Part 5

7.1K 1K 215
                                    

itu 'Part 4 yang hilang' udah dibaca belom? kok sepi yah(?)

Jimin masih duduk di kasur, sesekali matanya mengelilingi tempat tinggal Jungkook yang dirasa sangat sempit. Bahkan benda-benda di ruangannya terasa berdesakkan, namun hebatnya terlihat rapih.

Jimin masih terdiam sembari telinganya mendengarkan lantunan merdu dari tuan rumah yang sedang mandi. Sejujurnya ia sedang bersusah payah mengendalikan matanya yang penasaran dengan tubuh Jungkook. Salahkan Jungkook yang memiliki sepetak kamar mandi yang transparant, iya transparant, walaupun dari bagian tengah hingga lantai bawah merupakan kaca blur, namun tidak menghalangi bayangan lekuk tubuh bawah Jungkook.

Perlahan matanya ia tolehkan pada kamar mandi kecil yang tepat berhadapan dengan kasurnya. Jimin dapat melihat kejantanan Jungkook yang ia pikir cukup besar. Lalu pandangannya merambat naik pada punggung besar Jungkook. Entah bagaimana, hal itu membuatnya tersipu malu, apalagi semalam ia dengan kurang ajar menggigiti kulit mulus Jungkook dengan cuma-cuma.

PLAK PLAK
Jimin memukul pipinya sendiri, berusaha menyadarkan pikirannya yang merembet diluar batas. Jimin kan masih normal, masih suka melon yang gede.

Tapi lagi-lagi Jimin memandangi tubuh pria yang sedang mandi itu, bahkan hingga Jungkook selesai mandi. Yang terus diperhatikan pun merasa risih dan akhirnya angkat bicara,
"Pak.."
"Pak!!" kata Jungkook sambil menjentikkan jarinya di depan mata Jimin.

"Ah, iya-iya?" jawab Jimin kaku dan langsung mengalihkan pandanganya asal pada sebuah ornamen iron man. Padahal, ia sedang asik menjelajahi tubuh berotot mahasiswanya itu.

"Saya masih normal ya, Pak" jelas Jungkook, ia masih kesal dengan kelakuan dosennya itu.

"Heh! kamu pikir aku homo apa?!" teriak Jimin nyaring.

"Ya udah, biasa aja kali pak ngomongnya. Ini telinga saya aja perlu di cek ke THT gara-gara bapak gigitin, nanti makin parah gimana?" Jungkook menunjuk-nunjuk telingannya yang terluka, Jimin yang melihatnya kembali menenangkan dirinya.

Sedetik kemudian, mata sipit Jimin terbelalak, sebab anak didiknya itu dengan sangat tak sopan menarik handuk yang menutupi 'anu'nya dengan wajah santai. Kan Jimin jadi bisa lihat dengan jelas ukuran milik Jungkook.
"Ju-jung kook ka-ka-kamu Ju-jung" entah Jimin mau bicara apa, tapi dia kehabisan kata saat melihat benda di selangkangan Jungkook.

"apa?" tanya Jungkook santai tanpa menoleh, ia dengan apik memilah pakaian yang ingin ia gunakan.

Jimin masih saja berbicara gu-gu-ga-ga sampai Jungkook menutupi bagian bawahnya dengan celana, barulah Jimin bisa kembali bicara.
"DASAR ANAK TAK TAU SOPAN SANTUN!" Jimin melempar bantal tepat pada kepala Jungkook.

Jungkook marah, tentu saja, dia juga punya batas kesabaran. Toh, dia tidak tahu letak kesalahannya.
"Masalah bapak sama saya apa?!"
"Kerjaannya cuma bisa marahin, bentakin, dan mukulin saya!" balas Jungkook dengan nada marah.

"Ya kamu ngapain nunjukin 'itu' kamu hah?!" bentak Jimin tak kalah.

"Ya terus saya harus pake celana di luar?!" balas Jungkook.
"Lagian ada urusan apa bapak mau nemuin saya tadi malam dan saya gak tahu dari mana bapak dapat nomor telepon saya!" jelas Jungkook dengan nada tak santai. Jungkook sudah berapa kali menanyakan hal itu, tapi Jimin selalu berakhir dengan diam dan menundukkan kepala, seperti saat ini.

Sensi Professor ⚣ kmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang