1

100 13 14
                                    

"Pada letupan kenangan yang membara. Pada rindu yang terhipnotis temu.

Apakah kita akan menjadi sepasang sepatu sekolah kembali, sayang?
Menapaki aspal jalanan dengan giat dan tekad yang kuat berbincang dalam setiap hentakannya, menunggu jika salah satu tali kita terlepas dan menjadi tak lengkap saat satu dari kita menjadi rusak"
-Aradanta-

Danta's POV

Namaku Danta. Pagi ini aku berlari-lari menuju halte bus agar tidak ketinggalan bus menuju sekolah. Sepeda motorku sedang diperbaiki, rusak kemarin saat aku tak sengaja menabrakkannya ke pagar rumah. Entahlah, mungkin aku sudah gila saat melakukan itu. Papa marah besar dan memberikanku sanksi sebulan untuk pulang-pergi menggunakan bus sekolah. Aku terima saja toh juga itu salahku. Saat aku melemparkan pandanganku mencari tempat duduk yang kosong, aku menemukan satu kursi kosong yang tersedia di samping seorang gadis err manis. Saat aku mulai mendekatinya sepertinya gadis itu tak terusik dengan keberadaanku. Ia masih asyik dengan kegiatannya membaca novel sambil mendengarkan musik di earphonenya hingga saat ia tersenyum, rahasia kecilnya diketahui olehku. Lesung pipinya semakin menambah kesan manis pada senyumnya.

Danta's ending POV

Akhirnya  bus tiba di halte pemberhentian. Artinya para siswa harus memakan waktu sekitar 10 menit berjalan kaki menuju pintu gerbang masuk sekolah. Banyak para siswi yang bergerombolan menuju sekolah. Namun gadis itu berjalan sendiri masih dengan earphone yang menempel di salah satu telinganya.

Danta menjaga jarak sekitar satu meter di belakang gadis itu sambil memperhatikan rambut panjangnya yang tergerai dan menggunakan aksesoris rambut, tepatnya bando. Sungguh bagi seorang Wira Adanta seumur hidupnya belum pernah ia memperhatikan seorang gadis sampai begitu detailnya.

"Oy!" bahu Danta ditepuk dari belakang. Ia refleks menghentikan langkahnya dan mengembalikan paksa kesadarannnya dari khayalan-khayalannya mengenai gadis itu. Kemudian muncullah manusia yang merasa tak berdosa yang hampir membuat Danta mati berdiri.

"Apa sih lo" jawab Danta sarkastik padahal diam-diam mengatur detak jantungnya yang tak karuan akibat terkejut.

"Lo sih dipanggilin dari tadi juga!" jawab Kelvin sambil mengupil dengan tampang tengilnya.

"Dih" Danta mempercepat jalannya berniat meninggalkan Kelvin.

"Woy! Tungguin gue!"

Danta berjalan secepat mungkin untuk menghindari Kelvin yang joroknya minta dicabein. Tampangnya sih lumayan tapi kelakuannya itu bikin naik tensi. Dan bagian terparahnya adalah gebetannya ada di setiap penjuru sekolah ini.

"Selamat pagi, kak" sapaan para siswi yang selalu digubris Danta dengan senyuman seadanya Masalahnya hanya satu, ia tak ingin keramah-tamahannya disalah-artikan sebagai ada rasa.

bersambung....

ARADANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang