Angkasa Purnama Prasetya

144 7 2
                                    




Walau sudah melakukan aktivitasnya selama berjam-jam, tidak membuat dia menghentikan aksinya, memukul lagi dan lagi, hingga tangan yang ia gunakan untuk memukul mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

"Udah elah, lo nyiksa diri tau gak?" sentak salah seorang sahabatnya yang telah muak melihat Angkasa seperti itu.

"Gue butuh ketenangan, mending kalian pergi dari sini!" ucapnya dengan tegas dan dingin.

Selesai Angkasa berbicara, mereka--lebih tepatnya sahabat Angkasa, melenggang pergi, tidak ingin menjadi samsak dadakan, lebih baik mereka mencari aman, keluar dari kandang macan yang sedang mengamuk.

Tidak perduli dengan darah yang keluar dari tangannya, Angkasa tetap setia memukul samsak, seakan-akan itu adalah musuh terbesarnya.

Bukan tanpa sebab Angkasa seperti ini, dia melakukan ini semua karena seseorang yang selalu menggangu hidupnya, seseorang yang paling anti untuk Angkasa sebut namanya.

Sampai tenaganya terkuras habis, Angkasa diam, terduduk di lantai, mengeraskan rahang karena teringat ucapan orang tadi, yang mengatakan bahwa dirinya adalah anak haram.

"Anak haram kaya lo, gak akan pernah bahagia!"

Terngiang-ngiang, seolah alarm yang tidak dapat diberhentikan, selalu saja menghantui pikirannya, bahkan saat dalam keadaan tertidurpun kalimat itu selalu saja terngiang, bagaikan mimpi buruk yang sulit untuk diberhentikan.

"Apa iya gue anak haram?"





Wohoo

Pertamaa nih
Lanjutin jangan?

Doain aja biar rajin nulis ya kedepannya wkwk.

Udah itu aja sih. Bye!

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang