2

60 13 6
                                    

"Akhirnya kita sadar bagaimana takdir bekerja"
-Aradanta-

Fillya Annischa Arafah

Namaku Fillya Annischa Arafah. Teman-temanku biasa memanggilku Lyana. Lyana-- gabungan dari seluruh namaku sebenarnya. Seperti biasa pagi ini aku menaiki bus menuju sekolah.

Sedikit cerita, aku tak memiliki teman dekat. Sepertinya aku selalu tak beruntung dalam hal pertemanan. Dikhianati atau dipermainkan di belakang, sudah biasa. Sampai rasanya aku lupa bahwa aku adalah makhluk sosial. Masalah percintaan? Jujur, aku tak berani memikirkannya sekarang. Sebab ada hal yang lebih diprioritaskan sekarang.

Tentang satu hal yang amat sangat serius namun aku selalu berusaha menutupinya dengan ketenangan.

Memasang earphone di kedua telingaku sudah menjadi kebiasaanku saat menikmati pagi sibuk Senin-Jumat saat menuju sekolah. Percayalah, aku jarang menyetel musik di handphone sebenarnya, alasannya hanyalah aku tak ingin diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan selama perjalanan.

Tak ada yang berbeda pagi ini. Masih sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Hanya saja ada seorang lelaki yang cukup terkenal di sekolahku, dia kakak tingkatku. Ya. Aku tahu namanya, Wira Adanta. Siapa yang tak kenal ia di sekolah? Bahkan namanya melejit sampai ke luar sekolah. Dia termasuk pemain basket yang sering mencetak angka, dan tak lupa ia juga termasuk ketua. Tim basket yang mampu mengharumkan nama sekolah. Juga diidolakan banyak siswi. Yah. He's famous boy, actually. Awalnya aku sedikit kaget melihatnya lari terburu-buru menuju halte bus. Sangat aneh rasanya melihatnya seperti itu, biasanya juga naik motor.

Dia memilih duduk di sampingku. Well, hanya di sebelahku kursi yang tersisa. Tak ada percakapan yang tercipta di antara kami. Meski sudah tampak bahwa kami berasal dari sekolah yang sama-- seragam. Aku menggunakan kembali earphoneku yang hampir terlepas dari telinga. Mendengar keributan-keributan pagi yang familiar.

Aku memilih memejamkan mata. Fokus mendengarkan percakapan-percakapan apa saja yang menciptakan kegaduhan pagi ini. Ah, aku menemukan diriku seperti tukang menguping sekarang. Haha. Refleks aku tersenyum membayangkan diriku yang menggelikan ini.

Seketika bus berhenti, aku membuka mata. Oh, sudah sampai ternyata. Batinku. Aku bergegas turun dan berjalan kecil menuju gerbang sekolah. Tentu. Sendirian. Melihat para siswi berjalan bergandengan dengan temannya sambil tertawa ria.. Ah, aku iri.
Ayolah, aku ini memang payah! Masih saja terjebak dalam trauma.

"Ara?"

Aku menoleh mendapati lelaki bertubuh 170cm itu berada di sampingku sekarang. What? What the hell? Wira Adanta? Hei, ini benar-benar tidak lucu. Oh my..

"Kak Wira?" benar saja aku terkejut. Pertama, darimana ia tahu namaku? Kedua, tiba-tiba saja aku menjadi pusat perhatian. Oh hell, aku bergidik ngeri dan hanya menampilkan senyum kaku.

"Oh, ini" lelaki itu memberikan sesuatu dari genggamannya dan memperlihatkannya padaku.

"Punya lo, bukan?"

Sebuah gantungan kunci yang terukir namaku "Ara" dari kak Faris-- kakak laki-lakiku yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Universitas luar negeri, ini adalah permintaanku saat ulang tahunku, tahun lalu.

"Ah, iya. Ini punya gue kak!" seruku setengah tak percaya mengapa benda ini bisa terjatuh.

"Tadi jatuh, gue liat" katanya sambil tersenyum.

"Ohh gitu ya, iya gue juga ga sadar. Astaga.."

"Nama lo Ara, ya?"

"Hah?"

Aku terpelongo mendengar pertanyaan yang sangat sering aku lihat di Televisi. Buset dah, ni orang mau gombali aku kah?

Kami saling tatap, kulihat sepertinya situasi menjadi awkward., "Ah, m-maksud g-gue.." ia mencoba menjelaskan.

"Lyana! Lo ga buruan masuk kelas nih? Buruan yuk sama gue! Udah telat ini mah pak Dito udah keburu masuk, sama atuh! gue takut!!!" tiba-tiba saja Hanna-- teman sekelasku menarik tanganku.

"Eh? T-tunggu.." aku berbicara kecil. Tak sanggup menahan tarikan tubuh Hanna.

Aku hanya memasang wajah 'maaf kak' karena tiba-tiba saja meninggalkan lelaki itu sendirian. Bahkan aku belum sempat mengucapkan terimakasih. Poor Ara.

ARADANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang