Tante Ian menghembuskan nafas panjang dan berkata...
Ini adalah tahun ke tujuh dia jadi mahasiswi di kampus ini. Hanna itu udah hampir 1 tahun ngerjain skripsi tapi nggak kelar-kelar juga.
Hanna bego' banget ya tante?
Nggak kok, cuma dia sering stop out dan kebanyakkan kerja aja. Maklum aja Ian, dia itu tulang punggung keluarga. Sejak semester 1 dia itu kuliah sambil kerja. Kalau pagi sampai sore kuliah dan belajar, sore sampai malam dia kerja. Dia kerja apa aja, yang penting halal. Kalau libur semester, dia kerja part time di 2 tempat sekaligus.
Hanna nggak punya orang tua ya tante?
Ibunya janda dan hanya bersawah di kampung. Jadi dia tiap bulannya harus ngirimin uang buat adik-adiknya di kampung untuk meringankan biaya sekolah.
Tante kenapa dia nggak kelar-kelar ngerjain skripsi? Dia kan bisa ngerjain skripsi saat jam istirahat waktu dia kerja.
Hanna nggak punya laptop seperti teman-temannya yang lain, bahkan komputer aja dia nggak punya. Dia harus ngerjain skripsi di warnet, itu kalau dia punya uang buat bayar sewa perjam dan buat bayar print nya. Sebenarnya tante itu pengen banget lihat dia cepat-cepat lulus wisuda. Bahkan tante sering nggak tega menyuruh dia melakukan revisi. Tapi pembimbing skripsi yang lain suka memberinya revisi.
Tante, dulu Hanna kerja di mana aja?
Macam-macam, mulai dari pelayan toko, pelayan cafe, pelayan warteg, yang paling lama sih ya kerja di toko bunga D' Florist depan kampus ini?
Toko bunga D' Florist?
Iya, kamu tahu kan tempatnya? Dulu kamu sering kan beli buket bunga Mawar Merah di sana buat mantan pacar kamu yang paling tante benci sedunia karena telah tega menyakiti hati kamu.
Iya tante.
Tidak lama kemudian Ian pergi dari ruang kerja tantenya dan kembali ke kantor. Sesampainya di dalam ruang kantornya, Ian membuka laci meja kerjanya dan mengeluarkan semua memo yang di tulis oleh Hanna dulu. Ian melihat tulisan Hanna dengan seksama. Ian pun mengingat-ingat kejadian 5 tahun yang lalu.
Flashback...
Ian berjalan masuk ke dalam toko bunga D' Florist. Seorang pelayan muda berambut Hitam terurai menyapanya dengan senyuman dan berkata...
Sore mas Ian...
Sore HS...
Mau beli buket bunga Mawar Merah lagi ya mas?
Iya, nanti seperti biasa ya HS, tolong tuliskan kata-kata yang sudah saya rangkai dengan indah di kartunya?
Iya mas.
Ian pun memilih bunga Mawar Merah yang segar dan harum dengan di bantu pelayan dengan inisial name tag HS. HS pun segera merangkai dan membungkus buket bunga Mawar Merah tersebut dengan sangat indah dan cantik. Setelah itu HS menulis kata-kata seperti contoh yang ada di selembar kertas yang di berikan oleh Ian. Ian pun berkata...
Terima kasih banyak ya HS, tulisan kamu rapi dan bagus banget tidak seperti tulisan saya.
Kembali kasih mas Ian.
Flashback End.
Jadi pelayan inisial HS yang sering bantuin aku nulis di kartu waktu itu adalah Hanna Sabiah. Pantasan saja tulisan-tulisan ini sangat familiar.
Ucap Ian pun berbicara sendiri di dalam ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Mawar Merah (1-10 End).
RomanceKetulusan hati sang cleaning servis yang mengobati luka hati sang CEO melalui setangkai Mawar Merah.