, sebanyak apapun ia mengatakan rindu, tetap tidak akan ada jawaban dari seberang sana.

Ya karna ia hanya berbicara kepada sebuah bingkai foto, yang diletakan di dalam lemari kaca persis disebelah guci kecil berwarna putih bersih.

"Lo harus tau, temen rese lo itu baru aja nikah"

Dahyun terkekeh sendirian.

"Dan ya seperti dugaan kita, dia nikahnya sama siapa"

"Lo pernah bilang sama gue kan, kalo lo mau punya anak lima"

"Lo gamau kesepian, iya.. gue paham"

"Dan gue minta maaf karna gak bisa nemenin lo dari awal"

Detik itu juga air mata Dahyun jatuh di pipinya. Ia mengigit bibir bawahnya agar isakannya tak semakin menjadi.

"Maafin gue..."

Penyesalan yang datangnya sangat terlambat itu membuat Dahyun tidak bisa lagi menebus apa yang selama ini ia dapatkan dari orang itu.

Dahyun terlambat untuk mencintai.
Dahyun terlambat untuk mengakui perasaannya.
Dahyun terlambat untuk menemani orang itu di sisa hidupnya.

"Makasih buat semuanya.."

"Gue minta maaf"

"Dan gue.. sayang lo"








To be continued...

-Skyline-

Skyline (98line) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang