Kendall menarik kopernya ke dalam rumah yang akan ditinggalinya selama dia menyelesaikan high schoolnya. Kendall terpaksa pindah ke London dan tinggal bersama kakak tirinya, Brody karena di sekolahnya yang lama Kendall mengalami bully yang membuatnya tidak mau sekolah. Akhirnya ayah dan ibunya memaksanya menyelesaikan sekolahnya di London.
"Sebelum istirahat kau makan dulu, aku sudah menyiapkan lasagna untukmu," ujar Brody. Kendall mengangguk patuh.
"Cepatlah ke meja makan biar kopermu aku yang bawa." Brody mengambil alih koper yang dipegang adiknya.
Meski Kendall hanya saudara tiri, Brody tetap menyayangi Kendall layaknya saudara kandung, dia bahkan lebih protective terhadap Kendall dari pada kepada Kylie, adiknya yang lain. Menurut Brody Kendall tidak sekuat saudarinya yang lain. Gadis itu cenderung tertutup dan lebih menyimpan sesuatu untuknya sendiri. Meskipun begitu, Brody percaya jika Kendall sebenarnya bisa lebih kuat walaupun di luar ia terlihat rapuh, ia gadis yang tegar hanya tidak memiliki kepercayaan diri saja. Kendall menuju meja makan sementara Brody menyimpan kopernya. Di meja makan sudah tersaji lasagna dan jus jeruk. Ia menarik kursi lalu menempatinya dan tak lama Brody menyusul.
"Brody, apakah aku akan baik-baik saja?" tanya Kendall dengan nada khawatir. Brody tersenyum, dia mengelus puncak kepala adiknya untuk menenangkan.
"Kau akan baik-baik saja. Lagi pula ada Gigi," ujar Brody.
Kendall tersenyum meski rasa cemas tak bisa lepas dari pikirannya. Dia sangat takut teman-teman barunya tidak bisa menerima dirinya, dia takut akan mengalami bully lagi seperti di sekolahnya yang lama. Kendall heran mengapa teman-temannya tidak suka kepadanya karena dia pikir dia tidak melakukan seperti yang mereka tuduhkan. Teman-temannya mengatakan dirinya jalang, genit, dan perebut kekasih orang padahal Kendall tidak pernah melakukan hal semacam itu, kekasih mereka saja yang suka mendekati Kendall.
"Setelah ini kau istirahat biar aku yang mengabari Kris jika kau sudah tiba," ucap Brody kemudian.
Kendall mengangguk lalu mulai memakan lasagnanya.
***Kendall mendesah, baru pukul lima tapi dia sudah bangun dan tidak bisa tidur lagi. Semalam dia tidak mendapatkan tidur yang nyenyak, lagi-lagi mimpi buruk selalu mengganggu tiap kali ia tidur, Kendall juga mencemaskan sekolah barunya meski Brody mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja apalagi ada supupunya Gigi Hadid tapi tetap saja Kendall khawatir. Akhirnya dia memutuskan untuk bangun dan mandi meski dia berangkat masih jam delapan nanti.
Selesai mandi dan berdandan gadis itu pergi ke dapur bermaksud membuat sarapan karena Brody tidak memiliki pelayan. Kendall memang tidak bisa memasak tapi menyiapkan susu dan sereal bisa dia lakukan. Brody akhirnya keluar satu jam kemudian, kakaknya itu sudah rapi.
"Ken, kau sudah bangun?" tanya Brody heran.
"Aku tidak bisa tidur. Emh aku hanya membuat sereal," jelas Kendall.
"Tak apa. Sebenarnya aku ingin membuatkanmu omelet tapi kau sudah membuat sereal." Brody menempati kursi di depan adiknya lalu mulai memakan sarapan mereka. Diam-diam Brody memperhatikan adik kecilnya yang kini sudah remaja. Rasanya baru kemarin dia menimang bayi Kendall.
"Kris bilang kau harus minum vitaminmu setiap pagi, anemiamu belum sembuh?"
"Belum. Aku sudah bosan dengan vitamin itu," jawab Kendall setengah mengeluh.
"Kau masih suka pingsan?"
Kendall menggeleng, "tidak sesering dulu," jawabnya. Brody mengangguk sekilas. Melihat raut gugup adiknya membuat Brody sedikit cemas tapi ia menyimpan kekhawatirannya supaya adiknya tidak semakin cemas.
***
"Kenny!"
Kendall mendongak saat namanya dipanggil. Dia melihat sepupunya berlari ke arahnya.
"Astaga, aku merindukanmu," cercah Gigi histeris, dia memeluk Kendall erat sampai-sampai gadis itu kesulitan bernafas. Gigi agaknya tidak mempedulikan tatapan aneh siswa-siswa yang lain.
"Semoga kau bisa menyesuaikan cuaca di London," ucap Gigi setelah melepas pelukannya.
"Ya. Aku menyesal tidak memakai baju hangat, ternyata di sini sangat dingin meski cuacanya cerah," sahut Kendall.
"Ngomong-ngomong aku senang kau pindah ke sini dan bagaimana kabar Kylie, apakah dia masih pacaran."
"Gi, bisakah kau bertanya satu persatu. Aku pusing mendengarnya," sela Kendall.
Gigi terkekeh, "maaf," ucapnya.
"Jadi?" lanjut Gigi sambil berjalan.
"Apa?"
"Astaga Ken, yang tadi aku tanyakan," sahut Gigi dengan nada dibuat kesal. Kendall terkekeh oleh tingkah sepupunya. Semoga hari-harinya di London akan lebih baik dibanding di LA, harapnya.
"Aku juga senang pindah ke London dan Kylie dia baik, dia juga masih pacaran dengan Jaden," jelas Kendall.
"Lalu?"
"Astaga, kau tidak berubah. Kau masih saja cerewet," sela Kendall lagi. Entah mengapa dengan Gigi membuat Kendall merasa menjadi lebih banyak berbicara.
"Sekali lagi kau memotongku, demi Tuhan aku akan menyumpal mulutmu Jenner," geram Gigi. Kendall tergelak melihat muka kesal sepupunya.
"Oya, aku harus ke ruang kepala sekolah," ujar Kendall mengalihkan topik.
"Ah ya, kau mau mengambil jadwal dan seragam. Ayo kutemani." Gigi meraih pinggang sepupunya. Kendall baru tahu jika sekolah di Londoh harus memakai seragam, di Amerika tidak ada seragam. Melihat seragam yang pakai sepupunya, sepertinya Kendall harus membiasakan diri memakai rok selutut.
***
"Hari ini sekolah kita akan kedatangan murid baru pindahan dari LA," ucap Zayn kepada teman-temannya saat mereka baru tiba di kelas.
"Dari mana kau tahu?" tanya Liam.
"Gigi. Dia sepupunya dan katanya orangnya cantik."
"Malik, jika kekasihmu mendengar pujianmu aku yakin dia akan menendangmu ke neraka," cercah Louis setengah mengejek.
"Sialan. Aku tidak memujinya. Aku hanya mengatakan apa yang kekasihku katakan," sergah Zayn membela diri membuat sahabatnya tertawa.
"Aku.." Louis menghentikan kalimatnya saat dua orang gadis memasuki kelas, seketika itu tatapan Louis terpaku dan mulutnya ternganga. Sahabat-sahabatnya yang melihat itu ikut memutar kepala mereka. Sama seperti Louis, keempat pria itu seolah takjub melihat pemandangan bahkan tak hanya Louis, seisi kelas mendadak jadi senyap hingga suara Gigi yang berteriak memecahkan suasana.
"Cantik sekali," gumam Louis lebih kepada diri sendiri.