Lembaran Baru.

32 3 0
                                    

🔹Lembaran Baru🔹

Tinggalkan semuanya, buka bukunya, mulailah mencari dengan yang baru.

Sulit pasti. Tapi harus bagaimana lagi? Dia sudah pergi. Aku harus bangkit. Jangan terpuruk seperti ini, karena kata orang, terpuruk seperti ini sangat tidak berguna.

Aku tidak akan kembali untuk bersamanya lagi, karena jika itu terjadi, sama saja aku seperti membuka buku yang sama. Lalu membaca ulang buku tersebut. Aku muak.

Aku berpikir untuk menutup hati saja. Tidak akan membiarkan orang lain masuk kembali, kalau akhirnya mereka akan meninggalkan.

"Tinggalkan semuanya, mulailah dengan yang baru," aku kuat. Aku sangat kuat. Menyakinkan diri sendiri terlebihnya susah. Kadang terasa berat jika tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas di benak dan pikiran, saat dulu aku berbahagia dengan dirinya.

Dia sudah tidak membutuhkanku. Cukup. Dia sudah dengan gadis barunya. Lupakan dan kembali bangkit.

Aku melihatnya tersenyum. Aku juga harus senyum.  Aku melihatnya tertawa. Aku juga harus tertawa. Walau sesungguhnya batin tersiksa.

Sakit rasanya masih mengharapkan orang lain yang sudah pergi. Dulu, aku menganggapnya setengah dari hidupku. Tapi sekarang, dia bukan lagi siapa-siapaku.

Ketika mencium aroma tanah saat pertama kali langit menumpahkan airnya, aku selalu ingat saat bersama dengan dirinya. Dulu, sebelum rintik-rintik itu semakin deras, aku dan dia segera berlari, walau akhirnya tak satupun dari kita tetap kering.

Tapi sekarang aku dan dia berpisah. Mencari jati diri masing-masing yang sebenarnya. Mencari jalan hidup yang sesungguhnya. Jalan yang berbeda untuk memperbaiki diri lebih benar. Sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk memilih mengakhiri hubungan kami, takut salah satu diantara kami akan tersakiti.

Dan bodohnya, sekarang memang aku yang tersakiti. Apa hanya aku yang merasakan sakit ini? Sekali lagi, rasanya sangatlah sakit. Memilih keputusan untuk berpisah sepertinya salah telak.

Sekarang, aku hanya bisa berdo'a pada Tuhan yang Maha Penyayang. Pertemukan aku dengan orang yang menyayangiku sepenuhnya.

Mulai ku buka lembaran baru, tidak perlu untuk menyobek lembaran sebelumnya. Lembaran-lembaran sebelumnya bisa menerbitkan segurat senyum di masa dimana mungkin aku atau bahkan dia sudah menjadi seseorang yang berguna.

Karena lembaran-lembaran itu pernah ku tulis dengan rona pipiku, air mataku, bahkan terburu-buru karena amarah. Mereka berharga.

Selamat datang hidupku yang baru. Semoga kita bisa berteman baik.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Himpunan SajakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang