2. Dia, Alexander

45 10 3
                                    

DIA, Alexander William. Cowok yang terkenal karena reputasinya yang jelek. Tidak sedikit cewek-cewek yang suka dirinya karena reputasi itu. Salah satunya, Liona. Alex menyesap Caramel Macchiato-nya sambil bermain ponsel. Mungkin sudah menjadi tradisi bagi Alex, ketika ia bosan dengan sesuatu, maka akan dia tinggalkan.

Seperti sekarang ini, Alex tengah mengirimkan pesan ke calon mantannya yang mungkin ke 98 atau 106, dia tidak tahu. Setelah terkirim, Alex langsung menaruh ponselnya di atas meja, dan bernapas lega.

Kedua teman Alex, Bara dan Melvin hanya menggelengkan kepala karena sudah biasa melihat kelakuan Alex. Melvin yang setiap kali melihat Alex bernapas lega, pasti tahu jika temannya itu habis memustuskan pacarnya.

"Putus lagi?" tanya Melvin.

"Heem, tahu dari mana?" Alex menjawab pertanyaan Melvin sambil meminum Caramel Macchiato-nya.

Melvin terkekeh geli. "Setiap kali gue melihat lo menghembuskan napas atau bernapas lega, pasti selalu saja ada kaitannya sama putusnya lo dengan pacar lo."

Alex mengangguk paham. Dia tidak menyangka, jika setiap gerak-geriknya selalu diperhatikan. "Se-terkenal itukah gue, sampai apapun yang gue lakuin selalu jadi perhatian?"

"Mulai dah narsisnya, ngga like gue," ujar Melvin malas. Air mukanya langsung berubah menjadi masam.

Melihat itu, kedua teman Melvin lantas tertawa. Suasana kafe yang tidak terlalu ramai, menjadikan mereka bertiga pusat perhatian. Bara menghentikan tawanya, lalu menyesap minuman yang tadi dia pesan.

"Oh ya, mumpung gue inget, kemarin gue lihat mantan lo jalan sama Kak Adit," ujar Bara yang duduk di hadapan Alex.

Kening Alex bergelombang, "Teruss? Masalahnya sama gue?"

"Ya ... ngga ada sih, cuma gue heran aja, baru kali ini gue lihat mantan lo jalan sama cowok lain setelah beberapa minggu putus dari lo."

Bara mengambil jeda.

"Ngga seperti mantan lo yang lain lah, yang masih ngejar-ngejar lo setelah diputusin," lanjutnya.

Alex bergeming. Dia akui, jika mantan-mantannya setelah putus, terkadang masih suka mengejar dirinya. Bukan bermaksud untuk kepedean, tapi faktanya mengatakan itu. Tanpa sadar, Alex jadi tertarik untuk membahas mantannya yang satu ini.

"Emangnya lo yakin dia mantan gue?" tanya Alex.

"Seratus persen yakin, orang gue masih ingat wajahnya pas lo kenalin ke kita bertiga."

"Emang namanya siapa, Bar?"

Melvin akhirnya ikut bertanya saking penasarannya dengan sosok yang tengah menjadi buah bibir di antara mereka bertiga.

"Liona, anak IPS 1, dia punya band juga di sekolah."

Kepala Melvin mengangguk, lalu menjentikan tangannya di udara, "Oh gue inget, yang rambutnya selalu dikuncir itu, 'kan?"

"Bukan Bego! Itu mah Kak Agatha, emangnya lo mau dihajar sama Kak Ricky? Gue mah sih ogah berurusan sama Kakak kelas," ujar Bara dengan dengusannya.

Siapa sih yang tidak kenal dengan Ricky dan Agatha di sekolah mereka bertiga. Kedua kakak kelasnya itu selalu saja membuat keributan sepanjang jam sekolah berlangsung. Dari teriakan melengking milik Agatha, hingga kejar-kejaran ala film India, semua itu selalu disajikan oleh Ricky dan Agatha.

Melvin meringis, dia memang tidak seperti Bara yang cepat menghapal wajah seseorang, dan kenal seluruh orang di sekolah. Alex yang melihat interaksi kedua temannya, jadi kepikiran soal sosok Liona yang kata Bara tidak seperti mantannya yang lain. Mengejar dirinya, berdrama heboh, atau sesuatu yang membuat Alex sendiri kesal dan keki.

"Gue udah lupa, gue juga ngga hapal wajahnya gimana, lagipun terserah dia lah mau jalan sama siapa, bukan urusan gue lagi," ujar Alex yang setengah dari perkataannya benar.

"Tapi Lex, gue rasa Liona kayaknya bahagia deh putus sama lo atau reputasi lo emang udah ngga mempan lagi sama dia? Haha."

Bara dan Melvin tertawa. Alex mendidih karena kesal. Dia bersumpah akan menyumpal mulut Bara yang terlihat banyak omong sekarang.

"Bacot lo! Udah lah ngapain bahas mantan begini sih, hal yang harusnya dilupakan, ya lupakan, ngga perlu diinget-inget lagi, pamali."

Bara hanya mengangguk mendengar ucapan Alex. Temannya yang satu ini memang keras kepala dan tidak mau kalah. Maka dari itu, Bara memilih untuk mengalah, dan tidak melanjutkan lagi obrolan mereka.

Suara dari dering ponsel yang ada di atas meja, membuat ketiganya menoleh sama-sama. Alex yang merupakan pemiliknya, mendesah panjang. Dia sudah tahu, jika mantannya yang baru dia putuskan, akan menelpon dirinya dalam waktu dekat. Jadi, Alex memutuskan untuk menolak panggilan itu, dan berlagak seperti tidak terjadi apa-apa.

"Itu siapa, Lex?" tanya Melvin.

"Ngga tau, ngga penting juga."

🎼🎼🎼🎼🎼

Alex mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kering, dia baru saja sampai di rumah, dan berpikir untuk mandi setelah berada di kamar. Alex mengecek kembali ponselnya yang ternyata sudah banyak notifikasi dari mantannya yang mari namanya kita samarkan menjadi, Sukiyem.

Alex heran, memangnya Sukiyem tidak lelah terus menghubungi dirinya? Apalagi sejak insiden telepon yang tidak diangkat, Sukiyem terus menerornya dengan pesan singkat berisi ketikan lebay.

Sebenarnya alasan Alex memutuskan Sukiyem itu ialah karena tidak suka dengan sifat centil, dan kekanak-kanakan Sukiyem. Baru jadi pacar, sudah mau ikut ke sana, ke sini. Bahkan, ke kamar mandi pun, sampai ditungguin di depan pintu. Katanya, takut Alex di godaiin sama dedemit yang berkeliaran. Alex berdecak, Sukiyem memang suka tidak sadar diri kalau dia juga sejenis dengan dedemit itu.

Semestinya Sukiyem sadar, kalau Alex bisa kapan saja memutuskan dirinya tanpa menunggu dia bosan. Tapi sayangnya, Alex sudah bosan dengan jangka waktu yang cepat. Sangat cepat, malah.

Alex menghembuskan napas. Sampai di rumah, bukannya istirahat, dia malah dibuat pusing tujuh keliling. Ditambah dengan ucapan Bara di kafe tadi, Alex jadi kepikiran terus.

Dia mencoba menyingkirkan ucapan Bara dari pikirannya, dan langsung beranjak tidur. Tapi percuma saja, semakin ia ingin singkirkan, semakin besar pula otaknya memikirkan ucapan Bara.

"Bara sialan," desis Alex tajam. Dia menyalahkan temannya, mengacak rambut, lalu duduk di pinggir kasur.

Alex mencoba mengingat-ingat siapa itu Liona, memorinya kadang terlalu sempit jika berhubungan dengan para mantan. Karena menurut Alex, hal yang sudah tidak berguna, harus dilupakan, kalau perlu dibuang. Tipikal mantan yang jahat memang.

"Liona, Liona, Liona," gumam Alex sambil memikirkan sosok Liona.

Cowok itu mengambil ponselnya dan mencoba mencari nama Liona di semua akun sosial media yang dia miliki. Tapi, baru beberapa menit berlalu, Alex sadar atas apa yang dia lakukan. Kemudian, Alex membanting ponselnya di atas kasur, dan membasuh mukanya dengan kasar.

"Gue apaan sih, kenapa jadi kayak orang kepo begini. Bara sialan emang, liat aja besok, habis sama gue tuh bocah."

🎼🎼🎼🎼🎼

A/n.

Baru diingetin dikit, udah langsung kepo aja si mamang. Alex mah begitu, sama mantan suka tiba-tiba kena penyakit short memori. Wkwkwkw.

Yuk, yang punya akun sweek ikutin cerita gue yang ini sama yang lain ya. Dukungan kalian, sangat berarti untuk gue. Hehehe

See you soon,
raggazi

Bogor, 25 Mei 2018

HSR (2): Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang