"Ada apa Ken?" tanya Gigi yang melihat wajah sepupunya seperti resah setelah menerima telphone. Kini mereka akan pulang karena kelas telah selesai.
"Brody tidak bisa menjemputku," jelas Kendall.
"Oh kukira ada apa. Ayo kuantar jangan khawatir," ucap Gigi membuat Kendall benar-benar lega, pasalnya dia benar-benar takut jika harus pulang sendiri. Dia benar-benar krisis kepercayaan diri, dalam beberapa hal dia bisa mengalami serangan panik mendadak saat dia merasa terganggu dan itu sungguh buruk.
"Terima kasih, Gi," ucap Kendall.
"Kenny, kita ini saudara jadi jangan pernah sungkan untuk merepotkanku," ucap Gigi dengan nada humor namun dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Aku akan sering merepotkanmu," balas Kendall.
"Aku menyukai itu. Ayo," sahut Gigi lalu menarik lengan sepupunya untuk segera keluar dari gedung sekolah mereka.
***
"Kau mungkin butuh saran dari kami, ayo ceritakan apa yang kau pikirkan," ucap Zayn kepada Harry yang dari tadi tampak berpikir keras. Harry dan keempat sahabatnya mampir di restoran cepat saji dekat sekolah sebelum mereka pulang. Itu sudah menjadi kebiasaan semenjak Nial bermasalah dengan menahan nafsu makannya.
"Ya. Kau aneh sejak kejadian tadi." Nial menimpali sebelum dia memasukkan burger ke mulutnya. Harry meletakkan kentang gorengnya kembali ke tempatnya, ia tidak memiliki selera makan dan sedari tadi dia hanya mengaduk-aduk minumannya saja.
"Aku takut terjadi sesuatu dengan gadis itu," ucap Harry dengan suara berat.
"Gadis yang mana?" tanya Louis.
"Apa yang kau takutkan?" tanya Zayn mengabaikan pertanyaan Loius.
"Taylor dan gengnya melihat kejadian di mana aku dan Justin bertengkar terlebih kekasih Justin yang bitchy itu terlihat sangat marah. Aku yakin mereka tidak akan tinggal diam. Mereka pasti, kau tahu yang kumaksud," jelas Harry gusar.
"Benarkan dugaanku, kau menyukainya." Louis terkekeh, dia mengabaikan perasaan Harry yang kacau, typical Louis dan terkadang hal itu membuat teman-temannya jengkel.
"Aku tidak menyukainya. Aku hanya khawatir," sahut Harry marah.
"Oh benarkah?" goda Louis. Dia menyeringgai lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Harry.
"Kuharap kau benar-benar tidak menyukainya karena aku tidak ingin memiliki saingan dengan sahabatku sendiri," bisiknya lalu kembali memundurkan wajahnya masih tetap menunjukkan seringgainnya yang menyebalkan bagi Harry, bahkan pria itu secara tidak sadar telah mengepalkan kedua tangannya.
"Kau tak perlu mengkhawatirkannya Harry, jika kau tetap menjaga jarak dengan Kendall aku yakin gadis-gadis bitchy itu tidak akan melakukan apa-apa pada Kendall."
Ucapan Liam membuat Harry tertunduk sebelum menghela nafas kasar. Dia harus melakukannya lagi, berpura-pura bersikap dingin dan kasar terhadap gadis-gadis lain demi melindungi mereka dari amukan Taylor dan gengnya.
***
"Kau mau mampir dulu?" Kendall menawarkan setelah mereka sampai di rumah Brody.
"Aku berharap kau mau mampir," ujarnya lagi.
"Mengapa kau selalu berputar-putar, mengapa tidak kau bilang Gigi temani aku ya?" sahut Gigi dengan dramatis membuat Kendall terkekeh. Sepupunya melepaskan seat beltnya lalu keluar mendahuluinya. Kendall segera menyusul.
"Apa kau lapar, aku akan memesan pizza," ucap Kendall.
"Boleh," jawabnya singkat.
"Ayo ke kamarku, aku mau mandi," ajak Kendall.
"Jadi, bagaimana menurutmu tentang London?" Gigi bertanya.
"Lembab," jawabnya sambil mengambil handuk dan pakaian di lemarinya.
"Jangan lupa pizzanya Gi," ucap Kendall sebelum masuk ke kamar mandi.
***
Brody memperhatikan mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Dia tidak tahu siapa yang bertamu atau mungkin mobil itu milik teman Kendall. Tak ingin terlarut dengan rasa penasarannya, pria itu bergegas masuk tapi di dalam dia tidak menemukan siapapun. Rumahnya malah terkesan sepi seperti biasa.
"Kenny?" panggilnya.
"Kenny?" ulangnya lagi. Karena tak ada sahutan, Brody berniat mengecek adiknya di kamar. Pintu kamar Kendall tidak tertutup rapat namun sepi. Brody membukanya pelan-pelan. Brody langsung menghembuskan nafas lega melihat dua gadis yang terlelap dengan posisi kepala Gigi menindih perut Kendall. Dari posisinya mereka pasti ketiduran. Tak sadar Brody mengulas senyum. Brody lalu meninggalkan mereka, tak berniat untuk mengganggu mereka meski jam sudah menunjukkan pukul lima. Dia akan mandi lalu menyiapkan makan malam baru membangunkan kedua gadis itu.
***
Gigi menggeliat sebelum akhirnya dia terkejut dari tidurnya. Dia menoleh mendapati sepupunya juga tertidur. Melirik jam digital di nakas yang sudah menunjukkan pukul 17: 45 yang membuatnya semakin terkejut. Mommy pasti akan mengomel karena belum pulang dan tidak memberi kabar.
"Ken. Kenny bangun." Gigi mengguncang tubuh sepupunya dengan kasar membuatnya terperanjat.
"Ada apa?" tanyanya lesu.
"Kita ketiduran dan ini hampir malam," jelas Gigi.
"Lalu?"
"Lalu? Aku harus pulang," sahut Gigi jengkel.
"Kenapa harus seheboh itu, kalau ingin pulang kau tinggal pulang saja," sahut Kendall tak kalah jengkel. Dia baru saja mendapatkan tidur terbaiknya selama dia hidup sehingga dia merasa tidak rela dibangunkan dengan cara tidak manusiawi seperti tadi.
Gigi menghiraukan ucapan sepupunya untuk mengirim pesan pada ibunya supaya nanti tidak mengomel.
"Aku harus pulang," ucapnya kemudian. Dia turun dari ranjang yang segera disusul Kendall. Mereka turun bersamaan.
"Hei, aku baru ingin membangunkan kalian." Brody tiba-tiba muncul.
"Hai Brody, long time no see?" Gigi menyapa.
"Ya. Bagaimana kabarmu dan keluargamu?" Brody bertanya.
"Kami baik. Aku harus pulang sebelum mom mengoceh," ucap Gigi.
"Mengapa kau tidak menginap saja. Kau bisa menelphone ibumu. Aku yakin dia tidak keberatan," usul Brody. Gigi menoleh ke arah Kendall yang tampak menyetujui ide kakaknya.
"Baiklah," ucap Gigi akhirnya.
"Bagus. Sekarang kalian mandi, aku akan menyiapkan makan malam," ucap Brody.
"Aku akan membantumu. Ken kau mandi duluan." Gigi memerintah membuat Kendall memutar bola matanya. Kadang-kadang Kendall ingin membenturkan kepala sepupunya yang suka mengatur seenaknya sendiri.