3 ~ Iqbal Alfarizi

1K 78 9
                                    

"Friendzone itu, hanya untuk hubungan yang tidak pasti dan sekarang kita ada dalam zona ini."

___________________

Suasana kelas XI IPA 3 begitu gaduh, karena tidak ada guru yang mengajar di jam terakhir. Tapi, tidak dengan Salwa ia terlihat begitu fokus membaca buku matematika. Matanya memang sibuk membaca susunan angka-angka tapi, pikirannya melayang pada kejadian di kantin.

"Sal! Dari tadi baca buku melulu, nggak bosen apa?!" tanya Syifa seraya merebut buku Salwa.

"Syifa ihh... kebiasaan lamanya kambuh, kalo temen lagi belajar itu didukung dong, jangan malah diganggu!" ekspresi merajuk nampak di wajah Salwa.

"Ya maaf, lagian lo baca serius amat, sampe nggak peduli ada gue di sini."

Salwa mendengus pelan, ia ingin menceritakan kejadian di kantin kepada Syifa. Tapi, Salwa takut Syifa malah meledeknya. Apalagi dengan sifat Syifa yang banyak omong itu. Memikirkannya saja, Salwa sudah merasa pusing.

Syifa memarik-narik tangan Salwa.
Ia memaksa Salwa untuk
menceritakannya. Bukan hanya itu, ia juga memasang wajah memelas andalannya, hingga Salwa tidak tega melihatnya."Ayolah Sal, cerita napa!"

"Tadi itu, gue ngeliat cowok!"

"Hah?!" Syifa melongo seketika mendengar cerita Salwa. "Ha... ha... ha...." Syifa tertawa terbahak-bahak sambil memukul meja.

"Tuh kan, giliran diceritain aja, malah ngetawain." Salwa sudah menduga Syifa akan tertawa mendengar ceritanya.

"Habisnya, kayak baru ngeliat cowok aja! Pernyataan lo itu, aneh tau nggak, Sal, ya iyalah, lo pasti akan ngeliat cowok dimana pun, termasuk gue juga, contohnya nih, ya, setiap hari gue selalu ngeliat Mas Dul, sebagai pahlwan batagor." Syifa tertawa meledek.

"Ini beda tau Fa, dia itu... udah ganteng terus kayaknya pinter juga." Tegas Salwa mengingat wajah Azmi sambil tersenyum.

Syifa menautkan alisnya."Emang lo tau siapa namanya?"

"Tadi gue nanya sama Mas Dul, namanya kalo nggak salah Azmi," kening Salwa mengerut berusaha mengingat nama cowok itu.

"AZMI?! Lo serius ketemu sama Kak Azmi?!" Syifa terkejut mendengar nama itu.

"Ya... gitu," bahu Salwa terangkat seketika berlagak tak tau menau. Menurutnya, reaksi Syifa kelewat lebay. "Emang kenapa?"

"Lo tau nggak? Dia itu kakak kelas XII IPA 1 yang lagi populer! Udah ganteng, pinter, baik hati, diidolain sama satu sekolah lagi, apalagi cewek-cewek, beh, udah ngantri buat jadi pacarnya." Syifa menceritakan perihal Azmi dengan panjang lebar.

Bibir Salwa membentuk huruf "O" disertai dengan anggukan kecil. "Terus?"

"Ya, terus lo beruntung Neng, ketemu sama cowok populer! Kalo bisa gue pingin juga kali, ngedeketin doi, tapi, nggak pernah kesampaian, boro-boro si doi mau, pas gue sapa aja, nggak dihirauin. Huh, emang susah ngomong sama orang model kayak lo."

'Beruntung dari Hongkong! Yang ada jantung gue mau copot ketemu sama dia!'

○●○

Saat jam pulang sekolah berlalu, tepat di kelas XII IPA 1, nampak seorang cowok masih belum beranjak dari bangkunya. Matanya sibuk melihat lembaran-lembaran berisi coretan angka. Banyak buku-buku mengantri di atas mejanya. Sampai ada seseorang yang menghampirinya.

"Mi! Lo nggak cabut?" tanya Riki sahabat Azmi.

Azmi menoleh ke arah Riki beberapa saat, lalu kembali melihat buku yang dipegangnya."Nggak, banyak tugas!"

SAZMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang