Hinata's Sadness

14.7K 493 7
                                    

Akhirnya ayah Hinata telah diperbolehkan pulang setelah sudah dua minggu lebih terbaring dirumah sakit. Sudah dari kemarin ayah Hinata meminta untuk segera pulang karena ia sudah tidak betah berlama-lama dirumah sakit, dokter pun baru mengijinkannya setelah dirasa kondisi ayah Hinata membaik. Dalam perjalanan pulang tak henti-hentinya ayah Hinata menanyakan tentang biaya rumah sakit dan bagaimana cara Hinata membayar biaya rumah sakit yang pastinya sangat mahal dan Hinata hanya menjawabnya dengan senyuman dan menjelaskan bahwa ada orang yang baik hati mau membantu meminjamkan uang. Ia tak ingin kondisi ayahnya menurun kalau tahu hampir saja Hinata menjual tubuhnya. Ayah Hinata malah semakin bingung dan takut kalau memang benar Hinata meminjam uang pastinya Hinata harus mengganti, namun Hinata kembali meyakinkan ayahnya bahwa orang itu orang yang sangat baik sehingga tidak mempermasalahkan hutangnya dan orang itu tulus menolong Hinata. Ayah Hinata pun bernafas lega, semoga apa yang dikatakan Hinata benar. Ayah Hinata pun meminta untuk dikenalkan dengan orang baik itu dan berterimakasih secara langsung, Hinata dengan senang hati mengiyakan permintaan ayahnya. Sesampainya dirumah, Hiashi ayah Hinata menghela nafas lega senyuman tipis pun ia sunggingkan, ia merasa sangat rindu dengan rumahnya, meski sangat sederhana dan kecil, namun banyak kenangan didalamnya. Hinata meminta Ayahnya untuk beristirahat dikamar. Saat Hiashi hendak memasuki kamarnya, tiba-tiba dadanya terasa sangat sakit, ia meringis menahan sakit sambil memegangi dada nya. Hiashi berusaha mengatur nafasnya dan meredakan sakit didadanya, tak mau Hinata tau dan khawatir, ia berjalan menuju ranjangnya pelan-pelan dan medudukan dirinya, rasa sakit didadanya sedikit berkurang. Hiashi pun merebahkan tubuhnya diranjang. Hampir saja Hiashi terlelap ia mendengar ada suara perempuan yang tedengar sedang emosi sayup-sayup ia juga mendengar suara Hinata. Penasaran, Hiashi pun bangkit dari ranjang dan berjalan kearah suara itu.

“Hinata..., kau seperti kacang lupa kulitnya.., yang benar saja kau sudah mendapatkan uang yang kau butuhkan lalu kau dengan seenaknya keluar.., ingat Hinata kau masih terikat kontrak dengan kami.” Ucap Keyko penuh kekecewaan.

“Maafkan aku Keyko-chan, tapi aku benar-benar tidak bisa melakukan pekerjaan itu lagi aku gak mau ayahku tahu kalau aku mendapat uang dari hasil menjual tubuh seperti itu, karena sebenarnya...”

Bruk

Belum selesai Hinata melanjutkan ucapanya, tiba-tiba terdengar ada orang terjatuh. Sontak Hinata dan Keyko menoleh kearah sumber suara. Mereka terlonjak kaget melihat Ayah Hinata jatuh dilantai meringis keskitan sambil meremas dadanya.

“AYAH...”Teriak Hinata dan langsung mendekati ayahnya.

“Ayah.. ayah kenapa? Hiks..” tangis Hinata pun pecah. Ia yakin jika ayahnya tadi mendengar pembicaraannya dengan Keyko.

“Hi.. na.. ta.. A..yah..” Ucapan Hiashi yang terbata namun belum sempat berkata selanjutnya, kesadaraan Hiashi hilang.

“Ayahhh..... maafkan Hinata ayah... Hinata bisa jelaskan, ayah kumohon bangun ayah... Hiks.. AYAHH...”
Tangis Hinata semakin histeris saat tahu ayahnya sudah tidak bernafas, ia berusaha sekuat tenaga membangunkan ayahnya namun nihil. Ayah Hinata telah tiada, Hiashi mengalami serangan jantung. Keyko yang melihat Hinata menangis pilu pun merasa bersalah. Didekatinya Hinata.

“Hinata-chan, maafkan aku...”ucap Keyko tulus.

“Ayah.. Huuuu... hiks.. ayo.. bawa ayahku kerumah sakit... hiks..”

Keyko semakin merasa bersalah, didekapnya tubuh Hinata yang bergetar hebat karena tangisnya yang semakin menjadi. Hinata tak percaya jika ayahnya sudah tiada. Hinata masih saja menangis sambil memeluk tubuh ayahnya yang sudah tak bernyawa.

Skip

Hinata menatap pilu nissan bertuliskan Hyuga Hiashi. Air matanya sudah terkuras habis karena ia hanya menangis. Menangisi kebodohannya yang membuat ayahnya pergi untuk selamanya, mengangisi segalanya. Wajahnya yang sembab terlihat sangat pucat, beberapa orang pelayat membujuknya untuk pulang, namun ia tidak mau. Hianta tak mau meninggalkan ayahnya. Dari kecil Hinata hanya hidup berdua dengan ayahnya karena ibunya sudah meninggal sejak Hinata masih bayi. Keluarga Hinata hanya ayahnya, Hinata tak pernah tahu dimana keluarga ayah atau ibu Hinata yang lain, karena ayahnya tak pernah cerita apapun tentang keluarganya kecuali ibunya. Kenyataan itu membuat Hinata seakan tidak penting lagi baginya untuk hidup.

Reason To Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang