18 ~ Berbeda

759 55 6
                                    

"Aku jatuh cinta padanya, tapi, hatinya bukan untukku." Senyum tipis hampir terlihat miris terlihat sekilas, saat Syifa membaca sebuah kalimat dalam novel.

"Mantep nih, novel! Jadi, baper gue."

Ia memiliki kebiasaan buruk, membaca sambil berjalan. Syifa merasakan sensasi yang berbeda saat membaca sambil berjalan. Tak peduli, jika ada sesuatu yang menghadangnya, coba saja mengganggu! Satu tonjokan menjadi imbalannya.

"Ish, please deh, kenapa cowok nggak pernah peka? Kalo emang nggak cinta, jangan buat anak orang baper, dong. Model cowok kek gini nih, harus ditonjok sampe bonyok sekalian." Dumel Syifa cempreng, mengomentari cerita dalam novel.

"Maaf, menurut gue nggak semua cowok itu, nggak peka." Suara bass seorang cowok menghentikan aktivitasnya.

'Minta dihajar nih, orang!' Syifa mengambil ancang-ancang untuk melepaskan satu tinjuan.

Tak....

Pergelangan tangannya, ditangkap sebelum mengenai wajah cowok itu. "Hobi lo mukul orang? Dua kali, gue yang jadi sasarannya."

'Bego banget! Harusnya, liat dulu orangnya.' Rutuk Syifa dalam hati.

"Cuma diem, nggak mau minta maaf?" sindir sang cowok, mengangkat sebelah alisnya.

Bayangkan saja, jika ada di posisi Syifa. Bertingkah konyol di hadapan orang yang sama, bukan hanya sekali tapi, dua kali. Sejak kecil, karate sudah menjadi jati dirinya. Jadi, wajar saja, sedikit saja ia terganggu, satu pukulannya siap melayang.

"Oke, nggak minta maaf, juga nggak papa." Cowok itu, mengedikkan bahu, lalu melenggang pergi.

"Maaf." Gumam Syifa hampir tak terdengar jelas.

"Apa tadi lo bilang? Lo minta maaf? Oke gue maafin lo!" Cowok itu berjalan mundur dan berbisik di telinga Syifa.

Syifa hanya terdiam tak berkutip, tadi ia hanya berbisik. Ulangi, berbisik. Di antara keramaian siswa-siswi di sekelilingnya, bagaimana mungkin cowok itu dapat mendengar perkataannya tadi.

Tak mau berfikir panjang, ia segera pergi dari sana. Tak peduli, jika cowok itu, berpikir macam-macam.

"Tunggu!"

Baik, sebenarnya apa maunya? Cowok itu, menghadang Syifa yang sudah merasa ingin enyah di telan bumi.

"Gue cuma mau ngelurusin. Tadi, lo bilang apa? Semua cowok nggak peka. Lo salah, Iqbal Alfarizi nggak masuk daftar itu." Ucap Iqbal datar, menghadang Syifa hanya untuk itu, yang benar saja.

Sombong sekali cowok di hadapannya ini, kalau bukan karena dia telah berbaik hati di toko buku tempo hari, sudah pasti Syifa tak segan-segan meloloskan satu tonjokan.

"Maaf? Gue nggak pernah nanya pendapat lo!" Rasanya kesal sekali, Syifa melenggang pergi, peduli amat dengan Iqbal.

Iqbal hanya memutar bola matanya, "dia cewek atau cowok? Serem amat! Moga istri gue nanti, nggak kayak dia!"

"My king, aku kangen banget sama kamu, masa kakak nggak kangen sama aku?" Baru juga Iqbal akan pergi, Zelda sudah mengganggunya saja.

"Zel, lo bisa lepasin tangan lo? Ini sekolah, Zel!" Iqbal melepas paksa tangan Zelda, yang memeluknya dari belakang.

"Iiih, Kak Iqbal! Please, aku masih kangen, jangan dilepas dulu, dong." Zelda kembali memeluk Iqbal, meski dilihat banyak orang.

"Ck, Zelda sih, enak punya gebetan ganteng! Nah, kita masih setia ngejomblo." Dumel Ratih mengembungkan kedua pipinya.

SAZMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang