~After Rain~ 09

41 5 0
                                    

*jeddarr!! (Suara petir)

    Tiap tetesan air yang turun dari langit tiada henti membuat kami berdua basah dan kedinginan. Namun-

    Aku tetap menggenggam tangannya dengan erat.

    Aku menarik tanggannya dan kami terus berlari melewati trotoar di kanan jalan ini

*jedarrr  (suara petir menggelegar)

Meski petir terus muncul

*tinn *tinn (suara klakson mobil)

Meski jalan banyak halangan

*jedarrr (suara petir menggelagar)

    Aku tidak akan-

*ngengg.. (suara mobil melaju)

                           -melepaskan tangannya

-
    Setelah lebih dari 20 menit kami berlari, akhirnya sampailah kami di tempat dimana kami berdua memulai.

   Tempat ini sangat gelap, padalah masih siang. Mungkin karena kami di bawah jembatan dan juga langit yang menjadi gelap karena awan hujan yang menutupi matahari

    Tempat ini menjadi sangat gelap.

*huff huff huff  (suara nafas kami berdua yang terengah-engah karena kelelahan)

   Saat kami sampai disana, aku langsung menjatuhkan lutut bersama telapak tanganku ke tanah yang ada didepanku karena kelelahan. Dan gadis itu juga tampaknya menjatuhkan lututnya ditempat ia berada karena kelelahan. Namun gadis itu dalam posisi terlutut dengan memeluk kotak yang kami temukan tadi. Dan telihat seperti terengah-engah karena kelelahan.

     Ia menghadapkan wajahnya keatas dengan mata tertutup. Seolah lega dengan apa yang sudah terjadi.

"Lebih baik kita menghidupkan api unggun karena disini sangat gelap dan juga dingin" saranku, sambil menoleh kearah belakang

    Kemudian gadis itu menghela nafas sebentar dan berkata kepadaku

"Emn. itu mustahil" sambil melihat kearah depan sebelah kiri, yang ternyata letak kayu bekas api unggun kemarin.

    Aku tidak tau mengapa itu mustahil jadi aku bertanya
"Apa maksud-" sambil menoleh kearah sesuatu yang dilihat gadis itu

"Ah-... " rasa kecewa langsung muncul dariku karena melihat hal tersebut. Kayu bekas api unggun itu memang masih tersisa, namun karena air hujan dan juga angin kencang, kayunya menjadi basah.

*wushh.. (suara angin dari belakang kami)

"Eh.." suara dengan nada rendah dari gadis dibelakangku

    Aku menoleh kebelakang dan melihat gadis itu dengan kedua tangannya yang terlihat memeluk erat  dengan posisi menyilang pada lengannya. Dan dia juga terlihat sedikit pucat dengan matanya yang terlihat berat untuk sekedar membuka. Dengan keadaan seperti itu, aku tau, dan aku yakin bahwa dia sedang kedinginan.

   Karena akupun merasakan hal yang sama.

    Dalam hatiku, sebenarnya aku ingin memberikan jaketku kepadanya. Aku adalah tipe orang yang benci saat melihat ada seseorang yang berada di sekitarku yang menderita. Walau kenyataannya, aku sering membiarkan hal seperti itu terjadi di sekitarku. Aku melihat, tapi aku seolah tidak ingin tau.

   Namun, paling tidak, sekali saja, aku ingin melakukan hal yang benar. Walau sepertinya hal yang akan kulakukan tidak akan meringankan bebannya. Jaket yang akan aku berikan, sepertinya malah akan membuatnya lebih kedinginan karena seluruh pakaianku juga telah basah karena hujan.

AfterLifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang