더 가까워 [Closer]

1.5K 278 10
                                    

RoarMin


Selama seharian Yoongi memikirkan wajah Seungwan. Terutama bagian mata Seungwan. Ia menatap foto yang ia pasang di meja kerjanya. Fotonya dengan sang kakak ketika berlibur di Paris. Pria itu semakin yakin dengan kemiripan mata mereka. Bentuk dan warna mata yang diturunkan dari ibunya untuk kakaknya.

"Hyung, belum pulang?" Suara seseorang membuat perhatian Yoongi teralihkan.

"Kau sendiri kenapa masih di sini, huh?" tanya Yoongi dengan nada sedikit sarkastik.

Pria bermata sipit itu tertawa pelan, "woah, calm down! Kau seperti singa kelaparan, Hyung."

Pria dengan pengenal Park Jimin itu duduk di kursi tamu Presdir. Ia bersandar pada bagian kepala kursi lalu melonggarkan dasinya.

"Masih ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, tidak apa 'kan aku lembur?" ujar Jimin.

"Lembur atau memanfaatkan jaringan internet kantor?" tanya Yoongi mengintimidasi.

Jimin menggaruk tengkuknya seraya menunjukkan cengiran konyolnya, "Keduanya ... Hehe ...."

Park Jimin, satu-satunya pegawai yang berani masuk ke ruang Presdir tanpa mengetuk pintu. Yoongi sudah memaklumi kebiasaan buruk Jimin itu. Jimin pula satu-satunya pegawai yang tidak pernah memanggil atasannya itu dengan formal. Kerap kali ia memanggil Yoongi dengan panggilan hyung di kantor.

Perilaku Jimin itu bukan tanpa sebab. Mereka pernah magang di tempat yang sama sebelum Yoongi merintis perusahaannya sendiri. Ketika Jimin mendengar kabar Yoongi yang merintis perusahaan sendiri, ia memberanikan diri melamar pekerjaan di YG Property. Padahal pria itu tahu kalau Yoongi akan menuntut hasil kerja yang sempurna. Jimin sangat mengerti sifat perfeksionis atasannya itu.

"Hyung, boleh aku mengambil cuti tiga hari?" tanya Jimin.

"Oh, mentang-mentang kau sudah bekerja denganku lebih dari tiga tahun, kau semena-mena seperti itu? Ingat, Park Jimin. Kau sudah mengajukan cuti lima kali bulan ini," tukasnya.

"Tapi kau tidak menyetujui pengajuan cutiku minggu lalu ... Aaww! Hyung!" Sebuah pulpen mendarat tepat di ubun-ubun Jimin. Melempar pulpen tepat pada sasarannya bukan hal yang sulit bagi mantan atlet basket itu.

"Kemarin kau mengajukan cuti karena anjing piaraanmu itu ulang tahun, sekarang apa? Jangan-jangan anjingmu itu mau menikah," desis Yoongi.

Jimin menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang merajuk, "aku juga butuh liburan, Hyung. Menjadi manajer pemasaran membuatku pusing, setiap hari harus berhubungan dengan uang dan distribusi barang."

"Bulan depan saja," sahut Yoongi singkat.

Yoongi meraih kunci mobilnya lalu berjalan meninggalkan Jimin di ruangannya. Ia tak mempedulikan teriakan Jimin. Pria itu langsung menutup telinganya dengan headset dan memutar musik keras-keras agar teriakan Jimin tidak bisa ia dengar lagi.

Langkah Yoongi terhenti pada parkiran mobil yang ada di basement. Ia menekan tombol kunci mobilnya lalu membuka pintu mobil sport hitam itu. Pria itu melepas headset miliknya dan melemparnya asal. Ketika Yoongi hendak menghidupkan mesin mobilnya, ia teringat sesuatu. Yoongi segera merogoh kantung celanannya, mencari keberadaan ponselnya.

Jemari Yoongi bergerak menghidupkan ponselnya. Tak perlu menunggu lama, ia telah menemukan kontak seseorang yang akan ia hubungi.

"Halo?"

"Ini aku, Minhyuk." Yoongi memasang sabuk pengamannya.

"Ada apa, Presdir Min?" tanya pria bernama Minhyuk itu.

목소리 [MYG, SSW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang