ISTIRAHAT. Waktu di mana kita bisa melepaskan penat dari yang namanya belajar, melepaskan hal-hal jenuh dari pikiran. Namun, berbeda dengan Liona, cewek itu malah menggunakan jam istirahatnya untuk mengerjakan tugas tambahan dengan mencari materi di perpustakaan. Dia benar-benar serius ingin memperbaiki nilai akademiknya. Jika Liona tidak bisa memilih antara musik dan belajar, maka dia akan tunjukan dengan tetap bermain musik, nilai akademiknya selalu bagus.
Setelah mengingat-ingat arahan dari wali kelas di ruang guru tadi, Liona mencari materi-materi yang bisa dia jadikan referensi tugas-tugasnya. Beberapa menit berlalu, Liona hanya bisa menemukan setidaknya tiga buku. Awal yang bagus bagi seorang Liona.
Sambil berjalan, Liona membaca buku-buku yang dia bawa. Filsafat-filsafat sosiologi. Melihatnya saja sudah membuat Liona mual. Dia yang biasa melihat not musik sekarang harus dipaksa untuk melihat deretan huruf, ditambah harus bisa memahami agar bisa mengerjakan tugas.
Liona mendesah panjang, dia menaruh buku-buku itu di atas meja, lalu duduk di kursi yang disediakan oleh pihak perpustakaan sekolah. Liona membuka lembar tiap lembar buku filsafat itu, matanya bergerak ke kanan dan ke kiri membaca setiap deretan huruf yang berubah menjadi kalimat utuh. Liona mulai menulis rangkuman yang dikiranya cocok untuk tugasnya.
Sekarang, Liona menyesal karena jarang belajar di rumah atau sekedar membaca satu buku. Terbukti, dia jadi kepuyengan mengerjai tugas tambahan yang diberikan oleh beberapa guru pengajar di kelasnya. Mana ayah Liona yang sekarang sangat menjunjung tinggi pendidikan, terbukti kakak tirinya selalu mendapat peringkat di setiap semester.
Di saat seperti ini, Liona merasa dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Di luar perpustakaan, Alex celingak-celinguk melihat ke dalam. Dia seperti sedang mencari seseorang, ya ... kenyataan memang begitu. Saat di kantin, dirinya tidak melihat Liona sehingga memutuskan pergi ke kelas Liona. Tetapi, kata teman sekelas Liona, cewek itu tidak ada malah sesudah bel istirahat berbunyi Liona terlihat buru-buru keluar kelas.
Jadi, selamat hampir dua puluh menit, Alex harus memutari seluruh penjuru Cibas mencari Liona. Dan tinggal dua tempat saja di sekolah yang belum dia datangi, salah satunya bangunan di depan Alex sekarang. Alex berjalan memasuki perpustakaan, tidak butuh waktu lama dia langsung menemukan Liona. Cowok itu kemudian menghampiri Liona dengan senyum yang tidak mau hilang.
"Eh? Lo ada di sini?" Alex nampak berpura-pura kaget melihat Liona. Dia menarik kursi yang ada di dekat Liona dan mendudukinya.
Liona melirik Alex dengan ekor matanya, terlihat jelas di wajahnya Liona sangat tidak menyukai kehadiran Alex.
"Duh, kok bisa kebetulan banget, ya? Gue ke perpus mau ngerjain tugas, dan di depan gue lo lagi ngerjain tugas. Mungkin ini kali yang namanya takdir sedang menyamar."
"Oh, oh, oh, gue tahu, apa kita emang di takdirin buat kembali bersama? Bisa jadi tuh."
Liona memutar kedua bola matanya mendengar rentetan ucapan Alex yang tidak ada faedahnya. Liona tidak tahu saja, jika Alex sedang menutupi yang sebenarnya. Malu juga kali kalau Liona tahu dirinya mencari cewek itu. Bisa-bisa muka Alex hijrah ke tempat lain.
Tidak mendapat respon seperti waktu lalu, Alex akhirnya diam. Dia menaruh dagunya di atas lipatan tangan, menatap Liona yang terlihat begitu manis di saat seperti ini.
"Lo manis," ujar Alex tulus. Liona salah tingkah mendengar ujaran Alex. Tidak ada cewek yang tidak salah tingkah ketika dipuji, sekalipun yang memuji itu ialah orang yang dibencinya.
"Ya, ya, ya, terserah. Tapi, bisa kan lo singkirin mata lo dari gue?" dengus Liona. Dia mencoba menunjukan rasa kesalnya agar Alex tidak melihat dirinya yang salah tingkah.

KAMU SEDANG MEMBACA
HSR (2): Back To You
Genç KurguAmazing cover by @itsamelsta Liona Maylinda, tidak pernah menyangka jika hadirnya sang mantan kembali, membuat hidupnya yang tenang menjadi berantakan. Heran sekaligus curiga, itu yang Liona rasakan, karena yang dia tahu, Alex tidak pernah mau berhu...