7 ~ Guru Pengganti

770 65 3
                                    


"Bersyukurlah, kalian masih memiliki sosok ayah yang mengayomi keluarganya!"
____________

Tepat di depan kamar bundanya, di sana Salwa sekarang, tangisan yang ia dengar sejak tadi, membuatnya cemas sekaligus penasaran apa yang bundanya tangisi. Dari bilik pintu yang sedikit renggang, ia melihat sebuah foto tampak usang berada di pelukan bundanya. Setiap kali Tara melihat foto itu, tangisannya semakin histeris.

Salwa tidak dapat menahan langkahnya untuk memergoki bundanya. Ia tidak ingin tetes air mata itu terbuang percuma. Sudah lama Salwa tidak melihat bundanya menangis. Apa mungkin bunda Tara menangis setiap malam saat Salwa tertidur lelap?

Membayangkan hal itu saja Salwa tak mampu. Ia duduk disamping bundanya dan menghapus air matanya. Sadar dengan kehadiran putrinya Tara segera menyeka air matanya yang membuat matanya bengkak. "Salwa, bunda tadi cuma kelilipan."

"Bun, nggak usah bohong sama Salwa. Salwa tau kenapa Bunda nangis." Salwa mengambil foto itu, sembari menampakan senyumannya.

"Ayah pasti udah punya banyak temen, dia akan sedih kalo bunda nangis."

"Anak bunda sekarang sudah besar, semenjak ayahmu meninggal 10 tahun yang lalu, bunda khawatir akan perkembanganmu dan Juna. Bunda takut kalian akan sedih tanpa kehadiran sosok ayah. Kalau saja ayahmu ti-" sebelum menyelesaikan kalimatnya Salwa menghentikan ucapannya. Salwa menggenggam tangan Tara dengan erat.

"Bun, jangan pernah membahas masa-masa itu lagi. Salwa nggak mau inget tentang kejadian itu."

Tara memeluk putrinya dengan erat, ia mengusap puncak kepala salwa.
"Maafin bunda ya, bunda janji gak akan ngingetin kamu lagi."

Salwa tersenyum sembari mengambilkan air dan merebahkan bundanya di kasur, "Bunda, minum dulu, terus tidur, jangan sampe bunda sakit," ia menyelimuti bundanya.

Setelah pergi ke kamarnya. Salwa duduk di tepi ranjang, ia mengingat kembali kejadian 10 tahun yang lalu.
"Kalau saja aku bisa mengulang waktu, pasti ayah masih disini."

Salwa berusaha membuang jauh-jauh masa lalunya yang tidak menyenangkan, namun, sampai saat ini masa lalunya masih menghantui kehidupan keluarganya.

Ia berusaha mengingat-ingat hal yang baik, sampai ia terkejut karena melupakan sesuatu. "Ya ampun, kaos olahraga!"

Salwa mengambil tasnya dan mengacak-acak tempat tidurnya. "Duh, dimana ya? Perasaan habis pulang sekolah aku taruh di sekitar sini."

"Udah jam 12 malem lagi, ayo Salwa inget dong, inget!" Salwa memukul pelan kepalanya berulang kali.

"Juna! Sekarang aku inget, habis ganti baju aku langsung ke kamar Juna."

Flashback on

"Juna balikin nggak hp kakak."

"Nggak mau, beliin dulu tahu bulat baru Juna balikin."

"Tahu bulat? Ngidam, ya?"

"Gara-gara bapak di depan tuh, teriak-teriak tahu bulat lima ratusan, digoreng dadakan. Jadi Juna kepingin."

"Dasar bocah!"

Flashback off

"Di kamar Juna! Bener kaos olahraganya pasti di kamar Juna." Salwa menuju kamar Juna. Setelah sampai, ia mengguncang badan Juna.
"Juna! Juna! Bangun! Bangun sekarang."

SAZMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang