20 ~ Orang Ketiga

563 52 6
                                    

Mobil Azmi berhenti di sebuah restoran mewah, sepertinya bintang lima. Salwa mengernyitkan dahinya, tak biasanya si mata jahat seromantis ini. Hm, ia menduga seperti novel romantis yang dibacanya, pasti setelah ini Azmi akan membukakan pintu mobil untuknya.

Bibir Salwa tertarik ke atas saat melihat Azmi tepat berada di depan pintu mobil.

"1, 2, dan...." Hitung Salwa menunggu momen langka ini.

Tok...tok...tok....

Azmi mengetuk kaca mobil yang membuat lipatan di kening Salwa bertambah. Salwa membuka kaca mobil sedikit untuk melihat wajah Azmi.

"Apa?" tanya Salwa yang masih bingung.

"Lo mau turun atau nginep semaleman di dalam mobil, huh?"

Mulut Salwa menganga tak percaya, Azmi melenggang pergi begitu saja. Huh, seharusnya ia tak boleh berkhayal terlalu tinggi. Azmi tetaplah Azmi, cowok cuek nan nyebelin.

Salwa membuka pintu dan menutupnya dengan keras. Ya, tak seharusnya ia meluapkan emosi terselubung kepada mobil tak berdosa ini. Tapi, apa boleh buat dirinya sudah kesal, ralat sangat kesal.

○●○

Salwa terpaku, saat memasuki area restoran itu, ia langsung disambut dengan pemandangan luar biasa yang belum pernah ia lihat. Langit-langit restoran bergambarkan bintang-bintang di angkasa, terlihat begitu nyata. Karpet merah yang berbulu begitu lembut saat ia injak. Tapi, ada satu hal yang aneh. Mengapa di sini sepi? Mustahil, restoran semewah dan seindah ini tak ada satupun pengunjung yang datang.

Salwa mulai memicingkan matanya dan menoleh ke arah Azmi. Ia tau pasti Azmi lah pelakunya.

"Apa?!" tanya Azmi tak suka saat Salwa menaruh tatapan curiga.

"Lo mau macem-macem ya, kok ini restoran sepi banget. Atau jangan-jangan, restorannya udah tutup. Tapi, lo main masuk aja. Ish, dasar nggak sopan! Atau lebih parahnya lo sok-sokan mau nraktir gue kayak di sinetron, pas ditagih sama kasirnya, lo ngilang gitu aja dan nggak mau bayar, terus gue harus cuci pir-" Omel Salwa berkepanjangan.

"Restoran ini punya gue!" tepis Azmi cepat yang berhasil membungkam mulut Salwa. "Ayo!"

Salwa pasrah saat Azmi menarik tangannya. Kapan lagi coba, dia bisa dapet makanan mewah, gratis pula. Pikirannya tadi terhenti seketika saat melihat pemandangan kota yang begitu indah dari atas. Azmi memang mengajaknya ke lantai atas.

Meja bundar dengan cahaya lilin yang tentram, bunga-bunga cantik tertata rapi nan indah kembali membuat Salwa tertegun akan sisi romantis dari Azmi.

Tak lama setelah itu, berdiri seorang laki-laki yang wajahnya ditutupi sebuket bunga. Netra Salwa membulat begitu sempurna saat mengetahui sosok yang ada di balik bunga itu. Azmi.

"B-buat gue?" tanya Salwa menunjuk dirinya sendiri.

"Menurut lo?" tanya balik Azmi sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Em, makasih." Ucap Salwa dibalas anggukan Azmi.

Demi apapun, jantung Salwa benar-benar berpacu cepat saat ini. Tanpa sadar pandangan Salwa terus tertuju pada cowok dingin itu, bagaimana tidak? Tampilan Azmi begitu memikat setiap kaum hawa yang melihatnya. Salwa tersenyum tipis saat menyadari ia masih mengenakan jas dari Azmi.

Di menit berikutnya seorang pelayan datang memberikan hidangan yang menggugah selera. Sungguh, Salwa tak akan menyangka bisa menikmati makanan semewah ini.

Suasana menjadi begitu sunyi, hanya dentingan garpu dan sendoklah yang terdengar.

"Salwa,"

"Uhuk-uhuk," Salwa tersedak saat mendengar Azmi menyebut namanya pertama kali.

SAZMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang