5. Koperasi

44 10 3
                                    

PASTI di antara kalian suka ada yang kesal sendiri, jika pulpen atau alat tulis yang baru kalian beli kemarin, sudah hilang keesokan harinya di dalam kelas. Dan hilangnya suka tidak masuk akal, ditaruh atas meja, lalu lenyap seketika. Seperti sulap atau sihir, begitulah kira-kira perumpamaannya.

Begitu juga yang terjadi pada Liona, dia terus mengeluarkan sumpah serapah di dalam hatinya, mulutnya juga bahkan ikut mendumel tidak jelas. Dia berdoa, jika yang mengambil pulpennya di kelas, akan ketiban sial terus menerus.

"Err, gue sumpahin yang ngambil pulpen Hello Kitty gue bakal sial mulu hidupnya. Ih kesel, kesel, kesel," ujar Liona dengan nafas yang menderu.

"Dikira beli pulpen pake daun apa, main dicomot aja. Gue sumpahin putus tuh tangan baru tahu rasa."

Liona terus berdecak di sepanjang perjalanannya menuju koperasi sekolah. Kakinya melangkah cepat menelusuri koridor yang terasa begitu panjang. Namun, saat ingin berbelok mata Liona tidak sengaja melihat Alex, cowok itu sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Tuhan, kenapa harus dia lagi, sih?" gumam Liona kesal.

Cewek yang memiliki kulit kuning langsat khas orang Indonesia itu memilih untuk menghindar dengan cara berbalik. Tapi, pikirannya langsung melarang Liona untuk melakukan itu. Pikirannya berkata, jika dia harus menunjukan kepada Alex kalau dirinya sudah move on. Dengan adanya cowok itu, Liona harus melihatkan kalau dia memang sudah biasa saja.

Jadi, Liona melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Alex yang melihat Liona tengah berjalan ke arahnya, tersenyum miring. Hal ini bisa dia jadikan untuk mendekati Liona, dan membuat cewek itu segera kembali ke pelukannya.

"Hai," sapa Alex saat Liona sudah berada di dekatnya.

Liona bergumam, cewek itu terus berjalan tanpa menoleh ke arah Alex yang tadi menyapa dirinya. Tapi, melihat langkah Alex yang mulai sama dengan dirinya, membuat Liona bertanya-tanya.

"Lo mau ke koperasi?" tanya Liona.

Alex mengangguk cepat, dan menjawabnya dengan semangat, "Iya, lo juga? Duh, jodoh ngga kemana emang."

"Jijik, sumpah!" bisik Liona.

Dia berharap Alex tidak mendengarnya atau malah sebaliknya?

Di depan koperasi, berdiri seorang siswi yang terlihat ingin membeli alat tulis atau kebutuhan lainnya. Itu Raina. Sama halnya dengan siswi-siswi populer lainnya, Raina juga merupakan siswi yang cukup terkenal di Cibas ini. Bagaimana tidak, Raina sangat begitu dekat dengan salah satu pemain basket yang cukup populer di SMA Cibas.

Romeo, namanya. Cowok itu merupakan sahabat Raina. Jadi tidak heran kalau Liona mengenal Raina, apalagi kakak kelasnya itu merupakan anggota paduan suara.

"Hai Kak," sapa Liona ramah.

"Eh? Hai juga Dek," balas Raina dengan ramahnya juga.

"Mau beli alat tulis, ya?"

"Iya nih, pulpen sama buku udah habis. Harus cepet-cepet diganti, hehe."

Liona membulatkan mulutnya, dia mengangguk paham, "Kak Romeo mana, Kak?"

"Eh? Ada di kelasnya lah, emangnya kenapa?" tanya Raina yang sedikit menutupi rasa cemburunya.

"Emm, bilangin ada salam dari aku, ya hehe." Liona malu-malu mengatakannya.

Alex mendengus, dan memutar kedua bola matanya malas. Dasar cewek, tahu cowok ganteng sedikit aja, langsung seperti orang yang kekurangan kasih sayang. Lagian, siapa yang tidak kenal dengan Romeo, cowok paling diincar nomor satu sebelum Ricky ini memiliki cukup banyak penggemar. Alex juga tahu, malah dia cukup takut jika Romeo jadi saingannya.

HSR (2): Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang