"Jay! It's coffee time. Wake up lazy boy!"
Seseorang mengetuk pintu kamar Jaehyun. Taeyong dilanda panik. Siapa itu? Suaranya seperti tak asing... Bukankah itu suara Johnny?! Mereka tinggal serumah?!
"Oh! It's not locked. Aku masuk ya~"
Taeyong semakin panik karena orang yang ia tebak sebagai Johnny itu sudah akan membuka pintu. Keberadaannya akan ketahuan sebentar lagi. Apa yang harus ia lakukan? Apa ia harus bersembunyi? Tapi di mana?
"Tetaplah di sini."
"Eh?" Taeyong menoleh kaget karena suara serak itu.
"Tetaplah berada dalam selimut."
Taeyong menurut dan mengubur tubuh kurusnya di balik selimut tebal Jaehyun. Sementara ia bersembunyi, ia bisa merasakan Jaehyun turun dari tempat tidurnya dan berbicara dengan Johnny.
"Daripada kopi, bisa kau beri aku air putih saja?"
"Oh yeah, kau mabuk berat semalam."
Taeyong sedikit mengintip dari balik selimut. Ternyata Johnny sama saja dengan Jaehyun. Suka bertelanjang dada. Tapi tak apa sih, badan mereka bagus. Pantas untuk diumbar.
Taeyong menghela nafas lega setelah Jaehyun dan Johnny menjauh dari kamar. Tinggal ia sendiri sekarang. Lalu ia harus bagaimana?
.
.
."Bangun dari sana!"
Setelah sekitar sepuluh menit menunggu dalam kebingungan, Taeyong akhirnya mendapat sedikit kepastian. Ia segera bangkit dari tempat tidur Jaehyun karena diminta oleh yang punyanya.
"Maaf karena sudah tidur di tempatmu, tuan."
"Tak usah minta maaf. Lagipula aku yang membawamu kemari. Sudah baikan?"
Taeyong mengangguk. Meskipun tubuhnya masih terasa lemas, setidaknya ia tak merasa ingin pingsan sekarang.
"Kau pulanglah sekarang kalau tak mau ketahuan Johnny."
Sepertinya membaca pikirannya, Jaehyun kembali memberi Taeyong perintah.
"I-iya..."
Taeyong segera mengemasi barang-barangnya yang tergeletak di samping tempat tidur. Tak banyak, hanya ada tas dan jaket lusuh.
"Ini resep obatmu." Jaehyun mengambil selembar kertas dari laci nakasnya. "Beli di apotek dan minum sampai kau sembuh. Kembalilah bekerja kalau sudah pulih."
Secara tak langsung Jaehyun menyuruh Taeyong untuk mengambil cuti. Taeyong sangat berterima kasih, tapi ia mengkhawatirkan pekerjaannya. Siapa yang tau kalau ia akan disuruh cuti selamanya.
"Terima kasih tuan, tapi pekerjaan saya-"
"Tak usah khawatir, kau tak akan dipecat."
Lagi-lagi Jaehyun seperti membaca pikirannya."Mm, baiklah. Terima kasih atas kebaikanmu, tuan Jung. Aku tak tau bagaimana harus membalasnya." Taeyong membungkuk berterima kasih.
Jaehyun menatap malas. "Mudah. Jangan pernah muncul lagi di depanku."
Meskipun ia sudah tahu kalau itu adalah hal yang normal dikatakan seorang atasan kepada bawahannya, entah kenapa hati Taeyong terasa sakit mendengarnya. Rasanya seperti dipaksa menjauhi orang terdekatmu.
Taeyong hanya bisa tersenyum maklum. "Baik, tuan. Sekali lagi, terima kasih atas kebaikanmu. Saya permisi."
Taeyong bergegas pergi dari hadapan Jaehyun. Ia merasa Jaehyun sudah muak dengannya. Wajar saja. Ia hanya menyusahkan dan membuat masalah. Ia sangat sadar akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Bond
FanfictionTaeyong dan Jaehyun kecil hidup bahagia di panti asuhan. Sampai mereka dipisahkan oleh takdir. Yang membedakan nasib mereka setelah dewasa. Siapakah yang akan hidup bahagia kelak?