32

1K 106 15
                                    

Vote dan comment juseyo! 😌💅🏻

• • •

Sebuah helaan nafas keluar dari mulut Chanyeol dan suara itu membuat Hyein mengerutkan dahi. Dia memandangnya, mengerucutkan bibirnya menjadi cemberut ketika pria itu hanya menatapnya. "Kenapa?" Dia bertanya. "Kenapa kamu tidak mau ti—" kata-katanya terpotong oleh Chanyeol saat menyentuh bibirnya untuk memberinya ciuman yang manis.

Pria itu memegang pinggulnya dan menariknya untuk menjadi lebih dekat, memperdalam ciuman. Hyein memegang pundaknya hanya melepaskan ketika Chanyeol bergerak dan dengan lembut mendorongnya supaya punggungnya bersentuhan dengan kasur lagi. "Aku hanya menunggumu untuk memberitahuku."

Hyein mengeluarkan rengekan frustasi dan Chanyeol tertawa pelan, menggigit bibir yang lebih muda. Dia mencium bibir Hyein sekali lagi dan kemudian pindah untuk mencium lehernya. Dia menghirup aroma harum alami dari tubuh Hyein, menggosokkan hidungnya di sepanjang kulitnya yang lembut, bergumam lembut.

Sedikit demi sedikit pakaian mereka terlepas dari tubuh mereka dan Hyein berseru di atas bibir Chanyeol ketika pria itu menjilat bibirnya. Dia masih belum terbiasa dengan sensasi ciuman seperti itu.

"Hngh, tidak," dia dengan cepat melepaskan ciuman dan meraih pergelangan tangan pria itu ketika Chanyeol hendak menyentuhnya. "Ti-tidak," desahnya. "Aku ingin.."

Hyein membuatnya membisu, menempatkan ciuman lembut di atas wajahnya. "Kita masih punya waktu, bukan?" Pria itu berbisik ke telinganya, melepas telapak tangan yang lebih muda dari pergelangan tangannya. Mata Hyein terpejam dan erangan lembut menyelinap keluar dari bibirnya ketika dia disentuh, senang dengan sentuhan lembut yang dilakukan pria itu.

Puncak kenikmatan tertinggi menghantam Hyein dengan keras dan seluruh tubuhnya gemetar ketika akibat dari orgasme yang datang. Poni rambutnya yang cokelat lembut menempel di dahinya yang berkeringat dan dadanya berkilau karena lapisan tipis keringat yang menutupi kulitnya.

Berfokus untuk menarik napas, dia tidak melihat Chanyeol membungkuk untuk sesaat dan terengah-engah ketika sebuah tangan menemukan kembali jalan di antara kedua kakinya. Perasaan jari yang kembali memasuki vaginanya membuatnya kembali mendesah keras.

Chanyeol berhati-hati untuk kali ini dan setiap dorongan jari-jari pria itu membuat Hyein bisa merasakan dirinya semakin tidak sabar akan gairahnya. Dia menyebut nama sang Mafioso, merengek ketika lelaki itu menatap matanya, tersenyum menggoda.

Hyein menarik napas dalam-dalam ketika Chanyeol melepas jari-jarinya, ingin menggantikannya. Tubuhnya menegang karena rasa sakit yang tidak menyenangkan yang dialaminya ketika pria itu perlahan-lahan mendorong masuk, tetapi hal-hal manis yang dibisikkan oleh Chanyeol yang menggelitik telinganya membantunya dengan cepat rileks lagi.

Dorongan pertama yang lebih dalam membuat Hyein mengeluarkan erangan keras yang tak terkendalikan. Dia menangkup telapak tangannya di atas mulutnya, tetapi Chanyeol dengan cepat melepaskan telapak tangannya dari wajahnya lagi. "Biarkan aku mendengarnya."

Hyein merengek pada kata-kata itu tetapi mengabulkan keinginannya. Dia tidak bisa berbuat banyak. Dorongan yang dalam dan lembut menyebabkan kenikmatan yang tak dapat dijelaskan menyebar melalui tubuhnya yang sepenuhnya mengambil kendali atas dirinya.

Jari-jari kakinya meringkuk di atas seprai dan tangannya menggenggam otot lengan Chanyeol, membenamkan kukunya dalam-dalam ke kulitnya. Pria itu membungkuk, mencuri ciuman dengan mulut terbuka. "Sentuh dirimu untukku, sayang."

Sang Mafioso yang menyuruh menghembuskan napas, membuat tulang punggung Hyein menggigil. Akhirnya melepaskan telapak tangannya dari lengan pria itu, dia membiarkan kedua telapak tangannya turun, menyentuh dirinya. Chanyeol bersandar, mengawasinya dengan mata penuh perhatian.

The Phoenix And His Healer || ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang