3. Taruhan

59 12 2
                                    

ALEX tidak tahu harus bersyukur atau merasa aneh, pasalnya istirahat kali ini, lapangan sekolah begitu sepi. Di jam istirahat seperti ini biasanya lapangan sekolah selalu ramai dengan anak cowok yang bermain futsal atau basket.

Alex mengambil bola basket yang ada di ujung lapangan, memantulkan bola basket itu, lalu melemparkannya ke ring di ujung lapangan. Terus berulang-ulang.

Kedua temannya, hanya menonton permainan solo Alex dari pinggir lapangan. Mereka enggan bergabung, karena malas membuat keringat yang nantinya melengketkan badan.

Melvin masih saja menyedot pop ice rasa melon yang sudah hampir habis itu, membuat Bara merasa terusik dengan suara sedotan Melvin.

"Lo bocah banget, sumpah! Es udah habis aja, masih disedot-sedot," decak Bara.

"Bodo, yang penting gue ngga dewasa sebelum waktunya," balas Melvin.

"Alah, hobi nonton video senonoh aja, sok bilang dewasa sebelum umurnya."

Melvin hanya cengar-cengir. Mereka berdua kembali melihat Alex yang sudah berkeringat. Bara yang merasa bosan, mulai menjelajahi sekitar lapangan dengan matanya. Dia menemukan dua orang yang saling berbicara di depan koridor. Itu Liona dengan seorang cowok yang tidak terlalu Bara kenal.

"Lex!" panggil Bara.

Alex hanya bergumam, pandangan cowok itu belum teralihkan. Bara berdecak, sekali lagi dia memanggil Alex agar menghampiri dirinya.

"Apaan sih, ganggu gue main aja," decak Alex penuh protes.

Bukannya takut, Bara malah mengajak Alex untuk mengikuti arah tangannya. "Tuh lihat, dia Liona, mantan lo yang kemarin kita omongin."

"Lah, terus?" ujar Alex acuh. Dia belum mengerti dengan maksud Bara.

"Ck, lo lihat, baru kali ini seorang Alex udah ngga dikejar-kejar sama mantannya. Mana sekarang doi lagi deketan sama cowok lain lagi. Duh, kasian amat sih lo, Lex." Bara tertawa meremehkan.

"Masalahnya sama gue? Itu hak dia kali mau deket atau pacaran sekali pun sama cowok lain. Gue ngga peduli!"

"Lo ngga asik, sumpah!"

"Bodo, ngga peduli. Gue mau main lagi."

Alex berbohong, tubuhnya saja bahkan tidak bergerak sama sekali setelah cowok itu mengatakan ingin bermain lagi. Matanya tidak lepas melihat Liona dan Dimas yang sedang berbicara walaupun sesekali mereka berdua tertawa.

"Liona cantik, ya?" celetuk Melvin tiba-tiba. Kepala cowok itu menyebul di tengah Bara dan Alex.

"Ngga, biasa aja tuh, malahan itu cewek kurus krempeng. Depan belakang aja ngga ada isinya," ujar Alex.

"Tapi, dia ngga murahan." Bara menimpali, dan mengingatkan.

"Lo ini sebenernya temen siapa sih? Ngga ada pisan lo dukung gue," decak Alex kesal.

"Temen lo lah, tapi gue ngomong sesuai fakta aja kalau Liona ini kayaknya ngga bakal mau balikan lagi sama lo."

Alex mengepalkan tangannya. Entah kenapa, dia mendadak kesal mendengar ucapan Bara. Itu menyentuh egonya sebagai seorang pemikat hati para cewek. Melvin yang sedari tadi hanya diam, tetap diam hingga sekarang. Cowok itu seperti anak kecil yang melihat kedua orang dewasa sedang beradu argumen.

"Kita taruhan, kalau gue bisa bikin Liona balik lagi sama gue," tantang Alex.

Entah apa yang ada dipikiran cowok itu sekarang, yang jelas Alex sudah benar-benar kehilangan warasnya. Alex menunggu Bara untuk menyanggupi taruhan yang baru saja dia katakan.

HSR (2): Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang