Yang Jeongin, seorang pelajar SMA yang membantu usaha keluarganya dengan membuka sebuah gerai Laundry.
Kali ini Jeongin kedapatan tugas untuk berjaga di sana. Pelanggan yang biasa ingin mencucikan pakaiannya di Laundry sebagian besar adalah mahasiswa, bussines man, dan wanita karier.
"Mas, cucian baju atas nama Hyemi udah beres?" Tanya seorang pelanggan wanita yang mendatangi Jeongin di loker penitipan.
"Sebentar saya cari dulu. Oh, udah nih."
Lantas Jeongin segera memberikan bundelan yang berisi tumpukan pakaian yang sudah bersih.
"Terimakasih," Ucap si pelanggan ketika mengambil bundelan tersebut. Jeongin mengangguk. Namun si pelanggan justru tidak langsung pulang membawa cuciannya karena ingin mengobrol sebentar.
"Oh ya, mas. Kalo kerja di laundry, berarti masnya juga ikut nyuciin baju di sini ya?"
"Iya, lumayan bisa bantu-bantu ngeringanin pekerjaan keluarga juga."
"Oh? Maksudnya usaha laundry ini milik keluarga masnya?"
"Em... Bisa dibilang begitu, hehe." Jawab Jeongin malu-malu. Sementara si pelanggan melafalkan 'oh' yang kesekian kali, tiba-tiba mencuat suatu pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan oleh Jeongin kala itu.
"Berarti, mas pernah nyuci daleman wanita? Ya 'kan?" Ujar si pelanggan dengan raut terkejut sembari menyumpal mulutnya sendiri.
Awalnya Jeongin terbelalak mendengar pertanyaan semacam itu, sampai akhirnya Jeongin tersenyum kecut dengan muka memerah menahan malu.
"Sesekali saya pernah nyuci baju wanita. Tapi demi menghargai privasi orang lain, biasanya ibu saya yang nyuci pakaian wanita." Tutur Jeongin dengan santainya.
Sedangkan pelanggan bernama Hyemi tersebut ikut tersenyum kagum atas jawaban yang diberikan Jeongin. Pelanggan itu pun pergi membawa pulang pakaiannya, dan tak lama berselang muncullah pelanggan baru.
Jeongin membungkuk hormat kepada si pelanggan yang baru menginjakkan kakinya di gerai Laundry tersebut.
"Em... Saya... mau laundry nih mas..." Ucap si pelanggan rada terbata, lalu meletakkan bundelan yang ia bawa di atas meja.
Pelanggan di hadapan Jeongin adalah seorang perempuan muda yang nampaknya baru pertama kali mencuci pakaiannya di laundry.
"Sebentar, saya timbang dulu beratnya. Satu kilo nih kak. Oh ya, mau sewa mesin cuci, atau dititip di sini dulu?" Kata Jeongin setelah mengukur berat dari cucian si pelanggan.
"Wah... Di sini bisa sewa mesin cuci? Eh?" Pelanggan tersebut sontak menutup mulut begitu melontarkan pertanyaan yang membuat dirinya terlihat norak.
Jeongin tertawa geli melihat sikap pelanggannya itu, kemudian ia memberikan beberapa keping koin kepada si pelanggan.
"Perlu dibantuin ngga, kak?" Jeongin menawarkan kepada pelanggan tersebut. Sedangkan si pelanggan bersikeras menolak tawaran Jeongin.
"Ngga usah, mas!"
"Yakin nih?"
"Iya!"
Dengan semangat empat lima, pelanggan awam tersebut menghambur mendekati mesin cuci. Ia mulai memasukkan semua cuciannya ke dalam mesin cuci dan menuangkan detergen.
Namun, disaat si pelanggan ingin menyalakan mesin, tidak ada tanda-tanda mesinnya hidup sama sekali. Pelanggan itu pun panik.
"Mas! Ini kenapa ya mesin cucinya?" Sahut si pelanggan dari kejauhan yang langsung ditanggapi oleh Jeongin.
Jeongin pun memeriksa kendala yang terjadi pada mesin cuci tersebut. Awalnya Jeongin sempat ikut panik sampai akhirnya ia melirik koin di tangan si pelanggan.
"Kak, tadi koinnya udah dimasukkin belum?" Jeongin bertanya memastikan. Si pelanggan mengerutkan dahi.
"Koin? Koin apa?"
"Itu yang di tangan kakak. Coba kakak masukkin koinnya."
Begitu satu keping koin disisipkan di sebuah lubang pipih pada mesin cuci tersebut, mesin cuci itu pun berputar tanpa hambatan.
"Tuh nyala." Kata Jeongin yang menarik nafas lega, lalu terkekeh begitu melihat muka si pelanggan yang bersemburat kemerahan.
"Oh jadi... Ini koin mesin cuci?"
"Iya, kak. Kalo ngga tahu caranya, mending tanya-tanya aja ke saya."
"Eh, saya tahu kali mas cara make mesin cuci. Kirain saya koin ini kembalian bayaran yang tadi." Balas si pelanggan dengan raut cemberut.
Bukannya Jeongin merasa takut atau semacamnya, ia justru dengan berani menggoda pelanggan itu.
"Mau saya bantu cuciin ngga bajunya?" Jeongin menawarkan beserta kedua alisnya yang naik-turun.
"Ngga."
"Yakin kak?"
Dengan segera Jeongin berlari menyelamatkan diri begitu si pelanggan berancang-ancang melayangkan sebelah sandal miliknya.
▌║▌║▌║█│▌
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangkanlah ➖ Stray Kids ✔
Short StoryBayangkanlah jika member Stray Kids ada di keseharianmu, namun bukan sebagai boygroup melainkan profesi lain! Begin: 25.05.2018 ▪semi-baku ▪500-800 words ▪sebagian ide cerita terinspirasi kisah nyata orang lain