"Taeyong hyung! Taeyong hyung! Taeyong hyung ketahuan duluan! Taeyong hyung yang jaga!"
"Haaaa... Aku lagi?"
"Hahahaha... Taeyong hyung memang payah kalau sembunyi. Selalu saja ketahuan duluan!"
Bocah yang bernama Taeyong itu bergerak pasrah menuju pohon yang menjadi pos penjaga permainan petak umpet. Ini sudah kali keempat kalinya ia kebagian jatah jaga.
Sebenarnya Taeyong tidak terlalu payah saat sembunyi. Hanya...karena dia yang paling tua di antara anak-anak yang lain, ia jadi cenderung mengalah.
"10...9...8...7...6...5...4...3...2...1! Siap atau tidak, aku akan datang!!" Taeyong berteriak lantang begitu hitungannya habis.
Dengan langkah-langkah kaki kecilnya, Taeyong menghampiri tempat-tempat yang mencurigakan dan menemukan teman-teman atau bisa dikatakan adik-adiknya satu per satu.
"Jisungi... Jaemini... Jeno... Haechani... Doyoungi... Siapa lagi yang belum ya?"
"Jaehyun hyung! Jaehyun hyung belum ketemu!"
"Ah..." Taeyong hampir saja melupakan adik kesayangannya itu. Jaehyun memang selalu jago bersembunyi.
Taeyong memutari taman bermain sekali lagi, tapi nihil. Ia tak juga menemukan Jaehyun.
"Hyung, menyerah saja! Teriakan kau menyerah biar Jaehyun bisa keluar!" Usul Doyoung.
Taeyong menggeleng. Ia tak mau kalah dari Jaehyun lagi kali ini. Pokoknya ia akan mencari Jaehyun sampai ketemu.
"Ah! Hujan! Hyung, ayo pulang, hujaaan..." Jisung yang paling kecil di antara mereka berlari pulang lebih dulu, disusul oleh Jeno, Jaemin dan Haechan.
Taeyong menyerah kalau begini. "Baiklah, Jaehyun. Hyung menyerah! Kau boleh keluar sekarang!" Taeyong berteriak sekencang yang ia bisa. Tapi tak ada tanda-tanda pergerakan yang berarti di taman yang sudah sepi itu.
"Hyung! Ayo pulang saja! Jaehyun pasti sudah duluan ke panti!" Doyoung berteriak di tengah hujan yang semakin deras, lalu berlari menyusul Jisung dan yang lain.
Taeyong masih terpaku di tempatnya. Ingin segera menyusul Doyoung, tapi hatinya yakin kalau Jaehyun masih bersembunyi. "Kau duluan!" Akhirnya itulah yang dikatakan Taeyong pada Doyoung.
Taeyong memutari taman sekali lagi. Tidak peduli meski bajunya telah basah kuyup karena hujan. Setelah gagal menemukan Jaehyun untuk yang kedua kalinya, Taeyong berlari pulang ke panti asuhan.
"Eommaaa! Eommaaa!" Taeyong memasuki halaman panti sambil berteriak sedu. Wajahnya sudah banjir air mata yang bercampur dengan air hujan.
"Ada apa Taeyong?" Ibu Kim yang memang sedang menunggu kepulangan anak-anaknya, bertanya cemas.
"Eomma, hiks... Jaehyun hilang... Hiks... Aku tak bisa menemukannya..."
"Jaehyun hilang? Memangnya tadi kalian sedang apa?" Wanita usia 40an itu, mengelus surai hitam Taeyong yang telah basah sepenuhnya.
"Kami hiks main petak umpet hiks... Tapi aku tidak berhasil menemukan Jaehyun... Hiks... Hikss..."
Ibu Kim bergegas mengambil payung. "Eomma akan mencarinya. Kau masuklah ke dalam. Mandi dan ganti bajumu. Nanti masuk angin."
"Tidak mauuu... Aku mau ikut. Aku mau cari Jaehyun jugaaa..." Taeyong merengek. Ibu Kim tidak bisa melarangnya. Akhirnya ia memberikan jas hujan kuning untuk Taeyong.
"Ayo kita cari Jaehyun."
Sesuai petunjuk dari Taeyong, ibu Kim mencari di sekitar taman tempat bermain mereka tadi. Sambil berteriak-teriak memanggil nama Jaehyun, mereka berusaha mengalahkan bunyi hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Bond
FanfictionTaeyong dan Jaehyun kecil hidup bahagia di panti asuhan. Sampai mereka dipisahkan oleh takdir. Yang membedakan nasib mereka setelah dewasa. Siapakah yang akan hidup bahagia kelak?