Hinata's Anger

13.5K 453 14
                                    

Naruto terbangun saat mendengar suara isakan. Perlahan ia membuka matanya dan betapa terkejut nya saat mendapati Hinata disampingnya yang terikat sedang dalam keadaan kacau dengan telanjang dada dan kaosnya yang robek serta branya yang terbuka keatas, sungguh kacau.

“Astaga... Hinata? Apa yang terja...di?”
Naruto pun tambah terkejut saat menyadari bahwa ia sudah tak mengenakan apa-apa. Ia tak  mengingat apapun yang terjadi semalam yang ia ingat hanyalah dia sedang mabuk diklub malam dan ia pun yakin telah tak sengaja memperkossa Hinata karena mabuk berat. Naruto mendengus frustasi.

“Hinata..., Maafkan aku..”ucap Naruto lirih sambil melepas ikatan pada tangan Hinata. Hinata semakin menangis dan meringkuk menutupi tubuhnya. Naruto mencoba memegang Hinata, namun Hinata menepisnya.

“JANGAN SENTUH AKU!” bentak Hinata. Naruto sedikit kaget baru kali ini ia dibentak oleh Hinata, namun itu wajar karena apa yang sudah ia lakukan pada Hinata mungkin sudah tak bisa dimaafkan. Naruto mendengus pasrah dan mengusap wajahnya kasar. Ia sudah menyakiti wanita sebaik Hinata, ia hanya terdiam menatap tubuh Hinata yang tidur membelakanginya, tubuhnya berguncang karena menangis.

“Hinata.... aku pasti akan...”

Ucapan Naruto terpotong saat Hinata mulai beranjak dari tempat tidur, membalut seluruh tubuhnya dengan selimut dan berlari memasuki kamar mandi yang berada disudut ruangan kamar Naruto. Membanting pintu kamar mandi itu kasar dan kembali menangis sejadinya. Naruto beberpa kali mendesah frustasi dan meremas rambutnya. Ia mulai beranjak dari tempat tidur dan memakai celananya. Ia mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya.

“Hinata..., aku tahu aku salah tolong buka pintunya! Aku minta maaf. Kita bicarakan ini, kumohon Hinata.” Ucap Naruto penuh penyesalan.

Hinata hanya diam tak menanggapi ucapan Naruto ia hanya terus menangis dibawah guyuran air shower yang dingin sambil memeluk erat tubuhnya. Berkali-kali Naruto membujuknya untuk keluar namun nihil yang ia dengar hanya tangisan memilukan. Tangisnya sudah tak sekeras tadi namun masih bisa terdengar jelas oleh indra pendengaran Naruto yang berada diluar kamar mandi. Hinata sudah putus asa. Hidup dan masa depannya sudah hancur. Hinata sudah lelah, ia ingin berhenti sekarang juga dan yang terpikir dalam benaknya adalah ia harus segera mengakhiri hidupnya. Hinata memandang sekeliling kamar mandi mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengakhiri hidup nya. Ia sudah tak peduli akan sakit nya yang terpenting setelah ini ia tak akan merasakan rasa sakit lagi. Akhirnya ia menemukan sebuah botol bertuliskan racun tikus, tanpa berpikir panjang ia pun mengambil botol yang masih berisi setengah. Ia kembali menumpahkan air matanya sambil meremas kuat botol yang ia pengang. Tanpa memedulikan bujukan Naruto untuk segera keluar, Hinata membuka botol itu.

“Selamat Tinggal.” Ucap Hinata lirih dan langsung meneguk seluruh isi botol itu hingga tandas. Sesaat kemudian botol itu jatuh dan racun yang terkandung didalamnya mulai bekerja seketika tubuh Hinata jatuh terbaring. Tubuh Hinata menengang. Ia mulai kejang-kejang, sedikit demi sedikit busa putih keluar dari mulutnya.

“Hinata! Kau tak apa-apa kan didalam? Hinata buka pintunya kumohon Hinata!”

Naruto pun mulai panik saat sudah tak mendengar suara tangisan Hinata. Ia berusaha membuka pintu dan terus memanggil Hinata. Tak ada jawaban, rasa khawatirnya semakin besar. Ia takut Hinata melakukan hal yang tidak-tidak. Sudah habis kesabaran Naruto. Ia pun mendobrak pintu kamar mandi itu. Betapa terkejutnya Naruto saat pintu berhasil terbuka dan melihat Hinata yang kejang-kejang sambil mulutnya mengeluarkan busa putih.

“Astaga Hinata! “ Pekik Naruto dan langsung menghampiri Hinata.

“Hinata! Sadarlah! Apa yang kau lakukan?”

Dengan cepat Naruto langsung mengangkat tubuh Hinata dan menggendongnya untuk dibawa kerumah sakit. Untung saja ada sopir dan mobil cadangan dirumahnya mengingat mobilnya pasti masih tertinggal diclub malam. Naruto pun segera memerintahkan sang sopir untuk menyiapkan mobil. Perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu lama, beberapa kali Naruto mengumpat dan membentak sopirnya untuk menambah kecepatan mobilnya. Tubuh Hinata sudah tak berdaya berada dipangkuan Naruto. Berkali-kali pula Naruto bergumam pada Hinata untuk bertahan sebentar lagi bahkan tak terasa air matanya mulai turun membasahi pipinya. Ini semua salah ku! batin Naruto menyalahkan dirinya.
Sesampainya dirumah sakit Hinata segera diberi tindakan. Naruto menunggu Hinata dengan gelisah, rasa bersalah dan takut menjadi satu memenuhi hati Naruto. Ia menyesal sangat menyesal karena tak bisa menjaga Hinata dan malah menyakitinya bahkan sampai Hinata berpikir untuk merenggut nyawanya sendiri. Tak henti-hentinya ia menyalahkan dirinya sendiri. Air matanya yang sejak tadi tak bisa ia bendung terus saja mengalir tanpa bisa dihentikan. Mulutnya terus meracaukan harapan agar Hinata baik-baik saja.

Reason To Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang