PROLOGUE

42K 2.9K 32
                                    

Awal tahun untuk membuka cerita si Anak bungsu dengan revisi terbaru.

Good night. 💜

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Napasku tertahan ketika merasakan nyeri yang menusuk saat aku membetulkan posisi duduk. Di kursi roda yang sama, aku menatap ke luar jendela.

Setelah terbangun dari tidur panjang dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuh, hari ini adalah hari ketiga dimana aku menempati ruang rawat yang hanya berbeda beberapa ruangan darinya.

Tidak menyenangkan, tentu saja. Rasa sakit masih terasa begitu menyakitkan di setiap kali aku bergerak.

Sejak kecil, aku termasuk anak yang sehat, aktif, dan kuat. Oleh karena itu, aku tidak pernah merasakan rasanya tinggal di rumah sakit. Namun kali ini, berbeda. Rasanya? Sama sekali tidak menyenangkan. Tapi bukan saatnya untuk mengeluh karena ini adalah keputusan yang sudah kubuat.

Hanya saja, aku sudah membenci jarum-jarum yang masih menancap di pergelangan tangan, bau alkohol yang tercium, juga warna putih yang mendominasi seluruh ruangan. Aku tidak akan kembali ke tempat seperti ini. Sekali-kali, tidak akan.

Tatapanku masih tertuju pada taman rumah sakit, dimana banyak hal yang bisa kusyukuri dari sana. Rumput hijau yang tetap tenang meski sudah diinjak dan diabaikan oleh setiap jejak yang ditinggalkan.

Burung-burung kecil yang sedang bersiul nyaring meski tidak ada yang peduli, namun menjadi alunan yang indah untuk menambah keindahan taman.

Bunga-bunga tetap bermekaran, meski kecantikannya terabaikan oleh setiap orang yang berlalu lalang.

Damai, itulah yang kurasakan dalam hati.

Tenang, itulah yang sedang ada dalam pikiran.

Lega, itulah yang kurasakan.

Semua sudah terlewati dengan baik dan akan baik-baik saja.

Mengingat hal itu saja, aku sudah bisa tersenyum dengan perasaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Sebab, luka bisa disembuhkan, rasa sakit akan pulih, dan semua akan kembali seperti semula.

Aku kuat. Aku sehat. Dan semua orang bisa bersukacita. Tidak ada tangis. Tidak ada duka. Yang ada hanyalah kebahagiaan, bukan ratapan.

Aku sudah melakukan apa yang seharusnya kulakukan, dan tidak ada penyesalan. Sama sekali tidak.

Pintu ruangan terdengar dibuka, dan aku segera menoleh untuk mendapati orangtuaku yang datang berkunjung. Senyumku mengembang begitu saja melihat kedatangan mereka.

Seperti biasa, Mama akan lebih dulu berlari menghampiri, dan memelukku dengan erat sambil menangis. Papa akan memberiku semangat dengan meremas bahuku pelan sambil menatap penuh kasih sayang.

"It's okay, Ma. I'm fine," ucapku sambil menenangkan Mama yang masih terisak.

Mama mengangguk sambil melepas pelukan, menangkup wajahku sambil tersenyum lirih, lalu mengecup kening dengan dalam. "I love you, Nak."

"Aku tahu," balasku ceria.

Tatapanku bertemu dengan Papa dan kami saling melempar senyuman penuh arti.

"Apakah semuanya berjalan lancar, Pa?" tanyaku dengan suara tercekat dan mata berkaca-kaca.

Papa mengangguk pelan. "Semuanya berjalan sesuai harapan, kamu tidak perlu cemas."

"Terima kasih, Papa," balasku dengan penuh rasa syukur bercampur lega.

"Apa kamu yakin dengan semua ini, Nak? Apa kamu bisa menjalaninya?" tanya Papa dengan serak.

Aku mengangguk tanpa ragu meski saat ini sudah menangis. "Tentu, aku pasti bisa. Percayalah."

Papa dan Mama menatapku lirih, terlihat tidak setuju tapi tidak mengatakan apapun. Kemudian, kami saling berangkulan, bertemu dalam cinta kasih keluarga yang harmonis, dan membuatku sebagai anak paling beruntung di dunia dengan memiliki orangtua seperti mereka.

"Papa dan Mama akan selalu mendukungmu, Nak," ucap Papa lirih, sedangkan isakan Mama terdengar semakin pilu.

"Aku tahu," balasku. "Kalian memang terbaik."

Aku tidak lemah. Aku tidak akan menangis. Dan aku tidak akan mengizinkan airmata membasahi kedua pipiku seperti saat ini. Sebab, aku sudah memutuskan untuk tidak membiarkan diri tenggelam dalam kesedihan, melainkan membuka pintu harapan untuk hari depan yang lebih baik.

Aku akan selalu tersenyum, menyongsong masa depan dengan penuh keyakinan, memberi keceriaan untuk menyertaiku, kebahagiaan membimbing jalanku, dan semangat hidup yang menguatkanku.

Aku tidak akan kalah, tapi tetap bertahan. Juga, aku tidak akan pernah menyerah, karena hidup bukan tentang beban berat, melainkan menjadi kuat.

Sampai saat itu tiba, aku sudah siap untuk menghadapinya.

Revision: 05.01.21 (22.50 PM)

Bertemu besok di part

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertemu besok di part. 1 ya.
Borahae 💜

UNSPOKEN SECRET (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang