2

64 4 2
                                    

Pagi ini adalah jadwal pelangi merazia siswa yang tidak menggunakan atribut lengkap, serta siswa yang kesiangan, dia telah siap dengan bucat alias buku catatan siswa yang melanggar.

Banyak siswa yang tidak menggunakan atribut sekolah dengan lengkap, contohnya adalah Angkasa cs, kini mereka diberhentikan langsung oleh Pelangi, sebab OSIS lain tidak ada yang berani, karena mereka tidak ingin berurusan dengan Angkasa cs.

"Bagus, celana diketat-ketatin, sepatu warna-warni, kenapa gak sekalian aja pake legging, ikut ibu-ibu komplek senam?" tepat, setelah Pelangi berbicara seperti itu, sahabat-sahabat Angkasa cengengesan, berbeda jauh dengan Angkasa, yang hanya diam stay cool.

"Pelangi, pagi ini lo cantik banget sih," Evan menggoda Pelangi, ingin mencoba untuk mengelabuinya dengan mengajak ngobrol.

"Bodo amat," jawab Pelangi dengan tidak perduli. "Sekarang kalian ikut baris di lapangan, selama sepuluh menit kalian ikut laksanain hukuman, setelah itu serah lo pada mau kemana." tambahnya.

"Aduh sakit perut gue," Aldam mulai melancarkan aksinya.

"Aduh Dam lo kenapa Dam?" disambut oleh ucapan yang keluar dari Omar, dengan nada yang khawatir.

"Gak tau sakit banget perut gue,"

"Udah biasa anjir, akting gini melulu, dikira gue bego apa ya"

"Aduh, Aldam kenapa?" tanya Pelangi basa-basi, "sakit perutnya?" dan dijawab dengan anggukan oleh Aldam.

"Katanya kalau sakit perut, bagusnya jemur diri di lapangan, gimana mau?"

"Kata siapa lo Ngi? Yaudah deh nanti kalau gue sakit per--" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Pelangi sudah menjawab pertanyaan yang Evan lontarkan tadi.

"Kata gue! Udah sekarang lo semua ikut gue ke lapangan, setelah itu bebas mau kemana, tapi kalau bisa sih masuk kelas aja."

Tak terbantahkan, itulah kalimat yang pas untuk menjawab ucapan dari Pelangi, dan Angkasa yang merasa tidak berdosa, melenggang pergi begitu saja ke arah kantin, membuat Pelangi melapalakan istighfar terus menerus, seakan menyabarkan diri.

Apabila dibiarkan begitu saja, pasti akan terjadi komplen dari anak-anak yang lain, mau tidak mau Pelangi akhirnya menyusul Angkasa, dan meminta bantuan OSIS lainnya untuk membereskan siswa yang melanggar aturan tadi.

Setelah dekat dengan Angkasa, Pelangi langsung menarik tangannya, dan dihempaskan begitu saja oleh Angkasa, merasakan sakit karena tanganya bertubrukan dengan tembok yang ada di sampingnya, Pelangi mengaduh, berharap Angkasa meminta maaf, namun harapan hanyalah harapan, karena Angkasa tidak merasa bersalah.

Angkasa hanya mengangkat salah satu alisnya seakan bertanya ada apa, Pelangi yang mengertipun langsung berbicara to the point, bahwa Angkasa harus melaksanakan hukuman terlebih dahulu dengan siswa yang lain.

Bukan Angkasa namanya jika menurut begitu saja pada Pelangi, dia hanya mengendikan bahu, dan kembali berjalan ke arah meja favoritenya,

"Astaga, gue harus gimana ngadepin tuh es batu berjalan."

Kesal, itulah yang dirasakan oleh Pelangi sekarang, Tantan sang ketua OSIS bahkan tidak berani jika menegur Angkasa, mau tidak mau Pelangi lah yang harus melakukan tugas itu.

Jangan pantang menyerah, itulah motto yang selalu Pelangi terapkan apabila berhadapan dengan es batu berjalan, dia terus merapalkan doa-doa agar tuhan memberikan pencerahan kepada Angkasa.

"Buat kali ini aja lo ikutin peraturan sekolah, bisa?"

"Gak"

"Kali ini doang, gue males ya kalau harus kena tegur sama yang lain cuman gara-gara lo," masih tidak mendapat jawaban, "oke, denger ya, kalau lo emang punya telinga, dan gak bisu, bisa gak lo respon ucapan gue?" dan masih tetap sama, tidak mendapatkan jawaban apapun.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang