35

850 89 20
                                    

Enjoy your reading! ❤️💙

• • •

Pria itu tinggi dan Hyein hanya bisa menatap sosok yang mengesankan itu. Dia tidak setinggi Chanyeol, tidak sedikit pun lebih tinggi, dan rambutnya yang di warnai pirang menambahkan sentuhan yang lebih mengesankan pada penampilan pria itu.

"Halo, senang bertemu denganmu."

"Uh, ha-halo," kata Hyein. Pria itu mengulurkan telapak tangannya untuk berjabat tangan dan Hyein menyambutnya, melihat jari-jari panjang pria itu melilit telapak tangannya, hampir membungkus seluruh telapak tangannya. "Aku Hyein."

"Aku Qian Kun," pria itu tersenyum. "Aku diberitahu bahwa kamu ingin memiliki seorang guru."

"Y-ya, itu benar. Uhm, Chanyeol belum kembali—"

"Oh, ya aku minta maaf karena sudah datang sepagi ini. Aku tidak terbiasa dengan daerah ini, jadi aku memutuskan untuk datang sedikit lebih awal karena aku pikir akan membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk menemukan alamatnya, tetapi—"

Tawa kecil keluar dari mulut Hyein. "Ya, rumah ini sulit untuk dilewatkan."

"Memang," Kun ikut tertawa. "Aku yakin aku belum pernah melihat rumah dan property sebesar ini."

"Ini sedikit menakutkan."

"Jujur saja," kata pria itu, memandang sekeliling aula depan. "Ruangan ini sendiri sebesar apartemenku."

Hyein kembali tertawa kecil. "Uhm, maukah kamu minum sesuatu selagi kita menunggu Chanyeol?"

"Oh ya, tentu. Apakah kamu tahu kapan Tuan Park akan kembali?"

"Aku yakin dia akan ada disini sebentar lagi," jawab Hyein, mengajak Kun menuju ke dapur. "Kamu ingin minum apa? Air, jus, coke?"

"Oh, jika kamu punya, aku akan minum coke."

"Tentu," Hyein tersenyum, mengambil coke dari dalam kulkas. Ketika coke disimpan di rak paling atas lemari es, Ia harus berjinjit dan meregangkannya untuk mengambilnya. Peregangannya menyebabkan blush nya sedikit naik, memperlihatkan benjolan kecil dari perutnya.

Kun melihat sekilas tonjolan kecil di perut itu, langsung menunjuknya ketika Hyein menyerahkan kaleng coke kepadanya. "Kamu sedang mengandung?"

"O-oh, ya," Hyein mengangguk, duduk di meja dapur. "Kupikir kamu sudah tau tentang itu."

"Aku tidak, jujur saja aku sedikit terkejut sekarang. Aku pikir aku akan mengajar seorang siswi sekolah menengah."

Hyein bersenandung pelan. "Aku seorang siswi sekolah menengah, aku delapan belas tahun."

"Oh, begitu. Jadi, hamil adalah alasan mengapa kamu akan mendapatkan homeschooling?"

"Y-ya."

"Oh, aku benar-benar tidak tahu dan aku benar-benar sedikit bingung sekarang." Kun menggelengkan kepalanya sedikit, mengerutkan dahi. "Tuan Park terlalu muda untuk menjadi Ayahmu tapi—" dia berhenti sejenak. "Jadi, aku menganggap dia kakakmu—"

"Hai Hyeinie, a-oh—"

Seulgi masuk ke dalam ruangan menyela pembicaraan Hyein dan yang akan menjadi gurunya. "Oh, maafkan aku," Seulgi meminta maaf. "Aku tidak tahu kamu mempunyai tamu."

"Oh, tidak apa-apa," Hyein tersenyum. "Ini Kun, dia mungkin akan mulai mengajariku."

"Ah, begitu," kata Seulgi. "Senang bertemu denganmu, Kun. Aku Seulgi."

"Seulgi?" Pria jangkung itu bertanya. "Dari Cina?"

"Uh, ya. Aku keturunan Cina, kamu juga?"

Kun mengangguk dan tiba-tiba Hyein duduk tepat di antara mereka, memulai percakapan yang sangat meriah yang dilontarkan dalam Bahasa Cina. Dia bolak-balik menatap antara Kun dan Seulgi, tidak benar-benar tahu apa yang sedang terjadi sekarang.

The Phoenix And His Healer || ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang