37

555 76 41
                                    

Enjoy your reading! ❤️💙

• • •

Jongin menghela napas dalam tidurnya, meringkuk sedikit lebih dekat ke sisinya dan Hyein menjauhkan tatapannya dari buku yang di baca, tersenyum lembut. Dia menurunkan tangannya dan dengan lembut membelai pucuk kepala anak itu, mengacak-acak rambutnya yang lembut dan gelap.

Enam minggu telah berlalu dan masih belum ada tanda-tanda dari Chanyeol. Bahkan Seulgi pun tidak memiliki kontak dengan sang Mafioso dan itu membuat semua orang gelisah ; dan terutama di Hyein dan Jongin.

Bocah kecil itu tidak lagi senang bangun di pagi hari untuk pergi ke sekolah dan sebagian besar memilih berada di dalam rumah, dan juga bersembunyi di suatu tempat bersama ketiga anjing penjaga.

Hyein sedih melihat Jongin yang begitu sedih, tetapi dia tidak di dalam posisi untuk benar-benar menghibur anak itu. Jongin tahu dia berbohong kepadanya ketika dia tersenyum, mengatakan kepadanya bahwa Ayahnya akan segera pulang dan itu tidak ada gunanya.

Satu-satunya kenyamanan yang mereka miliki adalah satu sama lain sehingga mereka menghabiskan waktu bersama sebanyak mungkin. Di pagi hari mereka sarapan bersama, di sore hari mereka membaca buku dan di malam hari mereka meringkuk di seprai tempat tidur Chanyeol ; setidaknya mereka dekat dengan itu.

"Yeinie."

"Oh, kamu sudah bangun? Kenapa kamu sudah bangun?"

Menggosok salah satu matanya yang mengantuk, Jongin menguap. "Apakah ini sudah pagi?"

"Ini baru jam tujuh," kata Hyein pada si kecil. "Dan ini hari Minggu, kamu bisa tidur sedikit lebih lama."

"Aku tidak mau."

Sebuah tawa kecil keluar dari bibir Hyein. "Maka kamu tidak harus tidur."

Jongin meregangkan tubuhnya dan mengambil posisi duduk. Sambil meraih selimut, ia menariknya sampai selimut itu terlepas melewati benjolan di perut Hyein. Membungkuk di atas tubuh Hyein dengan hati-hati menyandarkan kepalanya di atas perut Hyein. "Apakah bayinya bangun juga?"

"Hm, aku tidak tahu. Tapi mungkin dia sudah bangun."

Jongin menyentuh perut Hyein. "Selamat pagi Baby Bean! Bangun!"

Hyein tertawa ringan. Jongin sedang berbicara dengan saudara kandungnya yang belum lahir, menyentuh perut atau hanya menekan telinganya untuk mendengarkan apa pun yang terjadi di sana telah menjadi kebiasaan yang di lakukan oleh anak itu setiap hari, beberapa kali sehari.

Itu lucu dan memberi Hyein kenyamanan. Dia menyukainya.

"Apakah kamu lapar? Kita bisa turun dan sarapan."

Mengambil posisi untuk duduk kembali, Jongin mengangguk. "Iya."

Dengan rambut yang sedikit berantakan dan hanya mengenakan pakaian tidur mereka, keduanya pergi ke dapur. Sehun ada di sana, duduk di balik meja, meminum secangkir kopi. "Oh, selamat pagi."

"Pagi, Sehunie!"

"Selamat pagi," Hyein tersenyum. "Apakah kamu sudah sarapan?"

"Belum, aku baru saja bangun," jawab sang perawat itu, perlahan bangkit dari tempat duduknya. "Apa yang ingin kamu makan?"

"Daging," celoteh Jongin.

"Daging asap?"

"Daddy membuatkanku roti enak dengan daging dan telur!"

Sehun bersenandung lembut. "Oke, kalau begitu mari kita lihat apakah aku bisa melakukannya juga," katanya, lalu menatap ke Hyein. "Apakah kamu ingin roti dengan daging dan telur juga?"

The Phoenix And His Healer || ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang