"Dunia menjadi pemisah,
itu mengapa Tuhan menciptakan kenangan, sayang"
-Aradanta-***
Pagi yang cerah di hari Senin, April.
"Naik, Ra"
Ara menatap lelaki yang memelankan sepeda motornya kini.
"Gak usah kak, sebentar lagi juga nyampe kok" tolak Ara, masih berjalan.
"Ra, naik" tegas Danta.
Akhirnya Ara memutuskan naik ke atas sepeda motor Danta dengan berat hati. Jika gadis lain sangat mengelukan berada di boncengan Danta maka Ara benar-benar tidak menginginkan hal seperti ini.
Lihat, sepanjang perjalanan mereka menjadi objek yang menarik untuk dilihat? Bukan, bukan karena 'mereka' tapi Ara lah yang menjadi pusat perhatian.
Tiba-tiba seorang Danta membonceng seorang gadis. Dan gadis itu seorang gadis yang tak sama famousnya pula?
"Kak, udah disini aja" tepuk Ara pada bahu Danta-- gerbang.
"Gak, tanggung, Ra" jawab Danta dari balik helm.
Akhirnya sampailah mereka di parkiran sekolah.
Ara turun dari sepeda motor Danta dan menunggu Danta mengunci motornya.
"Ayo" ajak Danta sambil memegang tangan Ara.
Ara menyembunyikan tangannya tak berniat mengikuti permainan Danta. Ia tak mau beredar gosip aneh antara dirinya dan kakak tingkatnya ini.
"Kenapa?" tanya Danta.
"Gapapa, kak"
"Oiya, Ra. Mulai sekarang panggil gue Danta aja, ya" jelas Danta sambil mengacak rambut Ara-- pelan.
Ara tersipu. Jantungnya berdetak lebih kencang. Perlakuan Danta benar-benar tidak terpikirkan olehnya.
"Oke, selamat belajar" semangat Danta dan mulai berjalan menuju kelasnya.
Ara berjalan berlawanan arah dari Danta. Sebab letak kelas yang berbeda.
Wira Adanta
Aku sudah mengenal gadis itu sebulan ini. Gadis yang baik. Ara, nama panggilannya di rumah. Gadis penyendiri, dan aku berjanji akan selalu ada di sampingnya.
Aku percaya, aku bisa. Aku berusaha membahagiakanmu, Ara..
Kuharap kita bisa lebih dari seorang teman..
Fillya Annischa Arafah
Belakangan ini tanpa sadar, aku dan kak Wira semakin akrab. Bahkan kami sudah bertukar nomor handphone.
Dia selalu stay saat aku kesulitan dalam mengerjakan soal kimia sebenarnya. Aku senang ada orang yang bersedia kutanya-tanya atas ketidaktahuanku.
Saat di parkiran ia mengacak rambutku. Dan tiba-tiba saja hatiku berdebar.. Sudah lama, dan sangat lama hatiku tidak seperti ini sejak seseorang di masa lalu dengan seenaknya memutuskan keputusan yang seharusnya diputuskan dengan baik-baik.
Aku trauma..
Dan bagian terparahnya adalah..hal lain yang harus kuderita. Mungkin karena itu Tuhan mengiyakan keputusan itu. Karena mungkin itu akan menjadi hal terbaik sepanjang masa dua anak manusia.Namun bagaimana denganmu, Danta?
Kuharap, kita tak lebih dari sekedar teman..
-Aradanta on going.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARADANTA
Подростковая литератураARADANTA menceritakan bagaimana cinta itu berproses dimulai dari dia yang kau yakini menjadi satu-satunya, dan kau yang sebenarnya menjadi prioritas utama bagi oranglain. Takdir bekerja, kita berusaha dan berdoa, Tuhan yang menentukan. "Kita menjem...