Kawasan pertokoan pada saat itu ramai akan pejalan kaki. Kesempatan ini sempat dilirik oleh para pemilik toko, mereka pun berlomba-lomba mempromosikan merk jual dagangan mereka dengan berbagai cara.
Salah satunya adalah menyebarkan brosur.
Di bawah paparan sinar matahari, dan di tengah karut-marut jalanan ibukota, Han Jisung betah menapakkan diri demi orang yang berlalu-lalang. Itu bukan berarti dia bergeming seperti orang tak tahu-menahu.
Selebaran kertas disodorkan kepada para pejalan kaki. Reaksi dari penerimanya ada berbagai macam. Ada yang membacanya lalu dikantungi, ada yang membacanya teramat serius (sudah jarang orang seperti ini hanya karena sehelai brosur), dan...
Puk!
Sebuah kepalan kertas menjurus tepat di kepala Jisung. Tidak sakit memang, tapi harga dirinya menurun.
Kepalan kertas tersebut jatuh tidak jauh dari kakinya. Lantas Jisung membuka renyukan kertas tersebut. Terpampang nama toko dan gambar dari kertas itu yang tidak terlihat asing.
Tentu saja, itu 'kan brosur dari tempat Jisung bekerja.
Reaksi ketiga: langsung lempar ke sembarang tempat karena 'saking tidak sempatnya'.
"Setidaknya, orang itu membuang kertas ke orang yang tepat." Jisung menggumamkan syukur. Mungkin karena sudah terbiasa. Kalau orang lain mungkin sudah menyumpah-serapah.
Kepalan kertas itu lantas tidak dibuang olehnya. Jisung malah menaruh kepalan kertas tersebut di kantung celana. Jisung pun kembali menyebarkan brosur kepada pejalan kaki.
---
Karyawan-karyawan yang lain sudah berpulangan. Kini yang tersisa hanyalah Jisung dengan seorang wanita yang masih sibuk bercakap.
"Han. Mulai besok, kamu pakai kostum ini ya."
Titah Hong Eunbi, pemilik toko 'Fancy Bakery' yang juga ikut turun tangan memasak di dapur. Menengok dari tampang gadis itu, orang pun sudah bisa menebak bahwa usianya sekitar 20-an.
"Tadaa. Ini kostumnya." Kostum berwujudkan seekor kelinci tersuguhkan di hadapan Jisung. Jisung pun mendelik begitu melihat tampilan kostum tersebut.
"Apa ini? Kelinci?" Tanya pria itu yang ditanggapi anggukan oleh Eunbi.
"Besok pake, ya."
"Hmm iya, tapi kenapa kostum kelinci? Hehe."
"Keberatan?"
"B-Bukan begitu! Cuma nanya. Hehe."
Jisung menyengir takzim, tidak ada maksud untuk menyinggung Eunbi. Eunbi lebih tua beberapa tahun dari Jisung, sehingga tidak mengherankan bagi Jisung kalau-kalau dirinya takut dimarahi oleh Eunbi.
Sementara Eunbi malah tertawa renyah begitu melihat raut Jisung yang setengah cemas.
"Slow aja, Han. Jadi... Kenapa kostumnya kelinci? Yaa cocok aja. Kamu 'kan tau sendiri kalo kita lagi ngepromosiin 'Carrot Cake'. Carrot itu wortel, dan wortel itu makanan kesukaan kelinci. Selain itu, kelinci juga pasti disukai anak-anak. Pasti mereka juga suka kue wortel, juga pembiasaan dini makan sayur." Tutur Eunbi secara detail dan tak terbantahkan.
Jisung sampai menganga menyimak penjelasannya. Namun tak lama kemudian ia mengangguk setuju.
"Wah. Idemu selalu keren, ya." Jisung menyatakakan kekagumannya. Eunbi terkekeh.
"Terus, gimana? Brosurnya habis?"
"Ah, tinggal ini."
Jisung menyodorkan beberapa lembar brosur yang tersisa. Salah satu brosur menarik perhatian Eunbi dikarenakan tampilannya yang renyuk. Kemudian diambillah kepalan kertas itu dan Jisung pun tak luput dari lirikan gadis itu.
"Kamu mungutin ini?" Eunbi menerka-nerka. Gestur wajah Jisung kembali menampakkan tanda-tanda kecemasan.
"Ah, begini. Iya, brosurnya... sengaja kupungut. Orang-orang... suka buang sembarangan. Kalo dibiarin nanti berserakan di jalan." Jawab Jisung tersengal-sengal, sesekali menatap langsung gadis di hadapannya.
Mendengar penuturan Jisung, seketika Eunbi mengerjapkan mata sebanyak dua kali.
Ternyata Jisung dengan sukarela memunguti brosur yang bahkan sudah menjadi sampah sekalipun. Pengakuan Jisung telah membuka mata Eunbi.
Ketika kebanyakan orang mengabaikan, Jisung justru peduli.
Eunbi yang saat itu diam membisu lantas membuat Jisung semakin khawatir.
"Eh... Maaf, kak... Lho?"
Menyadari adanya tatapan kosong gadis itu, Jisung pun berusaha membuyarkan lamunan Eunbi dengan menepuk pundak Eunbi berulang kali. Memaksa Eunbi keluar dari renungannya.
"Ya?" Eunbi bersikap normal kembali. Jisung semakin khawatir.
"Kak, maafin aku ya! Aku janji ngga akan mengulangi kesalahan yang sama! Nanti aku ngga pungut-pungut sampah lagi."
Kalimat penyesalan seorang Jisung terlontarkan secara beruntun. Lagi-lagi Jisung dibuat semakin khawatir karena Eunbi menatapnya dengan hampa untuk kesekian kali.
Tetapi, rupanya Eunbi cuma mengetes Jisung saja. Selanjutnya tawanya membuncah karena melihat sikap panik Jisung.
"Aduh! Ampun deh ekspresimu..." Tukas Eunbi. Jisung memasang raut bingung.
Setelah menghentikan tawanya, Eunbi pun melanjutkan.
"Mukamu pas panik, mirip kelinci yang lagi kehilangan induk. Hehe."
"Apanya yang mirip."
"Ya kalian memang mirip. Lucu. Berarti kostum pilihanku pas banget dong buatmu."
Wajah karyawan Eunbi itu pun bersemburat kemerahan. Antara senang dan tidak percaya diri begitu mendengar ucapan Eunbi tersebut.
Dan terlebih lagi, Eunbi malah menyentuh tangan Jisung sehingga memperparah denyut jantung pria itu.
"Han. Besok, aku temenin pungutin sampah brosurnya ya?" Ucap Eunbi yang malah mendekatkan wajahnya tepat di hadapan Jisung.
Crot.
Pendarahan di hidung. Jisung mimisan di tempat.
▌│█║▌║▌║
![](https://img.wattpad.com/cover/149088376-288-k145877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangkanlah ➖ Stray Kids ✔
Short StoryBayangkanlah jika member Stray Kids ada di keseharianmu, namun bukan sebagai boygroup melainkan profesi lain! Begin: 25.05.2018 ▪semi-baku ▪500-800 words ▪sebagian ide cerita terinspirasi kisah nyata orang lain