Setiap hari, aku hanya duduk di temani segelas berisikan red wine tahun 1960. Entah, seharusnya rasa red wine ini sangat nikmat. Mungkin penyebabnya, tak ada satu kalimat yang dikirimkan dari dia. Ya, yang sangat jauh, meninggal ku dengan setumpuk rindu yang ingin ku sampaikan.
Meninggal ku sendirian, apa dia kuat jika aku melakukan ini ke dia. Apa dia akan stress, apa dia akan menyalahkan diri nya sendiri atas kepergian ku. Yasudah lah. Cukup aku yang menikmati waktu demi waktu.
Sesekali ku memutarkan segelas berisikan red wine, sesekali menengok ke layar handphone. Namun, tak ada setitik cahaya dari sinyalnya. Sesekali meneteskan air mata, mungkin aku sudah di ambang batas rindu. Tidak apa-apa aku mabuk karna ini, toh ini bukan candu. Seperti cinta tersiratnya yang membuat ku tergila-gila.
Aku melamunkan kenangan kami saat di Paris, waktu yang sangat manis namun pahit jika di tinggalkan. Ya, honeymoon kami terasa biasa saja, hanya perasaan ku yang luar biasa saat itu. Terkikis lagi luka di dalam hati.
Sudah bulan ke 3 dia meninggalkan ku. Mungkin hari ini sudah waktu nya aku mencari tau. Tapi, apa aku akan menjadi mangsa ? Berdiam diri saja lah. Tapi, raga ini tak kuat, kehilangan sebagian tubuhnya.
Cuaca hari ini sedikit bersedih, rintik demi rintik terdengar. Amarah nya pun terasa, sampai ada sedikit getaran di gelas ku. Maa.. Mungkin, cuaca ini ingin menemani kesedihan ku. Tak tega melihat ku menangis sendirian.
Menyentuh sesuatu yang berada di depan ku, dan menatapnya secara dalam.
"Kamu kapan pulang? Harusnya aku tahan kamu saat itu jika akhirnya seperti ini. Aku memang bodoh yaa." Yang ku bisa hanya memeluk bingkai berlatarkan foto pasangan pengantin. Ya, aku dan dia, Akutagawa-san. Usia pernikahan kami, masih berumur jagung, yaitu 5 bulan.
Dan ku merasakan, sebuah fatamorgana dari belakang, yang aku kira ia. Bayangan itu memberi coat nya untuk menyelimuti badan ku, membelai surai (h/c) ku, dan mendekap ku dari belakang. Tetap saja, itu hanya fatamorgana. Dan akan selalu menjadi fatamorgana.
Drtt...drttt...
Sedikit terasa getaran kecil berasal dari meja. Terdapat titik cahaya di handphone, aku langsung mengambilnya dengan malas dan membaca notif yang masuk.
"(y/n)-san, datang lah ke cafe di depan statiun kereta jam 5 sore. Aku menunggu mu." - Chuya Nakahara
Tumben sekali, si kerdil ingin menemui ku. Apa ini penting yaa, yasudahlah. Tapi, hujan ini tak mau aku pergi. Apa ku hadang saja ya.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil coat hitam pemberian nya yang di gantungkan dibelakang pintu. Mengambil dan memakai kacamata serta masker, aku melakukan ini karna belum membersihkan diri selama 2 bulan, bahkan lebih. Tentu aku memakai parfum, agar bisa mengelabui orang-orang sekitar.
Semua ku sudah disiapkan lalu aku beranjak ke pintu keluar, aura tak ingin pergi menahan ku kembali.
"Jangan pergi." Suara itu mirip seperti ia yang mungkin berasal dari otak ku, tetapi otak ku sudah rusak.
"Ahh.. Jangan menahan ku lagi, dia suami ku. Dan ku pantas tau sedang apa dia." Aku memang sudah gila, berbicara tanpa ada lawan bicara.
Aku menengok ke belakang, melihat bingkai foto bersandar di botol red wine dan di terangi dengan lilin merah.
"Aku berharap, kamu tak lupa akan janji kita. Akutagawa-san." Ku meninggalkan senyum ke benda mati saksi kenangan kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/149676655-288-k561336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story nano-nano x Bungou Stray Dogs
Short StoryCerita gak jelas. Intinya nano-nano. Ini fandom gue (: . Bungou stray dogs x reader ♥