7

1.1K 127 14
                                    

"Kau belum pernah melakukan ini sebelumnya, kan? Kau masih perawan, kan? Aku akan menjadi yang pertama."

"Sangat lembut."

"Sangat cantik."

"Ayolah, ayo kita bersenang-senang."

"Hisap!"

"Hisap, atau kau ingin aku memasukkannya langsung?"

"Sangat ketat."

"Sangat nikmat."

Dia mendesah, dia mengerang, dia mendengus dan Hyein tidak bisa berbuat apa-apa. Dia merasakannya. Dia merasakan pria itu bergerak, dia merasakan pria itu menyentuh kulitnya, dia merasakan rasa sakitnya. Tapi dia tidak bisa melarikan diri. Dia bisa merasakan segalanya namun dia tidak bisa bergerak, tidak bisa membebaskan dirinya sendiri.

Pria itu tersenyum padanya. Dia tersenyum pada Hyein dan, mendesah.

"Tidak!" Teriak Hyein. "Pergi!" Dia mencoba bergerak tapi tidak bisa. Tubuhnya membeku kaku, dia bahkan tidak bisa menggerakkan satu jari pun. "Tidak!" Dia menjerit. "Tolong!"

"Kumohon! Seseorang tolong aku!"

.

.

"Tolong!"

.

.

.

"Tolong!"

Chanyeol mengernyit dan mengalihkan tatapannya pada tangisan putus asa yang menerobos ruangan yang sunyi itu. Dia mengintip ke arah anaknya. Jongin tidur nyenyak. Dia berbaring terlentang, bibir gemuknya terbuka dan rambutnya acak-acakan. Dia menggeliat dan merengek saat Chanyeol bergerak untuk duduk.

Chanyeol mengulurkan tangannya dan mengusap perut anak itu dengan lembut. Hal itu menenangkan Jongin dan dia mendesah pelan. Sekali lagi terdengar teriakan di tengah malam. Chanyeol melirik ke pintu dan bangkit. Dengan lembut dia menyelinap keluar dari ruangannya. Dia menutup pintu di belakangnya dan pergi ke kamar tidurnya.

Hyein berbaring di tengah tempat tidurnya, menggeliat dan bergerak tak nyaman. Dia merengek, meminta bantuan dengan sesenggukan. Chanyeol menyalakan lampu samping tempat tidur dan duduk di tepi tempat tidurnya. Anak perempuan itu basah oleh keringat, rambut cokelatnya menempel di keningnya. Wajahnya memerah, pipinya basah karena aliran air matanya.

"Tolong!" Dia berteriak lagi, mencengkeram erat seprai. "Tidak... kumohon.. sakit.. sangat sakit.."

"Kumohon... pergilah. Lepaskan aku..."

"Tolong..."

"Chanyeol..."

Chanyeol tersentak saat namanya disebutkan. Dia menelan ludah dengan susah payah dan membungkuk ke arah anak remaja itu. "Hyein." Bisiknya. Dengan lembut, dia meraih bahu anak itu dan mengguncangnya sedikit. "Hyein."

Hyein menggeliat saat disentuh tapi tidak terbangun. Dia merengek lagi, menekuk alisnya. "Tidak.. tolong..."

"Hyein." Kali ini Chanyeol meraih kedua bahu anak itu dan mengguncangnya dengan lebih kuat. "Ayolah, bangun."

Hyein memberontak dan menendang, mengenai perut Chanyeol dengan kekuatan penuh. Mafioso itu mengerang keras dan menggeliat kesakitan karena Hyein memukul lukanya. Dia menarik Hyein, mengguncangnya lebih lama, sampai akhirnya anak muda itu terbangun dari mimpi buruknya.

Hyein membuka matanya dan terengah-engah. "Tidak... jangan!" Dia berteriak, gemetar hebat.

"Hyein, hei." Chanyeol meraih wajah yang lebih kecil dengan kedua tangannya dan menyuruh anak perempuan itu menatapnya. "Tenanglah." Katanya. "Itu hanya mimpi buruk."

The Phoenix And His Healer || ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang