MWB 09 | Why You, Kath?

2K 114 37
                                    

Meredith menghembuskan nafasnya berat. "Maaf Pak, kami sudah selesai dengan perdebatan kami." Meredith bergegas pergi meninggalkan Revano.

Revano menggusar rambutnya frustasi.

"Mer! Gue belum sele—argh! F*ck you Ben." Belum sempat Revano menyelesaikan kata-katanya, Ben datang dan meninju lengannya.

"Udah ditegur, masih mau teriak-teriak lagi." Ben menggeleng pelan."Lo selesain nanti aja Rev, sekarang bukan waktu yang tepat."

Ben menepuk bahu Revano pelan dan pergi meninggalkannya. Revano berdecak dan berjalan menuju stand popcorn dan memesan popcorn di sana. Pikiran dan hatinya benar-benar tidak tenang.

***

Meredith terus berlari mencari kedua sahabatnya. Ia sedang menahan tangisnya sekarang. Meredith sengaja tidak mau melanjutkan perdebatan nya dengan Revano, ia tidak sanggup harus mendengar kenyataan yang membuat hatinya sakit.

Meredith tidak menemukan kedua sahabatnya, akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam toilet. Untungnya, di dalam toilet tidak ada siapa-siapa. Meredith masuk ke dalam salah satu bilik toilet dan duduk di klosetnya. Ia mengusap wajahnya dengan telapak tangan kasar.

Pelan-pelan, setetes air mata mulai mengalir jatuh ke pipinya. Meredith menggigit bibir agar suara isakan tangisnya tidak terdengar. Ia menumpukan kedua tangan nya di paha nya lalu menutup wajahnya. "Why Kath, kenapa harus lo yang sama Revano," gumam Meredith.

Sungguh, kenyataan itu sangatlah menyakiti hatinya. Dari dulu, Katherine selalu merebut apa yang seharusnya menjadi milik Meredith.

"Mer! Mer! Ini lo kan?"

Teriakan Christine terdengar dari luar, Christine terus mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil Meredith. Meredith tersentak kaget dan dengan cekatan menarik tisu kemudian menghapus air matanya. Meredith mengambil ponselnya dan berkaca di sana. Mata nya masih sedikit bengkak dan sembab habis menangis. Meredith membongkar tas nya dan menemukan obat mata. Untung saja setiap pergi Meredith selalu menyediakan obat mata. Meredith meneteskan obat tersebut ke matanya dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Meredith kembali menatap bayangan dirinya di ponsel. Jauh lebih baik, setidaknya matanya tidak merah lagi.

Meredith membuka pintunya dan menemukan Christine berdiri menunggu Meredith dengan panik.

"Mer! Lo gue telpon malah nggak angkat!" Christine melipat tangan di dada nya dan menatap Meredith garang. Meredith meringis dan tertawa kecil.

"Yah, maap. Hp gue lowbat." Meredith tersenyum dengan ekspresi tanpa dosa "Lo hebat banget bisa nebak gue dimana."

"Kata Ben, dia liat lo masuk ke wc, jadi gue ngajak Christine ke sini deh," ucap Sharon.

"Ooh." Meredith mengangguk paham.

"Eh, tunggu Mer!" Sharon menangkup kedua pipi Meredith dan memperhatikan wajah Meredith dengan seksama. Meredith terkejut dan berusaha menghindari tatapan mata Sharon. Sharon mengangkat satu alisnya."

"Lo nangis Mer?" tanya Sharon menyelidiki.

Meredith menggeleng. "Enggak lah."

Sharon memicingkan matanya dan menatap Meredith yang mulai panik dan berusaha mengalihkan tatapan dari Sharon.

"Bohong!" teriak Sharon.

"Chris, coba lo liat deh, matanya bengkak gitu." Sharon menoleh ke Christine dan menunjuk mata Meredith. Meredith memalingkan wajahnya dan berusaha agar matanya tidak terlihat oleh Christine.

"Hah?" Christine berjalan maju dan menatap Meredith.

"Iya, bengkak," ucap Christine

"Lo nangis kenapa Mer?" tanya Christine.

My Wasabi Boyfriend ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang