7

33 3 0
                                    



Pelangi sibuk berkutat dengan tugas kimianya, bahkan dia melupakan makan malamnya, Bintang pergi untuk mengerjakan tugas bersama temannya, jadilah Pelangi berdua di rumah dengan bi Minah.

Jika Bintang tahu Pelangi belum makan, pasti dia akan menceramahinya, mau tidak mau Pelangi turun ke meja makan untuk mengisi perutnya yang kosong, agar Bintang tidak khawatir dengan keadaannya, baru saja Pelangi menyuapkan sendok ke tiga, Bintang menelponnya.

"Iya, halo bang?"

"Abang kayanya bakal pulang tengah malem, kamu jangan lupa kunci pintu ya, soalnya abang bawa kunci cadangan."

"Oke bang."

"Udah makan belum?" tepat sekali, pasti abangnya akan menanyakan Pelangi apakah sudah makan atau belum, kadang Pelangi merasa senang karena selalu diingatkan makan oleh sang kakak.
"Kok diem ajam? Belum makan ya?"

"Udah kok bang, Angi cuman lagi ngelamun aja hehe."

"Yaudah sana tidur udah malem, good night sweetbaby."

"Good night too, abang pacar." di sebrang sana Bintang terkekeh mendengar panggilan dari Pelangi.

"Yaudah abang tutup ya. Assalamuallaikum." belum sempat menjawab salam, Bintang sudah terlebih dahulu mematikan teleponnya.

"Kebiasaan abang." gerutu Pelangi kesal sendiri.

Sesaat setelah mengisi perutnya, Pelangi kembali ke kamar, mengistirahatkan badan serta pikirannya, tapi tiba-tiba Pelangi teringat Angkasa yang melihatnya intens saat di cafe tadi.

"Aduh kok gue malah inget si es batu berjalan sih."

Daripada memikirkan Angkasa, lebih baik Pelangi mengistirahatkan diri, berkutat dengan selimutnya, berharap mimpi indah akan datang padanya.

"Good night world, good night es batu berjalan."

Entalah, Pelangi tidak sadar bahwa dirinya bergumam menyebutkan selamat malam kepada Angkasa.

••••

Angkasa berhadapan dengan Sandi, juga dia yang berada di belakang Sandi.

Sandi terkekeh melihat ekspresi Angkasa yang menurutnya begitu lucu, bahkan Angkasa hanya memberikan wajahnya yang begitu datar, tak ada lucu-lucunya.

"Ada apa nih, mantan sodara gue dateng kesini?" tanya Sandi dengan menekan kata 'mantan'.

"Apa mau lo?"

"Gue cuman mau, anak haram kaya lo tau diri, minimal lo bisa sadar lah, kalau lo gak pantes buat hidup."

Angkasa diam, mengeraskan rahangnya, sama dengan Angkasa, teman-teman yang lainpun mulai tersulut emosi, dengan ucapan yang dilontarkan oleh Sandi.

"Tuhan bahkan ngasih gue kesempatan untuk hidup, dan lo yang hanya menjadi umatnya ngomong gue gak layak untuk hidup." Angkasa menjeda ucapannya, "kalau gue gak pantes hidup, lo yang bahkan merasa melebihi tuhan apa pantes buat hidup?" tanyanya dengan begitu dingin.

Sandi diam, dia kalah telak dengan ucapan Angkasa, "jelas gue pantes hidup, karena gue bukan anak haram kaya lo!" ucapnya menggebu-gebu.

"Percaya diri lo gede juga, gue harap tuhan akan beri lo suatu yang buat lo sadar, karena semua orang pantas untuk hidup, bahkan orang terbejatpun tuhan kasih kesempatan buat hidup, ini terakhir gue ngomong sama lo, gue buang-buang waktu gue cuman buat adu bacot gini sama lo, gue minta lo gak usah ganggu gue!"

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang