KEESOKAN paginya, Liona sudah datang setengah jam lebih dahulu sebelum bel masuk berbunyi. Pagi ini, dia berangkat bareng Adit, dan meminta di turunkan dekat jalan kecil yang langsung menuju SMA Citra Bangsa. Sampai di sekolah, beberapa siswa yang kenal dengan Liona menyapa cewek itu. Liona tersenyum, dan membalas sapaan itu.
Liona melangkah disepanjang koridor, dia melihat beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sekelas mereka di depan kelas. Pemandangan yang tidak pernah berubah meski dimakan waktu.
Alex yang baru sampai juga, tersenyum lebar ketika melihat Liona masih berjalan di koridor sekolah. Buru-buru dia melangkah agar bisa berjalan di samping Liona, dan melancarkan aksinya.
"Selamat pagi, Cantik."
Itu sapaan dari Alex. Cowok itu menunggu Liona membalas ucapan selamat pagi darinya. Tapi, bukannya menerima ucapan selamat pagi, hanya kebungkaman yang Alex terima. Sial, Alex mengeluarkan sumpah serapah di dalam hatinya. Ternyata, mendekati Liona tidak segampang yang dia kira, apalagi mengingat kemarin cewek itu yang sok jual mahal di depannya membuat Alex harus lebih sabar dari biasanya.
"Hari ini lo belajar apa aja?" tanya Alex.
Liona masih diam.
"Kalau gue belajar apa aja mau sih, tapi gue lebih seneng kalau belajar mencintai lo kembali."
Mendengar gombalan Alex, Liona rasanya ingin muntah detik itu juga. Ekor matanya mendelik tajam menatap Alex yang sedang melihat ke arah depan. Tahan, tahan, jangan ngatain, jangan ngatain, batin Liona.
"Duh, garing banget, ya?" celetuk Alex yang menggaruk tengkuk belakangnya. Dia kemudian berpikir untuk mencari topik lain yang mungkin bisa menarik Liona untuk bicara.
"Menurut lo, Pak Sukardi bakal marah ngga, ya kalau gue ngga kerjain PR-nya?" tanya Alex.
"Terus, terus, kalau gue ngerjain dia buat ngga masuk kelas hari ini, gue bakal dosa ngga, ya? Eh tapi ngga deh, gue kan ngelakuin itu demi kebaikan satu kelas."
"Tapi, kalau gue ketahuan ngerjain Pak Sukardi, nanti bisa dihukum sama dia, terus gue kelelehan karena ngejalanin hukuman dari dia, dan gue ngga bisa ketemu lo deh. Mendingan jangan deh, bahaya kalau gue ngga bisa ketemu sama lo," cerocos Alex yang tidak berhenti.
Kuping Liona rasanya panas mendengar ocehan tak jelas milik Alex. Lagian mau dosa atau tidak, mau dihukum atau tidak, itu bukan urusan Liona. Ingat, mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.
Alex terkekeh geli melihat ekspresi dari wajah Liona. Lucu. Rasanya, dia ingin mencubit pipi Liona, dan tidak mau membaginya dengan siapapun. Tunggu, barusan pikiran Alex bilang apa? Ingat Alex, ingat taruhan itu, jerit batinnya.
Mata Liona membulat saat melihat Dimas yang berdiri tidak jauh di depannya. Cowok itu masih menggendong tasnya, dan terlihat sedang menunggu. Tanpa pikir panjang, Liona memanggil nama Dimas, tersenyum, lalu melambaikan tangannya.
Oh, jadi nama cowok itu Dimas, batin Alex.
Alex yang melihat Liona akan pergi, menahan tangan cewek itu agar tetap ada di sampingnya. Dia kesal melihat Liona yang tidak menghargai, dan mengabaikan dirinya, padahal dia sudah berusaha untuk mengajak mantannya itu berbicara.
"Lo mau ke mana? Gue belum selesai," ucap Alex menahan rasa kesalnya.
"Apasih, lepasin nggak?" Liona mencoba melepaskan genggaman Alex di pergelangan tangannya. "Gue bilang lepasin, Lex!"
Akhirnya, mau tak mau, Alex melepaskan genggamannya. Liona kemudian berjalan menghampiri Dimas sambil mengelus pergelangan tangannya.
"Ayo Dim, kita ke kelas," ujar Liona dengan mata yang melirik tajam Alex.
Dimas bergeming, dia menatap Alex dan Liona secara bergantian. Yang ada di pikirannya, apa Liona dan Alex berangkat bersama? Atau, mereka kembali menjalin hubungan kembali? Tidak, mungkin saja mereka kebetulan berpapasan di depan koridor. Yah, Dimas harap seperti itu.
"Dim ayooo, kenapa malah ngelamun sih?" tanya Liona dengan decakannya.
"Eh? Iya, ayo," ajak Dimas. Dia menarik tangan Liona dengan lembut, seperti tangan itu akan hancur jika diperlakukan secara kasar.
Dari belakang, Alex mengepalkan tangannya begitu kuat sehingga kukunya memunculkan warna putih. Matanya tidak lepas menatap tajam punggung Liona dan Dimas. Dia, Alexander William, akan pastikan, kalau Liona akan kembali lagi pada dirinya.
🎼🎼🎼🎼🎼
"Hahaha."
Alex kesal mendengar tawa yang keluar dari bibir Bara dan Melvin. Sudah kesal karena sikap Liona tadi pagi, sekarang dia ditambah kesal karena kedua temannya. Rasanya, Alex ingin menyumpal mulut kedua temannya dengan kertas ulangan fisika tadi. Setelah menceritakan apa yang dialaminya kemarin dan sekarang saat berhadapan dengan Liona, kedua temannya malah tertawa puas di depan wajahnya.
Dan sekarang, mereka tidak henti-hentinya meledek Alex. Apalagi Bara, cowok itu yang paling bahagia di antara mereka bertiga. Kelas yang sedang tidak ada guru itu, membuat suasana di dalamnya begitu ramai sehingga tawa Bara dan Melvin redam oleh kebisingan yang ada.
"Terus dia bilang apa? Kita udah ngga ada hubungan apa-apa lagi? Gilaa, baru kali ini seorang Alex ditolak sebelum melancarkan aksi modusnya, haha."
Tawa Bara dan Melvin semakin keras. Alex mendengus, lalu menutup kedua telinganya. Dia berharap, sesuatu datang agar bisa menutup tawa kedua temannya.
"Tawa aja sana terus, kalau bisa mati karena kebanyakan ketawa. Nanti, gue bikin tuh drama hidayah ikan terbang, judulnya 'temanku mati karena ngetawain temannya yang sengsara'," ujar Alex sarkas.
"Doa lo ngga enak banget," dengus Melvin, "tapi, boleh juga tuh, nanti kita bisa terkenal."
"Si Bego," sembur Bara. Dia menekan perutnya yang sakit karena terlalu banyak ketawa. "Terus lo sekarang mau gimana? Nyerah? Gue rela-rela aja sih lo nyerah sekarang."
"Ngga ada dalam kamus gue nyerah sebelum berperang. Lagian, dia cuma jual mahal doang, gue tahu itu."
"Tapi, kata gue ngga deh, Liona beneran kesel setengah mampus sama lo. Hanya cewek bodo yang masih ngejar lo saat udah tahu kalau dia hanya jadi mainan lo."
Ucapan Bara membuat Alex berpikir. Benar juga, jika cewek normal yang diperlakukan seperti itu, pasti akan sangat kesal karena merasa harga dirinya dijatuhkan. Namun, ego Alex terlalu besar sehingga tidak mau menerima ucapan Bara.
"Alah, gue yakin sama pemikiran gue kalau dia itu cuma jual mahal, dia mau nguji keseriusan gue doang," ujar Alex dengan percaya dirinya.
"Sok, gue sama Melvin hanya penonton. Tapi, kalau lo emang udah ngga sanggup, tuh di ujung ada kamera, lo lambaikan tangan deh sambil bilang, 'gue nyerah'." Bara menunjuk setiap ujung yang ada di kelasnya.
Melvin dan Bara kemudian berhigh five satu sama lain. Mereka sudah tidak sabar menunggu traktiran gratis, berbanding terbalik dengan Alex yang ingin segera menyelesaikan taruhan ini. Karena yakinlah, ini sudah menganggu setengah dirinya.
🎼🎼🎼🎼🎼
A/n.
Sabar, jangan ngatain ya Na? Wkwkwk. Kadang kalau udah jadi mantan suka begitu. Suka lupa pernah jalanin hari bersama. 😂😂
See you soon,
raggaziBogor, 28 Mei 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
HSR (2): Back To You
Teen FictionAmazing cover by @itsamelsta Liona Maylinda, tidak pernah menyangka jika hadirnya sang mantan kembali, membuat hidupnya yang tenang menjadi berantakan. Heran sekaligus curiga, itu yang Liona rasakan, karena yang dia tahu, Alex tidak pernah mau berhu...