4

137 16 0
                                    


        "Hai, boleh kami bergabung dengan kalian?" Taylor menghampiri kelompok Harry. Mereka sedang di kafetaria menghabiskan jam istirahat.
"Tentu saja. Tidak ada penolakan untuk gadis-gadis cantik seperti kalian," sahut Louis dengan cengiran lebar di bibirnya. Meski dia benci dengan geng Taylor tapi tidak benar-benar menunjukkannya, terkadang pria itu masih suka menggoda salah satu dari mereka. Taylor tersenyum dengan tanggapan Louis, dia lalu duduk di samping Harry, teman-temannya segera menempati bangku yang masih kosong.
"Harry, kau ada waktu. Bagaimana kalau kita jalan-jalan setelah pulang sekolah?" Taylor menggelayut ke tubuh Harry membuat pria itu sedikit risih.
"Aku sibuk," sahut Harry ketus.
"Bagaimana kalau nanti malam?"
"Aku tidak bisa," lagi-lagi Harry menjawab ketus.
"Ya sudah kalau begitu besok." Taylor masih belum menyerah.
"Berhentilah menggangguku Taylor, aku muak dengan tingkahmu," sahut Harry jengkel membuat Taylor terkesiap sekaligus malu. Harry berbuat kasar di depan gengnya. Sialan.
Harry membuang muka ke arah lain dan di sanalah dia melihat gadis yang dia cari-cari sejak tadi. Dia berjalan bersama kedua teman pirangnya. Tapi tunggu, ada yang salah dengannya, lebih tepatnya apa yang terjadi dengan gadis itu. Mengapa lututnya diperban, setahunya tadi gadis itu baik-baik saja. Entah mengapa Harry cukup jeli melihat perban yang ada di lutut gadis itu, pasalnya rok seragam itu menutupi lutut dan perbannya hanya terlihat sedikit bahkan nyaris tak terlihat andai tidak diperhatikan dengan seksama. Rupanya Harry benar-benar memperhatikan gadis itu, Kendall Jenner. Seketika raut wajah Harry berubah menjadi khawatir, ia terus bertanya pada dirinya sendiri apa yang terjadi dengannya. Pandangannya tak lepas dari gadis itu, ia tidak sadar jika gadis di sampingnya juga mengikuti arah pandangannya dan seketika aura kebencian terpancar di wajahnya.
***
        "Kau mau pesan apa?" Gigi bertanya pada Kendall saat mereka sampai di kafetaria.
"Aku ikut mengantri denganmu," ujar Kendall. Gigi mengangguk. Kedua gadis itu ikut barisan untuk mengantri. Kendall memesan dua porsi kentang goreng dan strawberry milk shake, sengaja memesan dua kentang goreng untuk berjaga-jaga jika Cara bergabung. Kendall sudah hafal jika seniornya akan langsung mencomot apa saja yang mereka pesan. Mengantisipasi Gigi mengamuk lebih baik Kendall memesan lebih. Keduanya bergegeas ke meja kosong setelah mendapatkan pesanan mereka.
"Terima kasih," ucap Hails setelah Gigi memberikan pesanannya.
Seperti dugaan Kendall, Cara ikut bergabung dan lagi-lagi dengan cueknya dia mencomot kentang goreng milik Kendall.
"Orang tuaku sedang keluar kota, kalian mau menginap?" tanya Cara memulai percakapan.
"Kedengarannya seru, kita bisa marathon film karena besok hari sabtu dan tidak perlu takut bangun terlambat," sahut Hails semangat.
"Aku tidak akan melewatkan itu." Gigi menimpali.
"Kau Ken?" Cara menatap ke arah Kendall. Kendall mau, dia juga ingin merasakan sleepover bersama sahabat, sesuatu yang belum pernah dia rasakan di LA karena dia tidak memiliki sahabat selain Jaden dan Cam sahabat prianya. Sleepover dengan mereka tentu tidak mungkin. Tapi Kendall ragu, ia takut jika nantinya ia malah mengganggu teman-temannya saat mereka pergi tidur. Dengan berat hati Kendall menggeleng.
"Maaf, aku tidak bisa," jawabnya dengan raut sedih.
"Mengapa? Aku yakin Brody tidak keberatan." Gigi berargumen. Memang, tapi bukan itu alasannya. Kendall menarik nafas, ia tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
"Kau harus ikut," ucap Hails dan Cara nyaris bersamaan.
"Tapi."
"Tidak ada tapi." Kini giliran Gigi yang menyahut. Sepertinya Kendall tidak memiliki pilihan lain.
"Ken, Taylor dan teman-temannya tidak mengganggumu, kan?" tanya Cara tiba-tiba. Kendall sedikit tersedak mendengar pertanyaan tersebut.
"Apa?" tanyanya. Dia mendengar pertanyaan Cara tapi lebih untuk menegaskan, mungkin menghindari jika bisa.
"Taylor dan teman-temannya tidak mengganggumu?" ulang Cara membuat Gigi dan Hails menatap Cara dengan ekpresi bertanya.
"Ti-Tidak," jawab Kendall terbata.
"Kau tidak boleh menyembunyikannya jika mereka mengancammu," ucap Cara lagi.
"Apa maksudmu?" Gigi bertanya. Cara tidak menjawab pertanyaan Gigi lantas meraih telapak tangan Kendall.
"Ini kenapa?" tanyanya sambil menunjuk luka yang ia dapat gara-gara Taylor. Kendall gelagapan mendapat pertanyaan tersebut, ia seolah sedang disudutkan karena sebuah kesalahan berat dan itu membuatnya tidak nyaman.
"A-Aku terjatuh," jawabnya gugup.
"Termasuk luka di lututmu?" Sial, jangan-jangan Cara melihat kejadian tadi.
"I-Iya," jawab Kendall terbata. Cara hanya mengangguk sekilas membuat Gigi dan Hails benar-benar penasaran.
***
       "Ken, tak apa aku pulang duluan?" Gigi bertanya sekali lagi.
"Kau akan bertanya berapa kali, Gi. Pergilah kau membuatku tak enak dengan Zayn." Kendall menggeram kesal.
"Baiklah baiklah, aku hanya khawatir oke?" Gigi mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
"Baiklah, aku pergi. Jangan lupa nanti sore aku jemput." Gigi melambaikan tangannya sebelum meninggalkan Kendall yang masih harus menunggu kakaknya menjemput. Sebenarnya tadi Gigi menawari untuk menumpang mobil Zayn dan Zayn juga tidak keberatan tapi Kendall tidak ingin merepotkan lagi pula ia tidak mau menganggu mereka.
Kendall mendongakkan wajahnya ke jalanan dan belum ada tanda-tanda kakaknya akan datang. Gadis itu mendesah mulai tidak sabar. Mungkin sebaiknya dia mulai membiasakan diri naik kendaraan umum, kakaknya pasti sangat sibuk jika harus mengantar jemput setiap hari.
"Kau belum pulang?"
Kendall terkejut bukan main, tiba-tiba Harry sudah ada di sampingnya. Dari mana pria ini muncul.
"Maaf mengagetkanmu," ucapnya tanpa menoleh ke arah Kendall. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana membuatnya terlihat lebih cool.
"Aku menunggu kakakku," jawab Kendall. Harry menoleh membuat gadis di sampingnya segera menunduk. Harry ingin sekali menyentuh pipi gadis itu namun ia tak ingin membuatnya menjadi takut.
"Ayo kuantar," ucap Harry sontak membuat Kendall mengangkat wajahnya. Gadis itu menoleh ke belakang dan terlihat resah.
"Ada apa?" tanya Harry heran.
"Emh ti-tidak."
"Ayo." Kendall membelalakkan matanya saat tiba-tiba pergelangan tangannya ditarik oleh Harry.
"Ha-Harry," panggilnya. Harry menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Kendall.
"Aku bisa pulang sendiri," ujarnya. Harry menangkap kegelisahan diraut wajah Kendall. Gadis itu menggigit bibir dan terus menoleh ke belakang seolah memastikan bahwa tak ada yang melihat mereka. Harry mencium sesuatu yang tidak beres dengan gadis ini dan dia baru mendapatkan jawabannya saat ia kembali melihat ke arah lutut Kendall yang diperban. Harry memejamkan matanya sebentar untuk menahan emosi.
"Kakakku sudah datang," ucap Kendall membuat kesadaran Harry kembali. Pria tadi tidak memberikan reaksi apapun selain mengangguk kecil dengan ekpresi tetap datar.
"Aku duluan." Kendall melangkah menjauhi Harry.

Teen..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang